Mengobrol

Asia berjalan dengan hati-hati. Dia harus memastikan air dalam tempat yang dia pegang saat ini tidak tumpah setetes pun. Dia memang tidak pernah menggunakan air minumnya sebagai air untuk mencuci kuasnya nanti seperti teman-teman ekskulnya yang lain.

Asia memang berniat menyelesaikan lukisannya hari ini. Sebagian besar anak ekskul Art Club sudah menyelesaikan lukisannya dan mengumpulkannya. Asia sebenarnya ingin menyelesaikan lukisannya di rumah hari Sabtu dan Minggu, tetapi karena dia lupa membawa kanvasnya Jumat lalu, jadi dia tidak menyelesaikan lukisannya.

Sebenarnya tadi pagi Kenriz memarahinya. Dia tidak kembali ke ruang ekskul hari Jumat kemarin. Karena itu juga, alat-alat melukisnya tidak dia rapikan. Jadi, Kenriz yang merapikan, sehingga dia pulang terlambat karena harus merapikan barang-barang Asia.

Rere juga membawakan tasnya saat mendatanginya dan Aletta. Asia sendiri jadi lupa dengan alat-alat serta kanvasnya yang belum dia rapikan.

Asia langsung berjalan ke kursinya di bagian belakang ruangan samping jendela. Dia meletakkan airnya di atas meja yang sudah terdapat palet, cat serta alat-alat yang akan dia gunakan untuk melukis.

Asia mengikat rambutnya menjadi ponytail, agar tidak mengganggunya saat melukis. Rambut-rambut tipis Asia yang tidak terikat beterbangan pelan karena terkena angin yang masuk melewati jendela samping kirinya.

Ruang ekskul Art Club memang jarang menyalakan AC. Mereka lebih memilih membuka jendela, dibandingkan menyalakan AC.

Asia mulai mengaplikasikan cat pada kanvasnya. Dia fokus melukis tanpa menyadari Kenriz yang sudah berdiri di sampingnya.

"Makanya itu lukisan dibawa pulang jadi bisa diselesaikan di rumah. Salah sendiri nggak balik ke sini Jumat kemarin," ucap Kenriz.

Asia menatap Kenriz dengan tatapan jengkel. Dia menggembungkan kedua pipinya sambil kembali mengerjakan lukisannya.

Kenriz yang melihat adik sepupunya itu jengkel, tertawa kecil dalam hati. Dia mengambil kursi dan duduk di samping Asia yang kelihatan tidak terganggu dengan keberadaannya. Dia memperhatikan Asia yang kembali fokus menyelesaikan lukisannya.

Anastasia Putri Laksani, adik sepupu sekaligus adik kelasnya. Dia tahu banyak yang memuja sekaligus iri pada adik sepupunya itu. Asia itu selalu ceria di depan orang-orang. Dia selalu tersenyum manis pada orang-orang yang jelas menambah nilai plus pada penampilannya yang selalu cantik.

Karena itu, banyak yang iri dengan Asia. Kaya, cantik, pintar, baik dan ceria. Jelas banyak yang iri dengan kehidupan Asia. Tetapi, mereka mencoba untuk kelihatan tidak iri pada Asia. Mereka mencoba kelihatan baik pada Asia agar bisa memanfaatkan kekayaannya.

Kenriz sendiri yakin, Rere sahabat baru adik sepupunya itu pasti sudah pernah memperingatkannya untuk tidak terlalu baik pada semua orang. Kenriz tahu, sebenarnya Rere orang yang peka pada sekitarnya, hanya saja dia selalu kelihatan tidak peduli. Dan pastinya, adik sepupunya tidak mendengarkan peringatan Rere. 'Emang yang lo rencanain itu apa, Asia?' tanya Kenriz dalam hati.

Mengingat sesuatu, Kenriz bertanya, "Gue dengar, katanya lo bantuin Aletta yang dibully sama Prisca waktu hari Jumat?"

Ya, hampir semua siswa-siswi SMA Global Mandiri tahu perbuatan Prisca yang suka merundung orang. Tetapi, tidak pernah ada yang peduli dengan perundungan yang Prisca dan teman-temannya lakukan.

Asia menatap Kenriz sebentar dan menjawab, "Ya, gue bantu dia Jumat kemarin. Karena itu gue lupa balik ke sini."

"Lebih baik lo jangan berurusan dengan Prisca. Lo nggak mau ikutan dibully karena membantu Aletta, 'kan?"

"Kak, manusia itu harus saling menolong satu sama lain. Gue nggak bisa diam lihat teman kelas gue dibully. Gue nggak mau jadi seperti yang lain, yang bisanya cuma memalingkan muka begitu melihat Aletta dan yang lainnya dibully. Dari kelas 10 juga gue mau berteman sama Aletta dan Agni, karena menurut gue mereka orang baik," jelas Asia.

Kenriz menghela napas lelah. "Asia, Prisca itu orang yang merepotkan. Jadi, saran gue jangan berurusan sama dia." Kenriz tahu teman satu angkatannya itu memang merepotkan.

Prisca itu selalu berusaha dekat dengan laki-laki incaran SMA Global Mandiri, entah itu adik kelas, seangkatan, atau kakak kelas. Dia selalu akan mencoba untuk dekat dengan mereka, tetapi memang dia paling mengincar Devan. Jika dia melihat ada yang mencoba mendekati cogan SMA Global Mandiri, dia akan mendatangi orang itu dan memperingatinya.

Asia sendiri pernah dilabrak Prisca karena waktu awal-awal Asia masuk SMA Global Mandiri, dia dekat dengan Kenriz. Saat itu, tidak ada yang tahu kalau dia dan Kenriz sepupuan, hanya Rere yang tahu. Kenriz tidak tahu kalau Prisca pernah melabrak Asia karena dirinya.

Saat itu pulang sekolah, Prisca dan teman-temannya mendatangi Asia dan Rere yang sedang menunggu jemputan di halte.

"Heh! Lo 'kan yang namanya Asia?!" tanya Prisca begitu sampai di depan Asia dan Rere. Perempuan dengan make up yang menor untuk seukuran anak sekolahan berdiri di depan Asia dengan empat orang temannya yang berdiri di belakangnya.

"Iya, Kak," jawab Asia. Asia tahu di depannya saat itu adalah kakak kelas 11 yang terkenal suka merundung anak beasiswa, orang yang menggangu menurutnya dan juga orang-orang yang mencoba dekat dengan cogan SMA Global Mandiri.

Rere menatap mereka dengan dingin. Rere paham situasi saat itu, bahwa Prisca dan teman-temannya sedang melabrak Asia dari nada bicara Prisca.

"Lo itu baru sebulan sekolah di sini. Lo nggak usah sok kecantikan dan mencoba dekat dengan Kenriz!"

"Kak Kenriz?" tanya Asia bingung. 'Dekat dengan Kakak sepupu sendiri salah, ya?' tanya Asia dalam hati.

"Iya!! Gue ingetin ya, nggak usah lo dekat-dekat dengan Kenriz. Awas aja lo kalau sampai gue lihat dekat-dekat dengan Kenriz, lo berurusan sama gue!" seru Prisca sambil menunjuk muka Asia. Teman-temannya yang di belakang tersenyum sinis dengan kedua tangan yang mereka lipat di depan dada sambil menatap Asia.

Asia menatap datar Prisca yang menunjuknya. Dia tidak suka dengan orang yang bicara padanya sambil menunjuk mukanya seenaknya. Asia menepis tangan Prisca begitu saja membuat Prisca terkejut.

"Ap—"

Belum selesai Prisca berbicara, Asia memotong. "Gini yah, Kak. Gue sama Kak Kenriz itu sepupuan. Jadi, wajar kalau gue dekat dengan Kakak sepupu gue sendiri," jelas Asia sambil memperlihatkan senyum manisnya.

Prisca dan teman-temannya termenung mendengar ucapan Asia. Rere yang di samping kanan Asia berbicara, "Kalau gue jadi lo pasti malu. Udah sok ngelabrak terus ngancam, tapi ternyata salah paham, hahaha." Rere menyindir dengan tertawa sinis sambil menatap muka Prisca yang kelihatan seperti orang bodoh dalam pandangan Rere.

Prisca langsung menatap Rere dengan tatapan murka yang terlihat jelas di raut mukanya yang memerah, menahan malu dan marah. Tanpa berkata-kata lagi, dia langsung pergi dengan kaki yang ia entak-entakkan karena kesal. Teman-temannya langsung menyusulnya.

"Gue pikir dia hanya mengincar Kak Devan. Ternyata gosip yang beredar soal Prisca yang mengincar semua cogan SMA Global Mandiri ternyata benar," ucap Asia ketika melihat kakak kelasnya itu pergi.

Rere tersenyum miring sambil ikut memperhatikan Prisca dan teman-temannya yang semakin menjauh. "Yah, menurut gue dia cewek murahan sih. Incar semua cowok yang ganteng menurutnya sampai segitunya, bukan hanya satu yang diincar, tapi banyak. Murahan banget."

Asia kaget mendengar ucapan Rere yang cukup kasar. Sekitar sebulan berteman dengan Rere, Asia tahu bahwa Rere memang selalu berbicara seperti itu. Dia tidak peduli kata-katanya akan menyakiti orang yang mendengar atau tidak. Meski begitu, Asia belum cukup terbiasa dengan kata-kata Rere yang kasar.

"Re, jangan bicara kasar gitu."

Alis Rere terangkat satu sambil memperhatikan Asia. "Gue nggak peduli. Itu menurut gue. Lagian, dia juga percaya diri amat kejar-kejar cowok dengan muka badut kayak gitu. Masih mending kalau mukanya cantik, ini malah mirip badut," kata perempuan dengan mata hitam indah itu. Asia hanya menggeleng dengar perkataan Rere.

"Woi!" Kenriz menepuk bahu kanan Asia cukup keras saat melihatnya terdiam, seperti melamun.

Bayangan ketika Prisca melabraknya buyar seketika, saat Asia merasakan tepukan yang cukup keras di bahu kanannya. Dia terkaget dan menatap kakak sepupunya jengkel. "Kak! Kira-kira dong kalau mukul! Lo pikir tenaga lo kecil, ha?!" omel Asia sambil mengusap pelan bahu kanannya.

"Salah sendiri melamun," ucap Kenriz santai. Asia menatapnya dengan muka jengkel yang terlihat santai saja setelah menepuk bahunya keras. "Emang lo mikir apa sampai melamun kayak gitu?" lanjutnya.

Asia terdiam. Menurutnya, yang Kenriz katakan memang benar, berurusan dengan Prisca memang merepotkan. "Gue cuma mikir, yang lo katakan sepertinya benar, Kak. Berurusan dengan Prisca memang merepotkan. Tapi, lo tenang aja, Kak. Gue bisa urus sendiri kok nanti," ucapnya pada Kenriz.

Kenriz membuang napasnya pelan. Ia berdiri dari duduknya. "Lo bisa bilang sama gue kalau lo diganggu sama Prisca karena lo bantu Aletta. Lo nggak usah merasa lo bisa ngelakuin semuanya sendiri, Asia. Manusia itu harus saling menolong satu sama lain, seperti yang lo bilang tadi. Gue cuma mau jadi Kakak sepupu yang baik buat lo. Gue ke kantin dulu. Kalau lo mau istirahat, istirahat aja." Setelah itu, Kenriz meninggalkan Asia yang menatapnya dalam yang sedang berjalan menuju pintu ruang ekskul.

Asia terdiam, mencoba memahami kata-kata Kenriz. Kenriz benar, selama ini dia selalu berusaha melakukan semuanya sendiri. Dia melakukan semuanya sendiri karena menurutnya dia bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sikapnya yang seperti itu tidak salah, 'kan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!