Langit sudah menunjukkan semburat jingga ketika Jaeden baru saja menyelesaikan piketnya hari ini. Dengan santai dia melewati lorong-lorong menuju parkiran motor yang terletak di belakang sekolah untuk mengambil motor miliknya.
Sesampainya di area parkiran, Jaeden sempat berhenti dan melihat lapangan yang mulai kosong karena hanya tinggal beberapa motor saja yang masih tertinggal.
Dia ingin melanjutkan perjalanannya tapi tiba-tiba, daun dari pohon besar di ujung area parkir bergoyang tak wajar. Terlalu kuat untuk udara yang hanya berisi angin sepoi-sepoi.
Jaeden
Hah?
Dia melihat lagi dan pohon itu jelas bergerak karena ada yang sesuatu di atasnya. Dan itu membuatnya penasaran. Ia pun melangkah mendekat, dan mencari tahu apa yang ada di atas pohon itu.
Jaeden
...Lo kok bisa naik ke atas?
Tanyanya spontan ketika mendapati seseorang yang menggunakan seragam yang sama dengannya bertengger di atas pohon. Bayangan tubuh ramping dengan tudung jaket abu yang terlalu besar menutupi sebagian wajahnya. Rambut hitamnya berantakan oleh angin, dan matanya sempat melirik ke bawah. Namun tak ada jawaban.
Jaeden
Lo budeg?
Jaeden mengerutkan alis karena dia sama sekali tidak ditanggapi oleh seseorang itu.
Ia menghela napas dan mulai merasa kesal karena diabaikan. Tapi sebelum sempat dia pergi, orang itu melompat turun. Jaeden sempat melangkah refleks ke depan sedikit panik, tapi orang itu justru bisa mendarat dengan mulus seorang diri sambil memeluk seekor kucing kecil berbulu putih dan oranye.
Jaeden
...Hah?
Jaeden menatapnya, masih dalam posisi setengah bingung. Ternyata seseorang itu adalah Tara.
Tara tak berkata apapun. Ia langsung bergerak mundur seolah keberadaan Jaeden mengancamnya. Matanya melirik cepat, lalu menunduk.
Tapi Jaeden malah terpaku.
Mata itu, gelap dan teduh, dengan bulu mata tebal yang bergerak pelan saat berkedip terlihat begitu indah.
Ada sesuatu dalam ekspresinya terlihat rapuh tapi juga dingin. Dan entah kenapa, Jaeden tak bisa memalingkan pandangan darinya.
Saat mata mereka akhirnya tak sengaja bertemu, waktu seperti berhenti untuk sesaat.
Tara segera menarik tudung jaketnya, menutupi wajahnya, dan berbalik pergi tanpa sepatah kata pun. Dia melangkah dengan cepat seolah ingin menghapus seluruh jejak dari momen itu.
Dan yang tersisa hanyalah Jaeden dan seekor kucing kecil yang sebelumnya di bawa Tara.
Kucing (Ara)
Miaw…
Jaeden
...Dia pakai kacamata yang gak ada lensanya?
Kucing kecil itu mengeong lagi. Jaeden jongkok dan mengelus puncak kepalanya. Kucing itu mendengkur, bersandar manja pada sentuhannya.
Jaeden
...Cute.
Jaeden berbisik. Entah kepada siapa kata itu ditujukan, pada kucing itu atau... seseorang.
Comments