POV : Angga
Menjadi guru. Sebenarnya itu bukan cita-citaku sedari kecil. Dulu, aku ingin menjadi pilot. Tapi ibuku melarang. Itu karena ibu tidak ingin hatinya tidak tenang ketika aku terbang nanti. Juga karena ibu ingin aku tetap berada di dekatnya.
Aku juga ingin jadi TNI atau polisi. Tapi kata bapak, takut aku ditugaskan ke tempat rawan konflik. Sering dinas dan ditugaskan dimana-mana.
Kedua kakak perempuanku sudah menikah dan ikut tinggal bersama suami mereka. Jadi wajar saja kalau kedua orangtuaku mewanti-wanti agar aku tak punya cita-cita yang membuatku jauh dari mereka.
"Menurutku, kamu itu terlalu dingin jadi guru," ucap Satria, temanku mengajar.
Satria adalah temanku waktu SMK. Aku tidak menyangka kami seprofesi bahkan mengajar ditempat yang sama.
"Agak lembutlah. Apalagi sama yang cewek. Kasih senyuman dikit. Senyum itu ibadah," lanjutnya.
Aku enggan menjawab. Masih fokus pada semangkuk bakso yang sedang ku nikmati.
"Murid itu, bakalan respect sama guru yang membuat mereka nyaman dan asyik saat belajar. Kalau gurunya aja kayak vampir gitu gimana muridnya mau respect?"
"Hmm," jawabku singkat tak ingin menanggapi lebih.
Satria menghela nafas keras. Mungkin lama-lama satria ikut jengkel dengan sifatku.
Mau bagaimana lagi? Aku nyaman seperti ini. Menjadi cuek, dingin, dan datar.
"Kamu jadi ambil S2, Ga?"
"Insyaallah, tahun depan. Kenapa?"
"Ambil dimana?"
"Belum tahu. Solo atau Jogja mungkin. Bapak sama ibu nggak kasih ijin kalau luar negeri."
Satria mengangguk-angguk pertanda dia mengerti.
Katakanlah aku terlalu penurut menjadi anak. Tapi aku tak peduli. Bagiku, orangtua adalah segalanya. Disaat kita menjadikan orangtua diatas segalanya, insyaallah Allah akan mempermudah segala urusan kita.
Ridho Allah itu terletak pada ridho orangtua. Dan murkanya Allah, terletak pada murka orangtua.
"Hana gimana?"
Sontak saja aku tersedak kuah bakso yang super pedas ini. Dan tentu saja membuat tenggorakan dan hidungku terasa sakit dan panas.
Lagi pula aku kenapa, sih? Kenapa hanya karena Satria menanyakan gadis keras kepala itu bisa membuatku tersedak begini?
"Gimana apanya maksud kamu?" Jawabku setelah meminum segelas jus jeruk untuk melegakan panas di tenggorokanku.
"Santai kali, bro. Ditanya soal Hana saja kenapa bisa membuatmu tersedak begitu?" Satrio cekikikan setengah menggodaku.
"Tidak tahu!" Aku mengendikkan bahu tanda aku tak peduli.
"Dia muridmu yang sudah kamu buat pingsan, bro. Paling tidak kamu tahu keadaan dia yang terakhir," ucap Satrio jengkel.
"Dia pingsan karena salahnya sendiri, Sat. Pertama, dia terlambat. Itu penyebab kenapa Hana aku hukum. Kedua, Hana ternyata belum makan dari semalam dan tadi pagi belum sarapan. Makanya dia lemas dan pingsan," tuturku panjang menjelaskan.
"Tadi aku juga sudah membelikan bubur dan teh hangat untuknya meskipun dia menerimanya dengan setengah hati. Entahlah, mungkin dia malu karena aku mendengar cacing di perutnya bernyanyi setelah dia menolak habis-habisan makanan yang aku beri ke dia."
"Hahahaha.. benar-benar gadis menggemaskan, Angga."
Aku mengernyit mendengar ucapan Satria. Gadis menggemaskan?
"Menggemaskan? Jangan bilang kamu naksir sama murid kamu sendiri."
"Bukan naksir, Ga. Tapi aku dengar memang Hana itu gadis paling cantik dan pintar disekolah meskipun dia pecicilan. Banyak yang suka sama Hana tapi Hana enggak peduli. Suka lah sama pendirian Hana. Dia bisa semasa bodoh itu dan justru meningkatkan prestasinya. Jarang-jarang anak jaman sekarang yang seperti itu. Kebanyakan dari mereka di senyumin cowok saja sudah klepek-klepek lebay."
Ku akui apa yang diucapkan Satria itu benar. Hana, dia tidak mencari-cari kesempatan saat aku menemaninya di UKS tadi, bahkan terkesan menghindar.
Berbeda dengan siswi yang lain yang sering mencari perhatianku meskipun aku hanya lewat didepan mereka.
Dia juga.. cantik.
Eh? Kenapa justru aku memikirkan gadis itu?
"Eh, Ga. Lihat tuh!"
Satria menginterupsiku. Ku ikuti arah pandangnya. Disana, tiga siswi berjalan menuju kantin sambil bercanda sesekali tertawa terbahak. Salah satunya adalah Hana.
Hana memiliki lesung pipi yang muncul di kedua pipi bulatnya ketika dia tertawa. Aku baru melihatnya karena aku juga baru sekali ini melihatnya tertawa.
Dan itu membuatnya semakin terlihat.. Manis.
Nyebut, Angga! Jangan sampai tergoda sama murid sendiri. Seenggaknya kalau memang tergoda ya tunggu sampai dia lulus sekolah.
Pemikiran macam apa ini?
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Mbah Edhok
Jadi ingat : kita tahu guru itu suka murid yang mana ... seru kalo njahili guru ...
2023-01-15
1
Suzieqaisara Nazarudin
Thor gak salah nih kok semua nya POv perannya mulu sih??? POV outhornya mana???!!! Pusing aku bacanya...
2022-09-17
1
Kenzi Kenzi
pake slogan.maning pak guru angga..."kutunggu kelulusanmu...."....wkwkwwk
2022-09-15
0