Je Regrette

Bunyi gerusan halus membuat Hiver menoleh, River mengacungkan rokok beserta pemantiknya dari kuningan.

“Sorry.” River memanjangkan ucapannya membuat Hiver terkekeh ringan. Mendapatkan respon Hiver yang tidak mempermasalahkan rokoknya, ia pun membakar batang nikotin lalu menyesap panjang dengan nikmat.

“Aku ingat saat kita remaja, kau merokok dan melihatnya.” Gumam Hiver sembari mengingat 13 tahun yang lalu.

“Aku sudah remaja dan kau masih anak-anak.” Tukas River lalu tertawa ringan.

Hiver sekilas terdiam, ingatan saat ia berusia 14 tahun kembali mengurai di memorinya. Kala itu mereka masih rutin meluangkan waktu untuk saling mengunjungi. Atau berwisata bersama ke suatu negara. Biasanya hanya ia dan Onyx berhasil keluar dari Mersia, Lou dan Cyrus masih dalam pengawasan ibunda ratu, Summer Rindu of Mersia.

“Aku sudah tinggi saat 14 tahun.”

Hiver menatap River dengan sorot mata tajam, pria bermanik biru itu melanjutkan kekehan tawanya.

“Maafkan aku telah mengajarkanmu hal tidak baik, Princess Marjorie.” River mengisap batang nikotin dan mengembuskan asapnya ke udara. Sungguh nikmat, walau ia melihat Hiver mengibaskan asap yang  berhembus ke depan wajahnya.

“Tidak, aku juga ingin mengetahui rasanya. Merokok maksudku. Sungguh tidak enak, itu membuatku terbatuk selama berjam-jam dan mukaku memerah seperti lobster.”

“Kau seperti keracunan.” Potong River lalu menambahkan.

“Aku bisa mengingat wajahmu yang memucat karena mencemaskanku. Kau sampai berlari ke dalam rumah dan membawakan bermacam minuman dan buah.”

River tertawa keras ketika ingatannya berhasil kembali ke masa yang sama dengan pikiran Hiver.

“Untungnya kita merokok di bagian belakang bangunan dekat kolam. Tempat paling aman dari CCTV papa. Andai saat itu ia tahu jika aku meracuni seorang putri, papa akan menggantungku terbalik di dekat kolam. Menjemurku selama 2 hari 2 malam.”

Hiver tergelak tawa keras, tangannya memegang kuat pinggiran anak tangga tempat mereka duduk berdampingan.

“Papi tidak akan melakukan itu, Riv. Beliau sangat mencintaimu, Autumm, Kaia dan Orion.” Bersamaan ia menyebut nama yang terakhir, Hiver menoleh dan mendapati Orion berdiri dalam ruang tengah. Tepat menatapnya dengan sangat lekat.

Mereka sempat berpandangan sebelum akhirnya Orion berjalan meninggalkan tempatnya berdiri. River mendapati saudara kembarnya yang berlalu dalam langkah panjang.

“Dia seperti itu, Hiv. Kita semua tahu bukan, jika tidak ada orang disukainya. Well, selain kami bersaudara. Orion tertutup, genius dan sangat suka ketenangan. Begitu papa menjelaskan kepada kami ketika dia ingin tinggal sendiri. Otak Orion baru akan bekerja di tempat sepi seperti ini, dia tidak cocok dengan perkotaan dan orang banyak. Jadi wajar kau mendapatkan perlakuan seperti itu, Orion tidak tahu bersikap.”

“Dulu dia tidak separah ini, Riv. Walau Orion jarang bermain bersama tapi dia selalu ada di dekat kita. Membaca atau memerhatikanku melukis. Waktu yang merubah kita semua. Kau bahkan telah berubah, Riv.” Todong Hiver

memerhatikan wajah temannya, sekaligus pria yang dicintainya dengan diam.

“Aku?” River menunjuk dirinya, Hiver pun menganggukkan kepala.

“Ya, siapa lagi jika bukan CEO Bluette Corporation. River Phoenix Bluette.”

River mendengus lalu mengesap sisa rokoknya.

“Sekarang aku berusia 30 tahun, Hiv. Dan kau sendiri 27 tahun. Kita bukan berubah namun semakin dewasa. Banyak hal yang mengambil waktu kita, termasuk pekerjaan. Pikiran kita telah berkembang, bukan seorang anak-anak lagi yang merengek kepada orang tua untuk bertemu dan wisata bersama. Di pundak kita ada tanggung jawab besar, aku memiliki ribuan pekerja yang harus kugaji. Kau memiliki Mersia.” sanggah River dengan bijak.

“Aku tidak sesibuk dirimu yang tidak membalas pesanku, tidak mengangkat teleponku. Andai tadi aku hanya menyapamu seperti biasa tanpa menyertakan foto halaman belakang mansion ini, kau pasti tidak menggubrisku. Apakah kau mengabaikan diriku karena Carole?”

River terdiam lalu menoleh menatap Hiver. Gadis di sampingnya menyebut nama tunangan River, Carole Deneuve.

Hiver benar dalam menerka, Carole melarang River membalas pesan dan telepon putri Mersia itu. Carole cemburu, sangat cemburu kepada Hiver. Walau kekasih River itu sangat tahu jika Hiver adalah teman kecilnya, namun tetap saja Carole membebani dirinya dengan perasaan itu.

“Kenapa kau tidak menikahinya, Riv? Kalian berpacaran selama 3 tahun, bertunangan lebih setahun. Apa yang kau tunggu?” Hiver memberondong pertanyaan yang telah lama di simpannya dalam hati. Sekian lama mereka tidak

bertemu dalam suasana santai membuat segala macam pertanyaan tumbuh di benak Hiver. Termasuk keraguan River untuk menikah, sebuah harapan muncul jikalau pria di sebelahnya memiliki perasaan yang sama.

“Carole sibuk dengan dunia aktingnya. Kau tahu jika kariernya sedang naik beberapa tahun terakhir. Aku hanya menanti saat yang tepat, Hiv.”

Lenyap sudah, semua harapan Hiver usai mendengar jawaban River. Ia pun memalingkan wajah ke arah halaman yang sangat luas.

“Kau sendiri kenapa belum menikah?” tambah River bertanya hal yang terlalu pribadi. Beriringan usia bertambah, hal yang menjadi candaan kala mereka muda menjadi tabu untuk ditanyakan.

Hiver mendesah pelan lalu berdiri dan menuruni tangga, berbalik menatap River.

“Aku belum menemukan dia.” Jawabnya dengan pelan lalu tersenyum simpul.

“Pangeranmu?” River ikut berdiri dan berjalan mendekat ke arah Hiver, sang putri kerajaan Mersia yang memiliki kecantikan alami dan tidak pernah membosankan untuk dipandangi.

“Aku tidak tahu, Riv.” Gumam Hiver yang melangkahkan kakinya, menyusuri jalanan taman. River berada di sebelahnya, terus memerhatikan segala gerak-gerik yang membuat jantungnya berdebar hebat.

“Kau adalah seorang putri, tentu saja kau harus menikah dengan seorang pewaris tahta. Pangeran dari sebuah kerajaan yang lebih besar dari Mersia.” Bukan hanya sekali ini River mengatakan kalimat sama kepada Hiver. Sejak mereka remaja dan mengenal arti cinta, ia sering menyindirnya dengan kalimat itu.

“Apakah aku harus menikah tanpa cinta dengan seorang pangeran? Menjadi ratu yang dijadikan pajangan di kursi kerajaan? River, kau ingin melihatku seperti itu, menjadi boneka seumur hidup? Sementara kedua orang tuaku

menikah karena cinta. Tidak mesti harus seorang pangeran, bisa saja aku jatuh cinta kepada pelayan kafe dan aku akan hidup bahagia dengannya hingga tua.”

River tertegun mendengar perkataan tegas dari Hiver “Kau memiliki kekasih seorang pelayan kafe? Sungguh beruntung pria itu, mendapatkan cinta dari dirimu.”

Hiver mendengus kasar dan menatap kesal kepada River.

Harusnya kau, pria itu.

Gerutu Hiver mempercepat langkahnya, jalanan taman indah mengantarkan kakinya hingga ke rerimbunan pohon, kemudian ia bisa melihat danau yang sangat luas.

“Hiv, apakah kau marah?”

Rupanya River setia mengejar Hiver, kini mereka berdampingan pada dermaga kayu dimana sebuah yatch kecil namun berharga jutaan Euro bersandar di sebelah 2 jet ski berwarna hitam.

“Tidak, aku tidak marah.” Jawabnya pelan. Bagaimana mungkin ia bisa marah kepada pria yang dicintainya.

“Kau ingin ikut denganku ke Lyon?” River mengalihkan pembicaraan agar gadis di sebelahnya tidak bermuram durja lagi.

“Tidak.” Tolak Hiver menatap River.

“Kau bilang tadi ingin pergi, aku menawarkan tumpangan agar kau tidak perlu naik mobil untuk ke kota. Chopperku bisa terbang kapan saja, Hiv.”

“Tidak dan terima kasih. Misiku kesini adalah membawa pulang putra mahkota kami. Jika Onyx masih bertahan, aku juga harus berada di sini walau kau tahu jika Orion tidak menyukaiku.”

River sungguh ingin memeluk Hiver, gadis cantik bermanik hijau seperti danau di depan mereka memilih termenung dengan pikiran yang sama sekali tidak bisa ia baca.

“Aku akan menghadiri pesta di Lyon, nanti malam. Aku mengundangmu menjadi temanku.”

Hiver tersenyum miring “Itu tempat Carole, Riv. Aku tidak ingin mengambilnya. Lebih baik aku berada di tempat sunyi ini dibandingkan tersorot kamera dan keesokan hari berita kita naik di berbagai media. Putri Mersia menghabiskan malam bersama dengan CEO Bluette Corporation, River Phoenix yang tak lain tunangan dari aktris Carole Deneuve.” Sindir Hiver lalu menelengkan kepalanya dengan kuat.

River terdiam, ia kehilangan kata-kata. Bukan hanya usia yang bertambah dewasa memisahkan mereka, tapi orang lain termasuk Carole. Wanita yang hadir di kehidupan River, ketika ia menyerah berharap akan cinta sang putri Mersia.

Hiver tersenyum geli mendengar dengkuran halus Onyx, adiknya. Setelah berbincang dengan terbuka dan sangat dalam tentang beban berat sebagai putra mahkota, Onyx pun terlelap. Keputusan Hiver untuk tidak ikut ke

Lyon membuahkan hasil, Onyx setuju besok pagi akan kembali ke Mersia bersama dengannya.

Alih-alih tidur di kamar yang disediakan pelayan mansion, Hiver memilih beristirahat di tempat Onyx. Di Mersia pun Onyx yang manja sering datang saat tengah malam hanya untuk tidur bersama. Bukan hanya Onyx, Cyrus pun

melakukan hal yang serupa.

Rasa kantuknya menghilang, Hiver tidak tahu melakukan sesuatu dengan kamar yang gelap gulita. Hampir sejam ia menatap dinding dan perabotan kamar yang samar bentuknya. Tak lama kemudian ketika bosan tidak bisa di tahannya, gadis bersurai hitam menggeser tubuhnya hingga ke tepi tempat tidur dengan perlahan, tidak ada

perubahan dengkuran Onyx akan perbuatan Hiver. Akhirnya dengan kaki berjingkat ia berhasil keluar dari kamar tidur mereka.

Dengan bibir terkulum Hiver menghela napas lega, iapun lalu berjalan menyusuri permadani empuk dengan kaki telanjang.

Mansion itu sangat sepi, tidak ada pelayan yang masih berjaga pada saat jam besar berdentang sebanyak dua kali. Pukul dua, tentu saja semua orang telah terlelap dengan mimpi indahnya, kecuali gadis bergaun putih dari sutra

yang melangkahkan kaki ke arah taman belakang.

Walau dalam keadaan malam yang tanpa purnama, taman belakang mansion tetap saja nyaman dan tidak menakutkan. Hiver bukan seorang gadis bernyali kecil, hal kasat mata bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan. Apalagi mansion seluas itu dibersihkan setiap hari, tidak ada kesan angker melainkan ketenangan hakiki bermuara dalam sukma.

Bunyi gemercik air jatuh dari pancuran membuat suasana taman lebih hidup, angin bertiup sepoi-sepoi membuai Hiver dengan rasa kantuk. Langkah kaki menapaki lantai bermarmer kasar membuat Hiver menoleh, ia melihat

sosok Orion berjalan menghampirinya.

Kembali kantuknya menghilang, ketika sumber aroma parfum maskulin dan earthy tepat berada di sampingnya. Ya, Orion duduk satu kursi dengan Hiver.

Pria aneh berambut emas pucat mengenakan piyama katun berwarna putih, jika Hiver memerhatikan teman duduknya, Orion seperti malaikat yang sedang tugas malam.

Orion sangat tampan sekaligus cantik, bertinggi 189 cm dengan tubuh yang ceking namun tetap saja indah untuk di lihat. Hanya saja, penampilan luarnya tidak sama dengan caranya bersikap. Orion pendiam, misterius, sedikit kata dan cendurung tidak berperasaan ketika mengucapkan sesuatu. Contohnya ketika makan siang tadi.

“Marjorie.” Sebuah kata lembut yang memecahkan keheningan di antara mereka. Nama Hiver terdengar merdu diucapkan Orion, selembut angin meniup surai emas pucat.

Hiver menoleh menatap pemilik wajah cantik dengan manik kelihatan lebih biru dari biasanya.

“Aku sangat kasar kepadamu.”

Hiver menjawab dengan sebuah kerjapan lalu menaikkan bahu.

Orion mengalihkan pandangannya ke depan, Hiver tidak. Ia malah menemukan pemandangan indah di sampingnya. Wajah Orion yang cantik, kulit putih bercahaya, hidung tinggi terpahat dengan sempurna, surai emas bergoyang pelan akan tiupan angin.

“Je regrette, Marjorie.”

Hiver tersenyum mendengarkan permintaan maaf dari Orion. Mungkin hal ini yang membuat Hiver tidak bisa tidur, perkataan Orion tadi siang dan mungkin juga memikirkan River yang berpesta dengan Carole. Lebih baik ia melupakan hal yang terakhir, tidak ada gunanya.

“Jangan lakukan itu lagi, Orion.” pinta Hiver lalu menarik napas panjang.

“Ya.” Respon Orion lebih cepat dari perkiraan Hiver.

Gadis Mersia itu berbalik menatap suara lembut sehalus sutra, Orion tersenyum sekarang malaikat itu jauh lebih sempurna dari sebelumnya. Sekian lama mereka berperang dingin, malam itu bumi sepertinya sedang berbaik hati meluluhkan hati Orion dan menjaga mata Hiver untuk tetap terjaga.

Malam semakin tua, keduanya kembali terdiam dengan pikiran masing-masing.

Hiver menjaga senyumannya agar terus terkembang dengan batasan yang seharusnya. Lucu jika orang biasa mendengarkan ini, bahwa sebuah senyuman pun harus memiliki standar bagi seorang putri Mersia. Hanya senyuman yang boleh terpajang, karena seburuk apapun suasana hati Hiver, tidak boleh ia tampakkan kepada orang-orang, terlebih pada perjamuan besar yang diadakan oleh kerajaan tetangga.

Hiver berada di London, Garden Palace nama pesta yang dihadirinya. Berbagai tamu dari kerajaan lainnya berada di ballroom besar tersebut, semua berdarah biru layaknya Hiver. Sebenarnya Hiver tidak datang sendiri, ia bersama dengan Onyx. Sang putra mahkota tampak berbincang dengan anggota kerajaan tuan rumah. Onyx terkenal sangat ramah, berteman baik dengan siapapun. Jadi tidak susah bagi calon raja itu menemukan temannya di pesta seperti ini.

“Princess Marjorie Hiver, calon istriku.” Suara bariton menghentakkan lamunan Hiver. Ia melihat pria yang menyapanya. Tinggi besar, tampan dan kesempurnaan fisik seorang pria berada dalam satu paket. Dan yah, sebuah kerajaan besar di Swedia tak lama lagi berada dalam kuasa pria itu.

“Prince Philip Bernadotte, Duke af Vasterbotten.” Hiver menyebut nama lengkap pria bersuit biru yang tersenyum lebar kepadanya.

“Kau mengingat dengan jelas nama calon suamimu, Sayang.” Ucap Philip meraih jemari tangan Hiver lalu mengecupnya dengan dalam. Sebuah sentuhan mistis yang membuat sekujur tubuh Hiver bergetar tak karuan.

____

River

Orion

Hiver

Philip

Alo kesayangan^^,

Bagaimana weekend kalian, lama baru mengupdate novel ini..

terlintas di pikiranku jika ingin mengupdate novel ini setiap hari.

Mungkin, belum sekarang.

Have a heavenly day y'all :)

Love,

D

Terpopuler

Comments

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

emang lo jagonya cari COGAN2 tuh isi cerita e lo..! you are the best...!
mm...
udah pulang teraweh, thor..?

2021-05-06

0

RN

RN

River hiver bisa mirip nama

good story kk

balik mampir ya Jangan Tanya hati

2021-01-11

1

felixia anime

felixia anime

philip ganteng bngt thor, 😉

2020-11-12

0

lihat semua
Episodes
1 You Broke Me First
2 Je Regrette
3 You Should Be Mine
4 What Should I Say
5 I Love Him but He Doesn't
6 First Date
7 Responsibility
8 I Love You's
9 Marjorie
10 Don't Cry, Marjorie
11 Wait For Me
12 Don't Stop Me Now
13 Crazy Rich Europeans
14 Mrs. Filante
15 No Regret
16 Leave Me Alone
17 Kabut
18 Heart Open
19 Royal Wedding
20 Rindu Yang Membawaku
21 Je L'aime
22 Je T'aime, Mon Epoux
23 Sundown
24 Through The Rain
25 Make You Feel My Love
26 True Colors
27 Si Bintang Jatuh
28 Aku Mendapatkanmu
29 Kau Lebih Menarik
30 You Deserve To Be Happy
31 How Could an Angel Break My Heart
32 Finding True Love
33 Your Decision
34 Crazy In Love
35 It Takes Time
36 a Fact of Life
37 Hanya Saja
38 Cry Me a River
39 Please, Don't Hurt Me
40 Just Hug Me, Marjorie
41 Take a Breath
42 Separuh Hati
43 Melanjutkan Hidup
44 Info Lanjutan Mersia
45 The Prince
46 Cinderella
47 Chasing Movement
48 a Stupid Thing Called Love
49 What Is Your Type Of Guy?
50 Never Been Kissed
51 Thinking About You
52 l'm Not Waiting
53 Selamat Datang di Mersia
54 One Step Back
55 Rindu Yang Bertuan
56 Give Another Chance
57 30 minutes
58 Curiosity
59 Reality
60 I'm Fine
61 Aging Like a Fine Wine
62 Honestly
63 Rindu Pertemuan
64 Croziflette
65 Dunia Sedang Tak Bersahabat
66 Aku Akan Selalu Menunggu
67 Pulang
68 I Just Want You
69 This Isn't a Dream, Right?
70 Pria Pertama Yang Aku Cintai
71 Panggung Sandiwara
72 Good Answer
73 Tolong Bahagiakan Dia
74 Mau Kemana
75 10 Seconds
76 My First
77 My Hawaii
78 Funny Fiance
79 Love Me Tender
80 Ketika Symphony Berakhir
81 The Reasons
Episodes

Updated 81 Episodes

1
You Broke Me First
2
Je Regrette
3
You Should Be Mine
4
What Should I Say
5
I Love Him but He Doesn't
6
First Date
7
Responsibility
8
I Love You's
9
Marjorie
10
Don't Cry, Marjorie
11
Wait For Me
12
Don't Stop Me Now
13
Crazy Rich Europeans
14
Mrs. Filante
15
No Regret
16
Leave Me Alone
17
Kabut
18
Heart Open
19
Royal Wedding
20
Rindu Yang Membawaku
21
Je L'aime
22
Je T'aime, Mon Epoux
23
Sundown
24
Through The Rain
25
Make You Feel My Love
26
True Colors
27
Si Bintang Jatuh
28
Aku Mendapatkanmu
29
Kau Lebih Menarik
30
You Deserve To Be Happy
31
How Could an Angel Break My Heart
32
Finding True Love
33
Your Decision
34
Crazy In Love
35
It Takes Time
36
a Fact of Life
37
Hanya Saja
38
Cry Me a River
39
Please, Don't Hurt Me
40
Just Hug Me, Marjorie
41
Take a Breath
42
Separuh Hati
43
Melanjutkan Hidup
44
Info Lanjutan Mersia
45
The Prince
46
Cinderella
47
Chasing Movement
48
a Stupid Thing Called Love
49
What Is Your Type Of Guy?
50
Never Been Kissed
51
Thinking About You
52
l'm Not Waiting
53
Selamat Datang di Mersia
54
One Step Back
55
Rindu Yang Bertuan
56
Give Another Chance
57
30 minutes
58
Curiosity
59
Reality
60
I'm Fine
61
Aging Like a Fine Wine
62
Honestly
63
Rindu Pertemuan
64
Croziflette
65
Dunia Sedang Tak Bersahabat
66
Aku Akan Selalu Menunggu
67
Pulang
68
I Just Want You
69
This Isn't a Dream, Right?
70
Pria Pertama Yang Aku Cintai
71
Panggung Sandiwara
72
Good Answer
73
Tolong Bahagiakan Dia
74
Mau Kemana
75
10 Seconds
76
My First
77
My Hawaii
78
Funny Fiance
79
Love Me Tender
80
Ketika Symphony Berakhir
81
The Reasons

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!