Sebelas tahun kemudian....
Terlihat Sinar mentari menyeruak masuk ke celah gorden sebuah kamar yang cukup besar ,ada lampu hias kecil-kecil dan berapa poster bintang Korea yang tertempel di dinding kamar dengan nuansa girly itu. Tampak sesuatu sedang menggeliat di didalam selimuti. Lalu terdengar suara gesekan gorden yang sedang di buka.
"Ayo bangun sayang!!...gak baik anak perawan bangun siang?!" Seorang wanita paruh baya menarik selimut putrinya.
"Ah... Mama, Aya masih ngantuk!," gadis itu menarik selimutnya lagi menutupi wajahnya.
Silvia menarik selimutnya lagi. "Pasti gara-gara begadang nonton Drakor. Cepet bangun mandi kemudian turun sarapan! kalau gak laptop mama sita!!" Ancamnya.
"Ok Mamaku sayang!" Aya langsung bangun. Sebelum beranjak lari ke kamar mandi Aya menyempatkan mengecup pipi Mamanya dulu.
Silvia hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putri satu-satunya yang super manja.
***
Di meja makan sudah berkumpul formasi lengkap, Jonathan, istrinya Silvia, anak kembarnya Asher kemudian Aya, juga anak sulungnya Shakiel beserta istrinya Nadia yang tengah hamil besar. Ada obrolan-obrolan kecil di sela kegiatan makan.
"Bagaimana keadaan perusahaan,sejauh ini Shakiel?"
"Semuanya baik-baik saja Pa... kemarin perusahaan kita baru saja menang tender!" sahut shakiel lanjut menyuapkan makanan.
"Bagus...kamu tingkatkan lagi kinerjamu." Jawab Jonathan seraya tersenyum.
"Kalau kamu Sher? Ingin melanjutkan kuliahmu kemana?"
"Asher ingin kuliah ke luar negeri Pa!"
BRAK...
Jonathan tiba-tiba menggebrak meja. Semuanya tampak terkejut!! Tak terkecuali Aya yang hampir saja tersedak.
"Papa gak setuju! Kuliah saja di sini seperti Kakakmu! Kuliah di luar negeri juga tidak akan menjamin kamu menjadi orang yang sukses!"
"Tapi... Pa?! Papa kan tahu sendiri kalau itu sudah menjadi impian Asher sejak dulu! lagi pula Asher dapat Beasiswa dari Kam__."
"Cukup!! Papa tidak mau lagi dengar alasanmu!" Potong Jonathan. "Sekali Papa bilang Tidak! tetap TIDAK!" Dengan tatapan tajam dan raut muka yang tampak menahan amarah. Jonathan menghela nafas berusaha meredam amarahnya.
Setelah perdebatan yang cukup menegangkan, semuanya tampak diam,hanya ada suara dentingan sendok di meja makan. Hingga satu suara yang menginterupsi membuat semua orang menoleh.
"Papa gak nanya Aya mau lanjut kemana?"
Jonathan mendongak menatap putri cantiknya yang sedang tersenyum ke arahnya. "Eh...iya sayang Papa lupa, Putri cantik Papa mau ikut kelas privat apa lagi?" Tanya Jonathan sambil tersenyum.
Aura Aya langsung meredup. "Aya gak mau ambil kelas privat lagi Pa!.. Aya maunya kuliah seperti Asher." Jawab Aya manja. Seketika yang di sebutkan namanya menoleh sambil melotot. Aya membalasnya dengan menjulurkan lidahnya mengejek.
"Tidak sayang! Diluar itu berbahaya, banyak penjahat, banyak laki-laki bre**s*k juga." Jonathan menimpali.
"Iya ... seperti Papa, kak Shakiel sama Asher sama kan laki-laki juga?" Sahut Aya sebal.
"Kalo Papa sama kak Shakiel jelas beda, Asher mungkin...?" Jonathan menunjuk dengan dagunya. Masih melanjutkan makan yang sempat tertunda.
"Enak... saja!! Papa kalik!" Sahut Asher ketus tidak terima. Memandang sinis ke arah Papanya.
"Sudah-sudah dari tadi bendebat terus, malu tu sama Nadia." Sahut Silvia tidak tahan dengan tingkah Suami dan anaknya.
"Tidak apa-apa Ma, malah Nadia senang suasananya jadi makin rame." sahut Nadia tersenyum.
"Oh iya sayang, kata dokter kapan HPLnya?"
Belum sempat menjawab terdengar kursi terdorong. Aya beranjak berdiri mendengus kesal lalu berlari naik ketangga menuju kamarnya.
"Dasar anak emas.!! Gak punya sopan santun!" Sahut Asher, menoleh ke arah tangga yang baru saja di lewati Aya.
"Aku dengar ya! awas saja kau!!" Teriak Aya dari Arah pintu kamarnya.
"iki dingir yi...iwis siji kiw." Tiru Asher sambil melengos sebal.
"Sepertinya dia ngambek Ma!!,coba Mama bujuk dulu!" Perintah Jonathan pada istrinya.
Silvia segera merapikan bekas piringnya dan piring Aya," Kalian lanjutan saja makannya,biar ibu susul Aya dulu!"
***
Aya tengkurap di kasur kamarnya sambil memeluk bantal .
"Papa jahat!! sampai kapan aku terus di kurung di rumah ini!" Aya merendam teriakannya dengan bantal sambil menangis. kakinya dihentak-hentakka. Aya mendengar ketukan pintu.
"Sayang.. mama masuk ya?" Suara Silvia dari luar pintu, masuk mendekati putrinya kemudian duduk di pinggir ranjang.
"Maafin Papa ya sayang ? Papa melakukannya karena sayang banget sama Aya." jelas Silvia sambil mengusap-usap rambut putriya.
Aya beranjak duduk, mengusap air matanya kemudian menatap Silvia. "Tapi Aya pengen hidup normal Ma ...,kayak orang-orang di luar sana, bisa kuliah, jalan-jalan sama temen ,punya pacar."
"Punya pacar??" Silvia langsung menyahut.
"Hehehe...Gak kok Ma, Aya cuma becanda," Aya tersenyum menunjukkan giginya. "Tapi Aya pengen kuliah Ma. ,Mama bujuk Papa ya? Please,..." Aya menggelayut manja di tangan silvia.
"Kamu tahu sendiri kan sayang, keputusan Papa gak bisa dibanta?"
Aya terdiam ,memutar otaknya memikirkan sesuatu. kemudian tiba-tiba tersenyum. "Bagaimana kalau gini, nanti kalau kak Nadia melahirkan anak perempuan, Aya boleh ya kuliah?"
"Apa hubungannya?" Silvia heran dengan pemikiran putrinya.
"Ya kan,buat gantiin posisi Aya di rumah ini, boleh ya Ma? Please...?" Aya menangkupkan tangan didadanya memohon.
"Iya udah... Tapi kalau ternyata anak kak Nadia laki-laki, kamu harus nurut sama Papa, gak usah kuliah!" Pinta Silvia
"Oke Aya janji," Aya mengacungkan jari kelingkingnya dan menautkannya dengan jari sang ibu.
"Kalau gitu ibu turun dulu ya? Mau bikinin kopi buat Papa", Silvia mengelus rambut putriya kemudian beranjak.
"Ok Ma,"
Setelah ibunya pergi Aya terdiam, memandang pintu yang baru saja tertutup. "Ya Tuhan, selama ini aku selalu patuh pada kedua orang tua ku, tidak pernah mengeluh dengan keadaanku, aku juga tidak pernah meminta apapun kepadamu, ku mohon... untuk kali ini saja kabulkan doa ku, biarkan aku hidup bebas dan keluar dari sangkar ini," batinnya dalam hati.
Aya tersadar dari lamunannya ketika suara gedoran pintu dari luar, kemudian seseorang yang menurutnya sangat menjengkelkan masuk ke dalam kamar berkacak pinggang sambil tersenyum mengejek.
"Heh... Anak emas! udah selesai ngambeknya?" Tanya Asher saudara kembarnya, langsung melompat ke ranjang dan mengacak-acak rambut Aya.
"Apaan sih ,Lo tuh anak perak?!" Aya menepis tangan Asher dari kepalanya, lalu tengkurap lagi di atas kasur.
"Aku dengar kamu bikin kesepakatan sama Mama ya?.. kesepakatan apaan??" Tanya Asher penasaran.
"Iiisshh.... dasar tukang nguping? aku kutuk kupingmu tuli baru tahu rasa!" Aya menoleh, menatap jengkel.
"Kutukan mu gak bakal mempan, yang ada aku kutuk balik jadi burung dalam sangkar."
"Gak usah kau kutuk, aku sudah berasa jadi burung dalam sangkar. Ya Tuhan....!! kapan aku bisa BEBAS....!!" teriak Aya di kuping Asher.
Asher reflek membungkam mulut Aya sambil mengusap-usap kupingnya yang berdenging lalu ikut merebahkan diri dengan posisi terlentang menindih Aya yang sedang tengkurap.
"iissh...berat tauk!! Minggir gak?!" Perintah Aya pada Asher.
"Gak!!...,Aku gak bakalan minggir, sebelum kamu mengatakan kesepakatan kamu sama Mama," kekeh Asher.
"Iya...iya, tapi minggir dulu!"
Asher kemudian beranjak duduk dan diikuti Aya, saudara kembar itu duduk bersila berhadapan. Kemudian Aya mulai menceritakan apa yang sudah dia sepakati dengan Mamanya beberapa menit yang lalu.
"Terus.... kalo yang lahir anak laki-laki gimana?" Tanya Asher.
"Gak bakal, firasatku yakin banget kalo anaknya kak Nadina itu perempuan." Jawab Aya mantap.
"Udah kaya Cenayang aja kau!!"
"Kenapa ya Kak Shakiel sama Kak Nadia gak mau tau jenis kelamin anaknya??"
"Katanya sih biar suprise..., lagi pula kan anaknya kembar, jadi Mereka udah bersyukur banget ,mau dikasih laki-laki atau perempuan udah gak penting katanya." Jelas Aya sambil menopang dagu.
"Kamu sendiri gimana Sher? Gak jadi kuliah di luar negeri?"
"Gak tau lah... Padahal aku dapat beasiswa full, lagi pula Om Bram juga tinggal di sana, tapi kenapa Papa masih gak setuju." Sahut Asher dengan raut muka kecewa. Bram adalah adik Jonathan yang sudah lama tinggal di LA.
"Yang sabar ya Sher!" Aya mengelus punggung saudara kembar.
Asher menepis tangan Aya dari punggungnya. "Apaan sih! ,kaya kau gak punya masalah sendiri, pikirin tu gimana kalau yang keluar anak laki-laki?"
"Bantuin doa,...ya Sher?...please?" Aya memohon sambil mengatupkan ke dua tangannya di dada, dengan muka memelas.
"GAK!!"
"Jahat kamu...!!"
"Iya...iya aku doain.......tapiiiiii.....bo'ong..?!" Jawab Asher berdiri dan berlari keluar.
"Asher....!!" Teriak Aya lalu melemparkan bantalnya ke arah keluarnya Asher.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
RN
aku mampir lagi bawa like
saling dukung y kak
2020-10-25
0