Aku masih menangis syok, ingin rasanya marah meluapkan semua Yang ada, namun apa daya mau aku Semarah apapun, tetap tidak bisa membalikkan keadaan, semuanya sudah terlanjur, aku tidak bisa kabur dari petaka ini, hal berharga yang aku miliki sudah hilang luntur ditelan keegoisan.
Bani memelukku erat, mencoba menenangkan aku yang kalut berat, dia membelaiku lembut, bawaannya tenang seakan tidak terjadi apapun diantara kita.
"Sahara . . .aku akan melamarmu bulan depan, dan kita akan segera menikah jadi kamu jangan takut" Bani memelukku yang masih menangis sesenggukan.
Tidak sepatah katapun keluar dari mulutku, dan hanya tangisan yang ada, bukan pernikahan seperti ini yang aku inginkan apalagi aku sudah tidak sreg dengan mama Bani, calon mertua ku yang galak itu.
Akhirnya bulan depan yang ditunggu datang juga. Bani dan keluarganya datang untuk melamarku, kedatangan mereka di sambut baik oleh keluargaku, ayah ibu nenek dan kakek ku menyambut mereka dengan suka cita apalagi mereka sudah mengenal Bani dengan baik, dimata mereka Bani anak yang sopan, ramah, patuh, bertanggung jawab dan tidak neko neko, makanya keluarga ku setuju saat Bani mengutarakan niatnya untuk melamar dan menikahiku tahun ini.
Tanggal 26 Februari nanti hari pernikahanku ditentukan oleh kedua belah pihak, sebelum acara berlangsung semuanya sibuk menyiapkan acara, mulai dari pernak pernik pernikahan, catering, dekor, hingga hal paling kecil tidak terlewatkan, persiapan ini membuat ku capek, lelah, dan badan terasa lemas, acara berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan apapun, pasca menikah Bani mengajakku tinggal dekat mama nya yang sekarang menjadi mertua ku.
Disinilah kehidupan baru di mulai, dan konflik sering terjadi, benar apa yang sering di katakan oleh orang, aku memang sering mendengar curhat beberapa temanku tentang mantu perempuan dan mertua yang kurang akur satu sama lain, okee ini kisahku dengan mertua yang sangat galak dan cerewet.
*Hari pertama tinggal dekat mertua*
Tok. .tok. .tok . .terdengar suara pintu kamarku diketok dengan kencang karena emang ini hari weekend jadi aku sengaja bangun siang agar hari esok kerja menjadi fresh tapi apalah daya ada gangguan dan aku merasa g nyaman dengan suasana ini.
"Jam berapa ini belum bangun" Teriak mertuaku dari luar kamar sembari mengetok pintu dengan kencangnya mungkin dia ingin seluruh penjuru rumah bahkan tetangga dengar kalau aku belum bangun.
"Aku sudah bangun dari tadi kok ma, maaf ya ma tolong ketuk pintunya pelan saja, saya punya telinga sudah dengar kok orang ngetuk pintunya kencang banget" Jawabku setelah buka pintu kamar.
"Kamu berani ngelawan orang tua? perempuan, jam segini belum bangun, belum masak belum apa mau jadi apa rumah tangga" Hardik mertuaku.
"Loh ini kan hari weekend ma, jadi wajar dong kalau santai sedikit, aku tidak ngelawan orang tua kok ma" jawab ku.
"Apa santai? nanti anak ku kelaparan dong, punya istri kaya kamu jam 7 baru bangun, nasi aja belum punya, sudah siang ini malu sama ayam yang sudah berkokok nyari makan sejak subuh, masa manusia belum bangun" kata mertua ku lagi.
Aku tidak menjawab lagi ocehan mertuaku, aku menutup lagi pintu kamarku, aku masuk kedalam kamar dan menangis, ingin rasanya teriak kencang, pertama kali tinggal dekat mertua seperti ini, padahal aku terbiasa dimanja di rumah, bani baru sampai rumah kebetulan dapet kerja sampingan weekend, mungkin dia habis dapat aduan dari mertua, dia langsung memeluk ku dan menenangkan ku, yang sedang menangis.
"Ada apa Sahara?" tanya Bani.
"Ini kan hari weekend, kita baru pindah kesini beberes kamar seharian tidak ada yang bantu emang ngga capek apa, pagi jam 7 masih ngantuk wajar dong, pakai pintu digedor teriak kenceng" Jawabku terisak Isak.
"Sabar ya Sahara, maksud mama baik kok, agar kamu itu terbiasa bangun pagi dan memasak buat keluarga" jawab Bani.
"Ya engga Begitu juga kali caranya, masa gedor pintu kenceng banget, mana suaranya menggelegar, kalau kedengaran tetangga kan malu" jawab ku.
*Hari kedua dirumah mertua*
"Pulang kerja belanja belanja kaya banyak duit aja" celoteh mertua sambil jahit baju pelanggannya.
"Kebutuhan bulanan kami ini ma" sahut Bani.
aku cuma terdiam mendengar mama mertua berceloteh ria, menyuruh kami buat nabung, berhemat, jangan foya foya, agar uang cepat terkumpul buat beli rumah sendiri.
"Duit gaji di tabung jangan boros, kemarin sudah habis habisan, beli seserahan kemarin juga nggak murah, barang mahal semua duit dari mana kalau mama ngga nabung dari menjahit" kata mertua ku.
"Tidak usah di omong juga kali ma beli barang seserahan mahal, Memang harganya semahal apa sih ma" tanya ku.
Ku jawab dengan nada emosi karena lelah bekerja pulang bukanya santai malah dibikin ngga enak hati, entah kenapa mertuaku langsung nangis didepan anaknya, dia berkata punya mantu kasar ngga sayang mama yang sudah membesarkan anak dengan susah payah seorang diri tanpa suami.
Hari ketiga dan seterusnya di rumah mertua membuatku semakin g betah saja, ku bujuk Bani untuk ngontrak rumah saja, bukan untuk menjauhi mamanya atau keluarganya tapi untuk hidup mandiri dan bisa membangun keluarga kecil secara sehat.
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Puan Harahap
udah hadir thor
🌷🌷Salam Pria Idola dan Menikahi Pria
Urakan🌷🌷
2021-04-20
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-14
1
Desrayanii
Like 💕💕😍
2020-11-06
1