Ranting pohon

"Jika ingin makan enak aku harus mencari sendiri." Gumam Wuya setelah melihat beberapa bahan yang di kirim oleh burung feniks.

Ting!

"Ikan kolam sebelah." Batin Wuya mendapat pencerahan.

"Tao,chu.Segera nyalakan api aku pergi dulu mencari bahan lainnya." Ujar Wuya dengan semangat.

Begitu keluar dari paviliun dingin ia merasakan sekitar tempatnya tinggal sepi.

"Hari ini pengantaran pak tua pergi dari rumah,untung saja aku tidak ikut mereka.Ini hari keberuntungan untukku." Gumam Wuya segera menyelinap masuk paviliun sebelah yang sepi dan mendapati kolam besar di halaman.

Ikan-ikan gemuk segera menjadi incaran Wuya dia mendekat dengan kegirangan.

"Akhirnya hidupku terselamatkan." Ucapnya mata berbinar.Memutar otak untuk menangkap ikan gemuk di perairan kolam bawahnya.Tanpa jaring tanpa alat pancing ia kebingungan.

"Ranting pohon." Gumamnya.Mencari di semak-semak sekitar mengumpulkan beberapa kayu ranting yang kokoh.

"SIAPA DI SANA!!" Teriak seseorang memergoki kehadiran Wuya.

Wuya justru tak masalah jika ada orang yang penting dirinya bisa mengisi perut.Ia kembali lagi ke pinggiran kolam setiap ada ikan mendekat ke arahnya ia berusaha menusuk.

"Dapat!Haha..." Ucap Wuya mengangkat ikan gemuk yang tertusuk di bagian tubuh membawanya ke daratan.

"Hei!Dasar jalang gila!Meski kau nona kediaman ini tapi kau tidak boleh melukai ikan kesayangan nona kedua." Ujar seorang pelayan menghadang kegiatan seru Wuya.

"Minggir!" Tukas Wuya menggeser paksa tubuh seorang pelayan yang tak ia kenali.

"TOLONG!ADA PENCURI DI TAMAN BUNGA NONA KEDUA!!" Teriaknya nyaring sekali membuat Wuya teralihkan dari kegiatan menjarah bahan makanan.

Wuya menatap pelayan itu dengan pandangan menusuk bagai pisau tajam.Langkah demi langkah bergerak mendekati pelayan itu wajah Wuya berubah menyeramkan.

"Jangan mendekat!" Ujar si pelayan mimik wajah ketakutan terpancar."Jangan kemari!Aku akan berteriak lagi jika kau mendekatiku nona." Imbuhnya mundur perlahan namun melihat nona muda di depannya tidak menuruti ucapannya ia mengambil langkah untuk lari keluar dari taman bunga.

"Kemana perginya para penjaga kediaman?!" Ucapnya berlari menuju gerbang.

Angin kencang tiba-tiba datang entah dari mana menutup kasar pintu gerbang balok kayu sebagai kunci pintu ikut tergerak.Butuh waktu lama untuk membuka kunci balok kayu.

"Nona,aku membantu anda." Ucap burung feniks yang berhasil keluar dari kolam ikan.

"Bagus.Aku tak akan menjualmu kedepannya." Ujar Wuya serius.

Pelayan yang sempat berani terhadap Wuya kini terduduk di depan pintu gerbang yang tertutup menatap nona besar Xin ketakutan.

"Ampun nona." Rintihnya tepat di hadapan Wuya.

"Aku tidak bisa mengampuni mu karena kau sudah mendengar suaraku.Anggaplah hari ini bukan spesial takdir milikmu pelayan." Ucap Wuya menatap dingin pelayan di bawah kakinya.

Pelayan itu bersedia sujud kepada nona besar Xin."Hamba salah nona.Tolong ampuni hamba." Pintanya."Aku akan melakukan apapun untuk nona." Lanjutnya meminta.

"Sayangnya aku tidak tertarik dengan bantuanmu." Balas Wuya.

JLEB.

Cipratan darah tersebar kemana-mana bahkan sampai di jubah lusuh Wuya serta sedikit percikan kecil di wajahnya.Ranting pohon yang tadinya di gunakan untuk menusuk ikan gemuk sekarang berubah fungsi menjadi benda keji yang menusuk kepala pelayan di bawah kakinya tembus sampai area tengah dahi.

Darah semakin banyak keluar mengotori sekitar kakinya menjadi genangan air darah yang tak bisa di lupakan oleh si pelayan.Senyum bangga wujud di bibir Wuya tanpa rasa penyesalan.

"Aku melakukannya!Hihi...Aku berhasil membunuh lagi..." Ujar Wuya selesai membunuh.

"Apa kau sesenang itu?" Tanya burung feniks.

Wuya mengangguk."Aku sangat senang.Aku kembali menjadi diriku sendiri meski telah berganti skin." Jawab Wuya girang."Oh ikan!Jangan sampai lupa makananku kalau bisa angkut semua!" Ucap Wuya kembali ke rutinitas mencurinya.

"Gunakan ini.Ruang luas untuk barang banyak yang kau inginkan." Ujar burung feniks benar-benar membantu Wuya hidup damai.

"Baik.Terima kasih."

"Aku tidak menyangka manusia sekejam kau bisa mengucapkan terima kasih." Ledek burung feniks.

Barang itu sebuah botol giok porselen putih yang mengkilat Wuya membuka tutup botolnya menodong ke arah kolam ikan.Semua ikan yang berada di kolam langsung terangkat dan bersembunyi ke dalam botol ajaib.

"Benda yang menakjubkan." Puji Wuya karena baru tahu ada botol aneh yang memiliki kekuatan magis.

Setelah sempurna terbawa Wuya terburu pergi membiarkan mayat pelayan utuh di tempatnya tanpa ingin menutupi perbuatannya.

"Manusia ini sangat jujur dan pemberani.Aku salut meski dia kejam." Batin burung feniks (Feng Qi).

BRAK!

Xiao tao dan chu telah selesai memasak bahan yang tersedia meletakkan lauk pauk vegetarian di meja makan nonanya di dalam kamar.

"Xiao tao!Xiao Chu!Keluarlah kalian!" Teriak Wuya memanggil kedua pelayan.

Mereka berdua keluar dari pintu kamar Wuya.

"Nona sudah kembali." Sapa Chu sopan membungkuk kepada majikan begitupun Tao.

"Nona,sayuran sudah selesai di masak." Ujar Tao.

Wuya mengeluarkan botol putih porselennya dan menumpahkan sebagian isi di dalamnya,ikan-ikan gemuk segera keluar seperti muntahan.

"Nona ini...?" Ucap Tao di ambang keterkejutan.

"Semua ini ikan adik tiri sengaja mencurinya masak dengan bumbu yang enak dan siapkan padaku.Aku tunggu." Balas Wuya melewati kedua pelayannya yang sangat terkejut dengan sikap nonanya.

"Baik nona." sahut mereka segera memunguti ikan-ikan yang berserakan dan memasak di dapur bobrok paviliun.

"Aku merasa aneh dengan ikan-ikan ini seperti pernah melihatnya di suatu tempat." Ujar Tao mengingat sesuatu.

"Apanya yang aneh dengan ikan ini?Mereka hanya ikan yang siap di goreng." Sahut Chu.

"Sebelum kau masuk kediaman Xin aku pernah bekerja di...." Ucap Tao tak meneruskan sambil berfikir mengingat di otaknya.

Ting!

"Oh benar!Ini adalah ikan peliharaan taman bunga." Ujar Xiao tao setelah menemukan sesuatu dari memori ingatan yang lapuk.

"Taman bunga...Bukankah itu..."Sahut Chu.Mereka saling menatap di bawah pancuran sedang membersihkan para ikan tangkapan sang majikan.

"MILIK NONA KEDUA!!" Ujar mereka serempak.

"Ugh!Telingaku gatal sekali." Gumam Wuya mengorok telinga berkali-kali seperti ada yang berbisik di sana."Lama sekali ikan-ikan ku datang." Ucapnya tak sabaran.

"Dimana Wuya?" Tanya adipati yang telah bersiap dengan lengkap baju zirah miliknya bersama rombongan prajurit 'alpha awan hitam'.

"Kata Chu niang dia sudah istirahat lebih awal tuan." Jawab lemah lembut tersenyum anggun rendah diri selir (Su Lingling) memberikan salam terakhir pada suami juga kepala keluarga kediaman Xin.

"Hm.Baiklah,kalau begitu ku titipkan dia padamu meski merepotkan." Pinta adipati Xin sangat mengandalkan selirnya.

"Baik tuan." Sahutnya tersenyum lembut.

Adipati di temani oleh bawahannya (Zheng Yan) yang terkenal dengan kepiawaiannya pada memanah dan berkuda serta gagah tampan pemberani.

Tatapan maut diam-diam di edarkan oleh Xin Qiye yang juga mengagumi Zheng Yan,senyuman terpesona lolos dari mulut manis Qiye yang di sambut oleh anggukan tipis jendral Yan.

"Aku pergi dulu.HIYA!" Pamit adipati meninggalkan kediaman.

"Hati-hati tuan." Sahut selir Su mengantar kepergian sang suami yang menjalankan titah kaisar.

"Wuya masih di pandang oleh tuan.Kini  sudah bertahun-tahun sejak kepergian wanita itu." Gumam selir Su tak suka dengan ucapan adipati yang terakhir kali.

"Sudahlah ibu jangan memikirkan dendam padanya,besok tidak ada ayah kita bisa menyiksa dia jika kita mau." Ujar Qiye menarik lengan ibunya untuk masuk ke dalam rumah.

"Kalau begitu istirahatlah secepatnya malam ini besok ibu memiliki hadiah yang perlu di sampaikan padamu." Ujar selir Su melepaskan jeratan sang anak.

"Yaoyao.Antarkan nona kembali." Perintah selir Su pada pelayan pribadi Xin qiye.

"Baik nyonya."

"Ibu.Jangan berfikir macam-macam dan segera istirahat juga." Ujar Qiye sebelum pergi melambai tangan pada ibunya dengan senyuman manis.

Selir Su tersenyum damai melihat putrinya yang selalu perhatian terhadap dirinya.

"Nona terlihat bahagia." Ucap pelayan pribadi selir Su yang lain(A-zhu).

"Dia harus selalu bahagia meski pahit di baliknya." Sahut selir Su tersirat sebuah rahasia yang lain dari identitas putrinya yang tak boleh di ketahui siapapun.

"Kita kembali ke paviliun." Pinta selir Su di papah oleh A-zhu yang setia menemani.

Tiba di depan pintu kamar paviliunnya selir Su di sambut oleh Chu niang pelayan lamanya dengan pakaian yang lebih rapih dari sebelumnya.

"Nyonya." Sapa Chu niang membungkuk hormat.

"Ayo masuklah ke dalam." Perintah selir Su melewati pintu masuk kamar.

Next episode terbaru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!