kesetiaan pelayaan

Wuya bangkit berdiri dan dengan sengaja menggerakkan kaki ingin menginjak hewan berbulu.

"Hei!Dasar manusia tak punya otak!" Ucapnya cepat menghindar sekaligus menghina Wuya.

"Cih!Memangnya kau sendiri punya otak?!" Cemooh Wuya menuang air ke dalam gelas keramik kecil."Oh iya,apakah kau kiriman malaikat maut?" Tanya Wuya setelah selesai mengalirkan air ke kerongkongannya yang kering.

"Malaikat maut?Siapa malaikat maut yang kau maksud?" Ucap hewan bulu yang terbang pelan menghampiri Wuya.

"Kau tidak tau malaikat maut?" Tanya Wuya lagi membuat bingung hewan bulu."Lalu kau ini apa dan siapa?Siapa juga yang mengutusmu kemari?" Cecar Wuya mengamati hewan bulu dengan detail,wajahnya berjarak beberapa senti dari tubuh kecil hewan bulu.Bagaikan raksasa yang bersiap memangsa buruannya.

Sayap kecil hewan bulu mencolok satu mata Wuya.

"PERIH!" Pekiknya memegangi satu matanya."Pasti ini nantinya akan memerah.Aw!" Rintihnya memejamkan mata."Dasar hewan sialan!" Umpat Wuya menodong hewan bulu di atas meja.

Dengan satu matanya yang picak ia berusaha untuk menangkap hewan bulu (Burung feniks) dengan dua warna bulu merah kebiruan.

Burung feniks segera terbang menghindar karena ada tangan yang akan menangkap tubuhnya namun Wuya tak stabil dan sedikit terhuyung-huyung menyesuaikan keadaan matanya yang sakit sebelah menciptakan keributan ringan.

"Kemari kau burung jelek!" Cetus Wuya sengit mengejar."Akan ku bunuh dan masak dirimu menjadi sup bumbu merah." Ujar Wuya,di mana pun burung feniks terbang ia segera mengikuti.

"Kau itu yang jelek manusia jahat.Kau harus bersyukur bisa selamat dari neraka langit dan bertemu aku si penyelamat!Aaarrrggghh!" Cicit burung feniks dengan suara imut terbang keluar kamar Wuya.

BRAK!

Pintu kamar Wuya terbuka secara kasar mengejutkan kedua pelayannya.Xiao tao dan chu khawatir dengan keadaan nona mereka yang lusuh.

"Nona ada apa?" Tanya chu khawatir.

"TANGKAP BURUNG JELEK ITU!" Pinta Wuya berteriak.

Burung feniks bertengger di atas pohon kering yang belum di tebang sampai sekarang padahal pohon itu sudah di perintah oleh Wuya untuk di musnahkan tapi tetap berdiri kokoh di halaman kering paviliun Wuya.

Kedua pelayan Wuya menuruti permintaan sang majikan ikut menjarah hewan bulu (Burung feniks).

"Lihat saja kau akan menjadi makananku malam ini.Hahahaha!!!"

Tawa Wuya terhenti setelah pintu gerbang paviliunnya di buka oleh sosok asing,seorang pelayan dari ibu tirinya menghampiri.

"Wuya!Nyonya menyuruhmu untuk ikut mengantar kepergian adipati yang akan bertugas malam ini." Ujar pelayan ibu tiri (Chu niang) dengan logat kasar tak menghormati majikan.

"Gawat!Apakah dia mendengar suaraku?!" Batin Wuya.

Xiao tao menatap nonanya jawaban Wuya gelengan tegas menolak ajakan orang jahat.

"Nona tidak ingin pergi." Jawab Xiao tao.

"LANCANG!Ini adalah perintah nyonya kediaman!Sembarangan bertingkah!" Tegurnya menuding Wuya.

"Nyonya kediaman!Pih!Seorang selir rendahan mengklaim dirinya nyonya pemilik rumah ini!Nenek sihir kau harus bersujud dulu di depan mayat ibuku jika ingin menjadi ratu di rumah ini.Enak sekali hidupnya!" Batin Wuya."Lempari saja pelayan tak tahu diri ini dengan batu." Batin Wuya melanjutkan.

Ia bergerak mengambil kerikil dengan sekali cakupan cepat dan langsung menghujani Chu niang dengan kerikil.Kedua pelayan Wuya juga bergerak mengikuti sang majikan ratusan kerikil resmi mendarat membabi buta.

"DASAR GILA!KU ADUKAN PADA NYONYA!" Pekik Chu niang berlari dengan langkah lebar menjauhi paviliun dingin.

"Pergi sana!Pergi!Jangan kembali!" Ujar Wuya yang terus melempar kerikil.

"Berhenti." Perintah Wuya.

Xiao tao dan Chu langsung membuang beberapa kerikil yang masih ada di genggaman tangan mereka.

"Nona.Ada apa?" Tanya Xiao chu.

"Hm.Kenapa kalian membantuku?" Tanya Wuya memperhatikan kedua pelayannya secara bergantian.

"Kami pelayan setia nona.Apapun yang nona lakukan kami juga harus melakukannya." Jawab Xiao chu dan di angguki oleh Tao.

"Jadi.Jika aku membunuh kalian juga akan membunuh kan?" Ujar Wuya mengejutkan Xiao tao dan Chu.

"Hah?" Ucap mereka kompak.

"Manusia dungu!Jangan membuat mereka ketakutan." Tegur Burung feniks yang terbang di sekitar Wuya.

Tangan bergerak cepat menangkap burung feniks."Akhirnya dapat juga!Xiao tao,Chu.Siapkan kuali besar kita rebus burung jelek ini." Ujar Wuya dengan seringai jahat membuat bulu di tubuh meremang seketika kedua pelayan itu seakan sadar oleh satu hal.

"Apakah ini masih nona muda?" Batin Chu.

"Nona telah berubah." Batin Tao.

"Baik nona akan kami siapkan." Sahut Tao segera menyeret Chu ke dapur bobrok paviliun dingin.

"Lepaskan aku manusia bodoh!Kau penjahat terkeji yang pernah ku temui!Lepaskan aku!" Rengek burung feniks bergerak tak karuan di genggaman Wuya melawan sekuat tenaga.Sesekali mengeluarkan semburan api yang tak panas,mematuk tangan Wuya yang membelenggu tubuhnya.

"Patuh lah burung jelek!" Cetus Wuya melangkah ke dapur bobrok kediamannya.

Kedua pelayan Wuya siap sedia menyalakan api kayu bakar dan kuali seadanya.

"Nona sudah siap." Lapor Xiao chu.

Wuya dengan semangat mendekati kuali yang mulai bergejolak air di dalamnya sikap membunuh roh Qi xia tidak pernah luntur dengan segala macam cara ia bisa menumbangkan lawannya tanpa memberi ampun.

"Qi xia!Kau sungguh berani merebusku sang penyelamatmu ini!" Ucapan meronta burung feniks seperti angin lalu bagi Wuya,ia mantap ingin membuat burung di tangannya makan malam.

Sekitar sejengkal.

"Baik.Aku akan menurutimu,apa permintaanmu akan ku turuti!" Ujar burung feniks yang telah kalah dari pesona kejam Qi xia.

Kepala mungilnya kurang sedikit lagi terbenam dalam air mendidih.

"Jadi katamu.Kau akan menuruti semuanya?" Tanya Wuya memastikan.

Di belakang Wuya,kedua pelayan sedang membicarakan nona mereka.

"Tao,apakah ini masih nona kita?" Bisik Xiao chu kepada saudarinya.

"Kau meragukan majikan kita?!" Tanya balik Xiao Tao."Namun,aku juga ragu dengan sikapnya yang berubah drastis setelah bangun pagi dua hari lalu." Ungkap Xiao tao berbisik.

"Apa yang kalian rundingkan?" Tanya Wuya berada di tengah kedua pelayannya membuat terkejut mereka langsung mode membungkuk hormat ketakutan.

"Maafkan kami nona sudah meragukan anda." Ujar Xiao tao menunduk dalam.

"Kemarilah ikuti aku.Jangan lupa matikan api tungku dahulu." Perintah Wuya.

"Baik."

"Qi xia.Lepaskan aku dahulu!" Pinta burung feniks yang masih berusaha untuk melepaskan diri.Wuya melepas burung itu karena merasa sayang juga jika burung seimut dan seindah ini di makan.

"Pikiran selanjutnya akan ku jual dia." Batin Qi xia.

"Qi xia!Kau tidak boleh memakanku,menjualku atau melakukan kejahatan lainnya terhadapku,aku datang kemari untuk membantumu hidup di dunia belantara ini." Ujar burung feniks serius.Ia terbang di udara dengan sayap kecilnya sedikit menjauhi Qi xia yang kapanpun bisa merenggut nyawa.

"Kau yakin bisa membantuku?" Tanya Wuya memastikan sebelum mempercayai.

Burung feniks mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu untuk percobaan silahkan membuatku mempercayaimu." Ujar Wuya menatap langit malam yang sedang menampilkan rembulan sempurna.

"Manusia berjenis wanita seperti dia biasanya akan takluk dengan makanan,ku lihat tubuhnya kurus tak terawat.Sungguh cobaan baru datang padaku." Batin burung feniks.

Sayapnya yang kecil bergerak seolah menyapu udara malam,beberapa bahan makanan mengapung di udara mengejutkan Wuya.

"Hah!Apa ini?!" Ucapnya panik.

Muncul Xiao tao dan Chu yang sama terkejut dengan benda-benda melayang.

"Nona!Ada apa ini?!Bagaimana bisa ada sesuatu melayang di udara kosong!" Ujar Tao ketakutan.

Tao dan Chu mendekat ke majikan mencari perlindungan tubuh ringkih Wuya menjadi perisai dadakan.

"Jangan takut kalian ambil saja semua bahan-bahan aneh di udara itu." Perintah Wuya.

"Baik nona." Sahut mereka takut-takut bergerak mengambil semua bahan sayuran segar yang muncul secara ghaib itu.

"Eh burung jelek!Semua hanya sayuran.Mana dagingnya?!" Tanya Wuya menodong.

"Manusia galak!Jika tidak ada maka ya kau cari sendiri." Jawabnya terbang menjauh.

"Huh.Dasar burung sialan!Ku do'akan kau di sambar petir." Umpatnya kesal,detik berikutnya langit mengeluarkan petir yang benar-benar menyambar burung feniks ketika ia sedang asyik terbang bebas.

"Aku...Durhaka pada nona..." Gumamnya terjatuh ke dalam kolam ikan dengan tubuh gosong dan tenggelam tak sadarkan diri.

Next episode terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!