Purnama berlayar indah dilangit.Disebuah villa mewah yang berdiri dibibir Danau Diatas berdiri seorang laki - laki tampan dengan wajah gusar. Tangannya mencengkram kuat terali besi yang digenggamnya.Pandangan matanya lurus menatapi riak - riak danau yang disinari sang dewi malam. Sangat indah.
Tapi semua tak bisa mengubah wajah gusar itu menjadi manis.
" Siapa sebenarnya gadis itu. Dia begitu sombong dan tidak menghargaiku."
" Beniiii !", memanggil dengan suara menggelegar. Dalam sekejap yang dipanggil datang dan berdiri dengan wajah tertunduk.
" Ya, bos. Ada yang bisa saya bantu ?", bertanya dengan takut.
" Kamu lihat rumah yang beratap merah itu?".
Tentu saja Beni bingung.Dibawah sana banyak sekali rumah yang beratap merah.Lagi pula sekarangkan sudah malam.
" Maaf bos, rumah yang mana ya?", bertanya lagi.
" Itu, rumah yang berdiri persis disisi perkebunan sebelah kanan."
" Oh itu, rumah Bu Ici bos"
" Siapa Bu Ici ?"
" Dia seorang janda bos. Suaminya dulu juga karyawan diperkebunan bos".
" Hmmm", sejenak mengusap dagu yang kelihatannya habis di cukur.
" Anaknya ?".
" Bu Ici tidak punya anak bos".
" Lalu sekarang dia tinggal dengan siapa?", sedikit menaikkan alis kalau dikepalanya ada berbagai macam pertanyaan.
Sebelum menjawab Beni kelihatan bingung.
" Beniii", suara yang pelan tapi mengancam menyadarkan Beni.
" Eh !\, anu bos. Bersama Bu Kanya. Dia seorang guru di***. Orangnya cantik dan ramah sekali bos. Semua orang sangat suka padanya. Bahkan....."
" Hai, siapa yang mengizinkanmu bicara panjang lebar ?", suara itu sontak membuat Beni terdiam dan melongo memandangi si bos yang melangkah gontai ke dalam.
" Ngapain si bos nanya - nanya soal Bu Ici. Jangan - jangan si bos suka lagi sama perempuan itu." Ha...ha...ha...
Beni terkekeh dalam hati.Diluar mana berani dia, bisa - bisa digantung di pohon duren.
******
Pagi pun tiba.
Harris Wijayanto. Pemilik tunggal perkebunan teh yang memenuhi perbukitan dan berjejer di indah disisi Danau Kembar. Seorang pemuda tampan dan cerdas. Lulusan dari sebuah universitas ternama di Amerika.
Selesai sarapan yang sudah disiapkan Ujang, dia segera mengambil kunci mobil dan melangkah ke garasi. Pagi ini dia akan kekantornya di perkebunan. Sebenarnya Harris jarang mengunjungi perkebunan ini.Dia lebih banyak mengurus perusahaannya yang di Jakarta. Lagipula disini sudah ada Pak Edo, orang kepercayaanya yang mengurus semua urusan disini. Namun karena ada urusan yang harus dia sendiri turun tangan, makanya sang papi, Pak Wijaya menyuruhnya kesini.
Mobil itu melaju pelan.Udara dingin membuatnya menaikkan resleting jaketnya sampai dagu. Dia sangat menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan.
Memasuki jalan di area perkebunan dia melihat rombongan buruh pemetik teh mulai bekerja. Dia senang ternyata Pak Edo benar - benar menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Melewati pendakian, dari jauh matanya melihat sebuah scoopy abu - abu meluncur cepat. Dia tersenyum licik dan saat hampir berpapasan mobilnya sedikit menikung dan terus melaju sambil melihat kebelakang dengan wajah puas.
Dibelakangnya Kanya menghentikan scoopynya mendadak. Dengan wajah yang sangat kesal dia turun dan terpana melihat pakaiannya sudah basah terkena lumpur.
" Mobil sialan, laki - laki sialan. Dasar egois. Apa dia tidak tau kalau aku sudah sangat terlambat. Apalagi sekarang muridku sedang mengikuti ujian.Oh Tuhan!, apa aku harus balik lagi ke rumah ?
Di kantor perkebunan.
Semua orang sibuk menyambut pimpinan mereka datang. Berbagai pertanyaan bermain dikepala masing - masing. Apalagi Pak Edo. Dia sungguh gelisah menyambut kedatangan Pak Harris. Mungkinkah dia sudah melakukan kesalahan ? Tapi perasaannya tidak ada. Semua baik - baik saja.
Harris menyuruh mereka berkumpul di ruang meeting. Dia memasuki ruangan kantornya dan mengambil beberapa berkas dan kembali menuju ruang meeting.
Cukup lama juga Harris memimpin meeting. Ketika selesai hari sudah siang. Bergegas dia memasuki mobilnya dan melaju pelan melewati area perkebunan. Melewati sebuah rumah mobilnya diperlambat dan matanya sejenak melihat motor scoopy abu - abu terpajang disana. Kembali dia tersenyum dingin mengenang peristiwa pagi tadi. Dipercepatnya laju mobil dan ketika sampai dirumah makan siang sudah lengkap.Perutnya terasa sangat lapar. Udara dingin membuatnya makan dengan lahap.
Selesai makan dia kembali duduk di balkon tingkat dua villanya. Nanti sore dia berniat akan jalan - jalan ke Danau Dibawah. Pemandangan disana lebih indah lagi.
Hembusan angin dingin membuatnya sedikit mengantuk. Namun tiba - tiba ponselnya berdering. Dengan malas dia mengangkat dan terdengarlah suara merdu dari seberang sana.
" Hai sayang, kamu sedang apa?"
" Ngapain sih manggil sayang?", menjawab dengan sedikit kesal.
" Aku kan benar sayang sama kamu Harris Wijayanto".
" Ya sudah, ada apa kamu nelpon aku?", menjawab dengan nada malas.
" Sayang, kenapa kamu ke Padang tidak mengajakku?, aku kan bisa menemanimu."
" Aku bisa sendiri, lagipula kamu kira aku anak kecil yang harus ditemani kemana pergi."
" Bukan begitu, aku kan....."
" Ya sudah, aku sedang sibuk.By"
Ponsel dimatikan. Tapi kembali berdering dari nomor yang sama. Harris sangat kesal.Clara selalu saja menganggu ketenangan hidupnya. Dibiarkannya ponsel itu berdering beberapa kali. Sampai akhirnya si penelpon kesal dan membanting ponselnya ke tempat tidur.
Kanya sedang duduk dikamarnya ketika dia melihat mobil yang sudah dua hari ini sangat menganggu hidupnya. Bergegas dia keluar tapi mobil itu sudah menghilang dibelokan jalan.
" Awas saja. Kalau bertemu lagi akan kukempeskan ke empat ban mobilnya."
Gadis itu masuk kembali sambil menggerutu kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Astirai
aku mampir thor, ttp smangat ya, lanjuuuttt.
baca jg bukalah hatimu untukku ya...
2021-03-31
1
Novia Azwar
penasaran pengen lanjut...
2021-03-05
0
Rasti Yulia
Like lagiii❤️❤️
2020-11-03
1