Bab 02. Di marahi lagi

Saka menangis sampai kejer dan muka nya memerah karena Jena terlalu lama pergi, sudah ada sekitar dua jam lama nya mereka pergi sehingga sudah pasti Saka akan haus. tidak ada asi yang di simpan karena itu hanya akan mengundang amarah Warti saja, sebab dia masih orang tua yang sangat kolot sekali.

Yang nama nya asi maka sekali sedot langsung dari sumber nya, tidak ada pumping atau alat apa pun yang di perbolehkan. walau air susu Jena sangat deras maka hanya akan terbuang saja, mana mungkin boleh di peras lalu di masukan kedalam kulkas sebagai mana zaman sekarang agar bisa di pakai saat Ibu nya pergi.

Warti memang masih sangat kolot dan juga kejam sebagai Ibu mertua pada para menantu nya terutama pada menantu yang miskin, dia tak akan pernah punya perasaan iba dan kasihan, biar lah cucu nya menangis histeris dan dia hanya menyuruh untuk memberi air putih saja agar tidak haus.

Bayi dua bulan sudah di beri air putih karena memang sedang haus, mau bagai mana lagi karena Saka memang murni asi, jadi tidak ada susu yang bisa membantu. kalau sudah begini maka Julia tambah iba saja rasa nya, tapi tidak bisa juga mau berbuat apa apa karena dia belum ada asi juga.

"Ini sudah dua jam lebih, tapi Jena belum kembali." cemas Julia melihat Saka yang menjilati air putih di teteskan.

"Pasti Non Selia sedang kalap belanja, maka nya Nduk Jena tidak bisa pulang." sahut Mbok pelan.

"Kasihan Saka nya ini, Mbok." Julia serba salah juga mau berbuat apa apa.

Mbok segera menggendong Saka agar jangan sampai nangis lagi karena nanti malah tambah di marahi oleh Warti, Julia yang melihat Saka sudah di gendong maka langsung pergi untuk mengerjakan pekerjaan lain. jangan sampai kelihatan sedang menganggur, karena bakal kena marah habis habisan oleh mertua nya yang galak itu.

"Bu, maaf mengganggu sebentar. bolehkan kalau Ibu hubungi Mbak Selia, itu Saka menangis lagi karena haus." Julia memberanikan diri.

"Dari tadi cuma sibuk sama Saka saja, kau pikir anak itu amat berharga apa?!" bentak Warti langsung naik darah.

Pokok nya kalau bicara dengan Julia dan Jena maka dia tidak pernah bisa lembut seperti saat bicara dengan Selia dan Maura dan juga Yuni, karena yang dua ini tidak kaya sehingga main marah marah saja tanpa ada iba sedikit pun. bahkan pada Saka yang masih bayi saja Warti tidak peduli, karena dia yakin itu bukan lah cucu nya akibat Jena hamil duluan.

"Lebih baik kau kerjakan saja apa yang jadi kerjaan mu, biar Mbok yang mengurus anak haram itu!" sentak Warti.

"Kau jangan gitu, Ti. tidak apa apa kalau benci sama Ibu nya, tapi Saka kan cucu mu!" Hasnah membuka suara.

"Dari mana pula dia cucu ku, Ibu nya saja pelacur kok!" sengit Warti seenak mulut nya saja.

"Kan Malik juga sudah mengakui kalau itu anak nya, kau mana tau lah." Hasnah mencoba menasehati sahabat nya.

"Ah aku tidak percaya, aku bakal cari dukun biar Malik bisa hilang rasa sama pelacur itu!" tekad Warti sangat kejam.

"Kau tidak takut apa kalau Purnama sampai tau, aku tidak mau lagi ya ada urusan sama dia!" peringat Hasnah.

"Lah kenapa, kan ini keluarga ku! aku tidak mengurus orang lain, ini keluarga ku jadi ya hak aku lah." Warti memang keras kepala.

Julia menarik nafas panjang setelah mendengar bagai mana keras nya sikap mertua nya, memang sangat rendah sekali derajat orang miskin di mata orang kaya. dulu Lia sudah mau menolak lamaran Alan, namun pria itu terus memaksa nya.

Sekarang terbukti kalau dia tidak pernah di terima walau sudah lima tahun menikah, Warti tetap saja tidak suka pada nya yang miskin, mau bagai mana lagi karena sekarang sudah menikah. untung nya Alan selalu membuat Lia kuat, meski kadang Alan juga seperti lelah sekali.

"Nduk, jangan merenung terus." Karto mengusap pundak menantu nya.

"Eh Bapak." Julia menoleh pada mertua laki laki nya.

"Di marahi sama Ibu lagi ya?" tanya Karto lembut.

"Tidak kok, cuma tadi ada salah paham sedikit." Julia masih menutupi perbuatan Warti.

"Kamu yang kuat ya, Bapak juga sudah tidak bisa apa apa lagi untuk merubah sikap Ibu mu." Karto saja rasa nya mau menyerah.

Julia menatap Karto yang menatap jauh karena dia juga kadang kala tidak di hargai oleh istri nya, Warti memang mau menang sendiri dalam hal apa pun. pokok nya pendapat dia harus selalu di dengar, tidak mau salah walau jelas ini semua adalah salah dia.

...****************...

Jena pulang terburu buru karena memang dia sudah menduga akan sangat lama pergi meninggalkan rumah, dengan bawaan yang sangat banyak dan itu semua adalah milik Selia beserta anak nya juga. tidak ada sedikit pun Selia ingat untuk membeli baju untuk Saka, padahal Jena sudah susah payah menemani diri nya.

"Ya Allah Saka!" Jena mendengar anak nya menangis di dalam kamar.

"Alhamdulilah sudah pulang, kenapa lama sekali?" Mbok langsung menyambut Jena.

"Mbak Selia keliling terus, mana bisa aku mengajak dia pulang." jawab Jena dengan hati kesal serta sedih.

"Saka haus ini, hampir tiga jam Nduk pergi." ujar Mbok memberikan Saka.

"Mbak Julia mana, Mbok?" Jena menatap pembantu tua ini.

"Mau kemana lagi kalau tidak sedang kerja." jawab Mbok pelan.

Jena menghelai nafas berat karena dia agak kesal juga dengan Julia, tadi bilang mau mengasuh Saka tapi ternyata malah di asuh Mbok. kalau Mbok yang mengasuh maka pasti menangis, karena tidak di gendong jalan jalan keluar.

"Dasar tidak bertanggung jawab, bilang nya dia yang mau mengasuh!" kesal Jena mengusap kepala anak nya pelan.

"Apa lagi yang kau kesal kan itu, anak mu yang salah karena cengeng!" bentak Warti yang mendengar rutukan Jena.

"Bu, Saka ini haus jadi wajar lah menangis dan kalau di gendong akan diam." Jena menjawab ucapan mertua nya.

"Menjawab saja kau! Julia itu walau pun miskin dan ku marahi tapi dia masih diam, ini pasti lah karena kau lonte sehingga tidak tau sopan santun." bentak Warti langsung mengungkit masa lalu.

Jena mau menjawab lagi namun sudah tidak bisa karena Malik datang masuk kedalam kamar, kalau terus berlawanan maka Malik juga akan serba salah mau membela, Warti kalau tidak di bela maka akan semakin menyiksa menantu nya.

Terpopuler

Comments

Amaranggana

Amaranggana

Apes sudah ,punya mertua bermulut tajam bak silet..
perangainya buruk sekali,suka merendahkan dan menghina orang yang derajatnya lebih rendah dibanding dia.
Bu Warti , mbok yo insaf ,sing eling ,kekayaan ,kejayaan tidak dibawa mati ,malah nanti di minta pertanggungjawaban bila di akhirat kelak.
jangan sombong dan mentang2, kayamu akan raib bila yang memberi kepercayaan mengambilnya kembali
Sadar bu Warti ,masa sama suami pun kau juga durhaka.
ingat juga bukan cuma anak yang durhaka ke orangtua, sebaliknya orangtuapun juga bisa durhaka pada anak2 nya

2025-06-20

5

FiaNasa

FiaNasa

gregetan sama si Warti ini,mana ada anak sudah menikah punya rumah sendiri gak boleh ditempati cuma seminggu sekali,,,& yg gobloknya gak ketulungan itu para suaminya ini semua,,harusnya jadi Suami bisa menjaga & melindungi juga bertanggung jawab..

2025-06-20

3

nara

nara

warti gk ada tobatnya jahat sama yg miskin ,apa dia lahir dari senduk mas jadi tak menghargai orang miskin belum pernah merasakan jadi orang tak mampu rasanya dihati itu nelangsa sekali bagaikan telur yg mengulir kiri kanan pasti pecah itulah situasi orang yg kurang mampu 😭😭😭😭😭😡😡😡😡😡😡

2025-06-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Penderìtaan Julia
2 Bab 02. Di marahi lagi
3 Bab 03. Alan tidak tegas
4 Bab 4. sakit gula
5 Bab 5. Sebuah dosa
6 Bab 06. Ghibah di rumah kopsah
7 Bab 07. Di suruh pindah
8 Bab 08. Mengincar Jena
9 Bab 09. menikmati rumah sendiri
10 Bab 10. Budak sex
11 Bab 11. Ingin bunuh diri
12 Bab 12. Ketahuan Selia dan maura
13 Bab 13. Julia pergi
14 Bab 14. Bertemu sang ikonik
15 Bab 15. Ustad tantrum
16 Bab 16. Santet
17 Bab 17. Ancaman Selia
18 Bab 18. Mahluk hitam bernanah
19 Bab 19. Sayap Maharani
20 Bab 20. Sakit nya Karto
21 Bab 21. Kerumah sakit
22 Bab 22. Menghapus rekaman
23 Bab 23. Di datangi mahluk hitam
24 Bab 24. Arwah suami Laras
25 Bab 25. Penderitaan Karto
26 Bab 26. Yakin di santet
27 Bab 27. Kesal pada hantu cina
28 Bab 28. Amarah Julia
29 Bab 29. Telapak kaki terbalik
30 Bab 30. Mencari ustad
31 Bab 31. Pengakuan Karto
32 Bab 32. Pembelaan Alan
33 Bab 33. Penampakan Alan
34 Bab 34. Perut bengkak
35 Bab 35. Kematian Karto
36 Bab 36. Mayat sampai rumah
37 Bab 37. Alan tau semua nya.
38 Bab 38. Jena sangat pelaku
39 Bab 39. Ketemu rahmat
40 Bab 40. Penolakan Purnama
41 Bab 41. Penampakan di malam pertama
42 Bab 42. Peringatan Arka
43 Bab 43. Semua di teror
44 Bab 44. Amarah Alan meledak
45 Bab 45. Antara hidup dan mati
46 Bab 46. Alan melihat
47 Bab 47. Ratapan Bapak tiri
48 Bab 48. Nyanyian nestapa
49 Bab 49. Nasi busuk
50 Bab 50. Cerai
51 Bab 51. Di sentil Purnama
52 Bab 52. Amir mengamuk
53 Bab 53. Jena ketahuan
54 Bab 54. Minta tolong pada Purnama
55 Bab 55. Pertempuran sengit
56 Bab 56. Di pancing emosi
57 Bab 57. Kaki lepas lagi
58 Bab 58. Xavier frustasi
59 Bab 59. Kematian Saka
60 Bab 60. Xavier tantrum
61 Bab 61. Datang lagi
62 Bab 62. Menghantui pekerja
63 Bab 63. Mendatangi Purnama
64 Bab 64. Mimpi buruk
65 Bab 65. Mencari alat jimat
66 Bab 66. Gagal di salon
67 Bab 67. Ganguan lagi
68 Bab 68. Cerita pada Purnama
69 Bab 69. bau harum atau busuk
70 Bab 70. Maura jadi korban
71 Bab 71. Menangkap Karto
72 Bab 72. Sam dan Xavier
73 Bab 73. Santet kepala
74 Bab 74. Mayat Maura
75 Bab 75. Curiga nya Razi
76 Bab 76. Emosi pada Malik
77 Bab 77. Kecelakaan Selia
78 Bab 78. Ada nafas
79 Bab 79. Di hukum Purnama
80 Bab 80. Jimat
81 Bab 81. Arka bebal
82 Bab 82. Bisa kasar dan halus
83 Bab 83. Keluarga Ridwan
84 Bab 84. Warti selanjut nya
85 Bab 85. Jena datang
86 Bab 86. Menyiksa Jena
87 Bab 87. Siksaan Jena
88 Bab 88. Dukun
89 Bab 89. Duka besar
90 Bab 90. Di datangi Purnama
91 Bab 91. Menyiksa Jena dan Karto
92 Bab 92. Siksaan lembah kematian
93 Bab 93. Hantu cantik
94 Bab 94. Kebahagian Alan dan Julia
95 Bab 95. Pocong Warti
96 Bab 96. Hukuman Lato lato
97 Bab 97. Xavier bertanya
98 Bab 98. Melawan pocong Warti
99 Bab 99. Julia cemburu
100 Bab 100. Kena tampar
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 01. Penderìtaan Julia
2
Bab 02. Di marahi lagi
3
Bab 03. Alan tidak tegas
4
Bab 4. sakit gula
5
Bab 5. Sebuah dosa
6
Bab 06. Ghibah di rumah kopsah
7
Bab 07. Di suruh pindah
8
Bab 08. Mengincar Jena
9
Bab 09. menikmati rumah sendiri
10
Bab 10. Budak sex
11
Bab 11. Ingin bunuh diri
12
Bab 12. Ketahuan Selia dan maura
13
Bab 13. Julia pergi
14
Bab 14. Bertemu sang ikonik
15
Bab 15. Ustad tantrum
16
Bab 16. Santet
17
Bab 17. Ancaman Selia
18
Bab 18. Mahluk hitam bernanah
19
Bab 19. Sayap Maharani
20
Bab 20. Sakit nya Karto
21
Bab 21. Kerumah sakit
22
Bab 22. Menghapus rekaman
23
Bab 23. Di datangi mahluk hitam
24
Bab 24. Arwah suami Laras
25
Bab 25. Penderitaan Karto
26
Bab 26. Yakin di santet
27
Bab 27. Kesal pada hantu cina
28
Bab 28. Amarah Julia
29
Bab 29. Telapak kaki terbalik
30
Bab 30. Mencari ustad
31
Bab 31. Pengakuan Karto
32
Bab 32. Pembelaan Alan
33
Bab 33. Penampakan Alan
34
Bab 34. Perut bengkak
35
Bab 35. Kematian Karto
36
Bab 36. Mayat sampai rumah
37
Bab 37. Alan tau semua nya.
38
Bab 38. Jena sangat pelaku
39
Bab 39. Ketemu rahmat
40
Bab 40. Penolakan Purnama
41
Bab 41. Penampakan di malam pertama
42
Bab 42. Peringatan Arka
43
Bab 43. Semua di teror
44
Bab 44. Amarah Alan meledak
45
Bab 45. Antara hidup dan mati
46
Bab 46. Alan melihat
47
Bab 47. Ratapan Bapak tiri
48
Bab 48. Nyanyian nestapa
49
Bab 49. Nasi busuk
50
Bab 50. Cerai
51
Bab 51. Di sentil Purnama
52
Bab 52. Amir mengamuk
53
Bab 53. Jena ketahuan
54
Bab 54. Minta tolong pada Purnama
55
Bab 55. Pertempuran sengit
56
Bab 56. Di pancing emosi
57
Bab 57. Kaki lepas lagi
58
Bab 58. Xavier frustasi
59
Bab 59. Kematian Saka
60
Bab 60. Xavier tantrum
61
Bab 61. Datang lagi
62
Bab 62. Menghantui pekerja
63
Bab 63. Mendatangi Purnama
64
Bab 64. Mimpi buruk
65
Bab 65. Mencari alat jimat
66
Bab 66. Gagal di salon
67
Bab 67. Ganguan lagi
68
Bab 68. Cerita pada Purnama
69
Bab 69. bau harum atau busuk
70
Bab 70. Maura jadi korban
71
Bab 71. Menangkap Karto
72
Bab 72. Sam dan Xavier
73
Bab 73. Santet kepala
74
Bab 74. Mayat Maura
75
Bab 75. Curiga nya Razi
76
Bab 76. Emosi pada Malik
77
Bab 77. Kecelakaan Selia
78
Bab 78. Ada nafas
79
Bab 79. Di hukum Purnama
80
Bab 80. Jimat
81
Bab 81. Arka bebal
82
Bab 82. Bisa kasar dan halus
83
Bab 83. Keluarga Ridwan
84
Bab 84. Warti selanjut nya
85
Bab 85. Jena datang
86
Bab 86. Menyiksa Jena
87
Bab 87. Siksaan Jena
88
Bab 88. Dukun
89
Bab 89. Duka besar
90
Bab 90. Di datangi Purnama
91
Bab 91. Menyiksa Jena dan Karto
92
Bab 92. Siksaan lembah kematian
93
Bab 93. Hantu cantik
94
Bab 94. Kebahagian Alan dan Julia
95
Bab 95. Pocong Warti
96
Bab 96. Hukuman Lato lato
97
Bab 97. Xavier bertanya
98
Bab 98. Melawan pocong Warti
99
Bab 99. Julia cemburu
100
Bab 100. Kena tampar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!