“Kebetulan itu tidak ada! Semua hal di dunia ini sudah dirancang sedemikian rupa di dalam skenario yang telah ditulis oleh tuhan.”
~~ K.Tulip12 ~~
🌷
🌷
🌷
🌷
🌷
🌷
Malam hari ditaman belakang rumah Arian, Reno, James, Will dan dirinya mengadakan mini party untuk merayakan pelepasan sobatnya, Will dari gelar raja playboynya.
"Mari kita bersulang untuk Will sebagai mantan dari gelar raja playboynya," ucap Reno.
"Untuk gelar barunya sebagai calon suami Dama," tambah James.
"Yang sakinnah, mawardah dan warohmah," tutup Arian.
"Bersulang!" seru mereka bersamaan.
Tringg!!
Mereka pun meneguk minumannya dengan sekali teguk.
"Ahahahaha... Thanks ya guys, aku tidak tahu akan jadi apa akhirnya jika bukan karna Reno yang udah sabar nemenin aku nyari cincin. Aku pasti sudah memperlakukan Dama jika Arian tak mengatur style ku kala itu. Dan..."
Will menatap James didepannya, ia meninju lengan sobatnya itu.
"Aku tidak tahu darimana kau mengerjakan gadis itu sebagai pengiring moment spesial dalam hidupku. Melodi yang ia mainkan sungguh membuatku jadi lancar ber-improvisasikan puisi cintaku untuk Dama. Xie - xie James!"
Mereka pun tertawa bersama begitu mengingat bagaimana Will harus cuti selama beberapa minggu hanya untuk menghafalkan selembar puisi karangan Reno yang susah sekali ia ingat.
Nyatanya puisi itu tidak diperlukkan karena akhirnya ia menciptakan puisinya sendiri dengan balutan emosi dalam lukisan ekspresi yang sangat menghayati.
“No problem! Malahan seharusnya kau mengatakan itu pada April. Bukannya aku tak menghargai apresiasi darimu, tapi jika bukan karena Yadi, aku pasti sudah kalang kabut mencari pengganti sebagus permainan April," ujar James.
"Lho? Dikira aku orang kau ceritakan padaku itu April," kata Will.
"Bukan, yang waktu itu namanya Joko. Aku mengenalnya sedikit karena ia pernah datang ke restoran dan meminta Sarah untuk balikkan."
"Ohh, jadi mantan toh," sela Arian.
"Terus Jokonya kemana, Je? Apa yang terjadi dengan dia? Coba ceritain dari awal sampe akhirnya, Je," tanya Reno.
"Awalnya aku tanya-tanya tuh ke Sarah tentang siapa Joko ini. Diceritain deh tuh, kalo dia adalah mantan kekasihnya waktu SMA. Kebetulan mantanya itu anak band dan dia posisinya sebagai pemain keyboard. Nah dari situ aku minta kontaknya dari Sarah, tapi sebelum itu dia nanyain tuh buat apa aku minta kontaknya Joko. Yah aku jawab jujur dong, kalo aku ingin melakukan kerja sama untuknya selama satu hari sebagai pianis pengiring di restoran.
"Terus?" sela Will
"Sarah sempet nolak tuh dengan alasan kalo Joko tuh gak bisa diharapkan untuk kerja sama. Dia terlalu keras kepala dan egois."
"Terus?" sela Arian.
"untungnya Sarah bisa ku bujuk dan singkatnya setelah mendapatkan kontak Joko, malamnya aku langsung ngechat dia dan membahas tentang maksud dan tujuanku. Dia setuju tapi dengan satu syarat." James sengaja menghentikkan ucapannya.
"Apa?" tanya ketiganya.
"Dia bilang kepadaku agar meyakinkan Sarah untuk kembali menjadi kekasihnya."
"Kau jawab apa?"
"Yah aku menyetujuinya," ujar James.
"Gokil,"
"Absurd,"
"Parah,"
Komen mereka bertiga bersamaan.
"Aku terpaksa melakukannya karena aku sudah pusing dengan urusan yang menumpuk. Mana belum nemuin tempat yang pas buat buka cabang restoran di Belanda, terus belum lagi orang tua Maya terus mendesak kami untuk honeymoon agar cepat memiliki momongan. Gak stress gimana coba kalo begitu."
"Akhirnya habis itu gimana?" tanya Reno lagi udah macam reporter.
"Batal! Seperti yang kalian tau, sehari sebelum hari ini, aku sempat ngurung diri dalam kamar setelah mendapat kabar dari Sarah kalo Joko udah berangkat ke Solo. Mana aku sudah terlanjur membayarnya."
“Dasar menejer ****! Idiot! Aku jadi kasian dengan Maya karna memilikimu sebagai suaminya. Udah tablo, dongo lagi.” Arian langsung dijitak oleh William dari belakang.
“Ye monyet! Ngaca tole! Masih mending James lagi pasangannya mencintainya. Sedangkan kau? Jadi budak cinta wanita matre itu saja bangga. Mau sampe kapan mau ngejalin hubungan toxic ini terus?"
Jleb!! Rasanya saat ini Arian seperti dihujani ribuan pisau dari langit karena ucapan Will.
"Perkataanmu sadis sekali Will. Terlalu badas!"
Mereka pun menertawai Arian dan melanjutkan sisa malam yang mendung ini dengan penuh canda tawa.
🕊
:::::::::::::::::::
🕊
“Oh, jadi namanya April."
Satu hal yang menarik perhatianku saat kembali menonton video moment pertunangan Will dan Dama.
Baru kali ini aku melihat ada orang yang main piano wajahnya tuh datar banget, jutek lagi. Mana tuh alis kirinya naik turun terus.
"Dasar gadis aneh!"
“Wayoloh! Lagi nonton apaan tuh???”
Ponselku terlempar ke samping sofa saking terkejutnya dengan munculnya Kak Reno secara mendadak. Dia tertawa lalu mengambil hape ku yang jatuh tak jauh dari tempatnya.
“Sini kak balikin! Jangan Reseh dah!”
Aku berusaha menggapai hape
ku dari tangan kak Reno tapi sama dia malah dilempar ke tangan James yang kebetulan baru datang bersama Will yang membawa beberapa cemilan bekas party tadi.
“Ohhhhhhhhh......jadi gini kelakuan kamu Arian dibelakang aku, hah? Kamu tega ninggalin moment
hidup kita hanya karena dia, gadis piano itu!” ucap Will sambil tolak pinggang didepanku.
“Akhirnya jiwa Will yang sebenarnya keluar, wkwkwkwkkw. It’s time to show who you are to Dama.”
Aku tersenyum puas bahwa James ada dipihakku.
“Woiii James hapus gak tuh video! Jamesssss!” James menjulurkan lidahnya pada Will yang akhirnya membuatnya memikirkan satu hal agar video itu bisa dihapus.
“Yaudah sana kalo mau kasih tau ke Dama videonya tapi jangan lupakan tentang ini!” Will menunjukkan foto dimana saat James berpose ala-ala cewe alay dengan beha dan rok mini milik mama yang dijemur disamping kolam renang.
Will kembali memperagakan beberapa gaya difoto dan itusukses membuat aku dan kak Reno ngakak.
“Kenapa temanku begini semua ya tuhan, ahahahahaha. Niatnya kan mau ngekepoin Arian, ngapa jadi kesambet semua."
“Ayolah kak kenapa harus aku? Mereka jadi berhenti kan, kau sih kak. Lebih baik aku balik ke kamar dan tidur nyenyak."
Baru aja ingin melangkah, eh... sama mereka udah dicegat.
“GAK BISA! Sekarang waktunya untuk menjelaskan semuanya kepada kami," ujar Will.
"Iya, jelaskan juga siapa yang kau sebut gadis aneh barusan?" tambah Reno yang udah mencuri dengar gumamanku.
“Apa mau aku telpon Aprilnya sekalian biar dia yang mewakili masalahmu. Aku yakin ini ada kaitannya dengan April."
Ancaman James membuatku melotot dan mau gak mau deh akhirnya aku ceritain semuanya.
Berawal dari dimana James menyuruhku ke kamar mandi, lalu aku yang terburu-buru hingga tanpa sengaja menabrak seorang gadis tengil yang memanggilku dengan sebutan PAK.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 14 Episodes
Comments