Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Hari ini tepat 1 bulan Livina bekerja di Z&M Kitchenware. Sore tadi ia telah menerima gaji pertamanya yang ditransfer ke rekening pribadinya. Gajinya lumayan besar, di atas UMR di kotanya. Membawa kebahagiaan tersendiri bagi Livina. Ia ambil separuh dari gajinya untuk diserahkan kepada ibunya. Sedangkan sisanya ia biarkan di dalam tabungan. Uang itu sengaja ia kumpulkan untuk biaya operasi Gio. Walau belum tahu kapan uangnya akan cukup untuk biaya operasi, tapi ia akan tetap mengumpulkannya sedikit demi sedikit demi terwujudnya impiannya mengobati penyakit Gio.
Livina sengaja tidak mengambil uang untuk kebutuhan pribadinya karena uang pegangannya masih cukup. Uang itu ia dapat dari pemberian rekan satu kantornya yang kadang meminta tolong dibelikan makanan ataupun minuman dan lain-lain. Uang kelebihannya sering mereka berikan kepada Livina. Jumlahnya pun lumayan jadi bisa Livina manfaatkan untuk ongkos dan makan siang. Karena kesederhanaan dan keuletan Livina dalam bekerja, banyak rekan kerjanya yang menyukainya. Tak terkecuali Divo, rekan kerjanya bagian HRD.
Divo selalu memberikan perhatian-perhatian kecil pada Livina. Tak jarang Divo sengaja naik ke lantai 5 untuk menemui Livina dan mengajaknya makan siang. Livina sering kali menolak, namun Divo memaksa. Livina menolak bukan tanpa alasan. Ia merasa tak enak hati karena setiap kali Divo mengajaknya makan siang, ia selalu dibayari. Setiap kali Livina ingin membayar makanannya sendiri, Divo selalu menolak. Seperti siang ini, Divo lagi-lagi naik ke lantai 5 hanya untuk mengajak Livina makan siang.
"Hai Vin, makan siang yuk! Dah laper ni."
"Emm ... Vina belum laper kak. Kak Divo makan bareng Rini aja ya, kayaknya Rini juga mau ke kantin. Ya kan Rin?" Tolak Livina halus.
"Iya sih, aku juga mau ke kantin. Tapi masa' kami cuma berdua aja. Kamu ikut juga dong, Vin!" bujuk Rini.
"Iya, kamu ni Vin. Jangan alasan belum laper mulu, nanti kalau kena sakit magh kan kamu sendiri yang repot. Pokoknya kamu harus ikut. Titik!" Paksa Divo.
Akhirnya dengan terpaksa Livina mengikuti Divo dan Rini makan di kantin perusahaannya.
Oh ya, kini Livina memanggil Divo dengan panggilan kakak atas permintaan Divo sendiri. Semua bukan tanpa alasan. Divo bilang, ia sudah menganggap Livina seperti adiknya sendiri. Apalagi menurut ibunya, ia sebenarnya memiliki adik perempuan, tapi saat Divo bertanya pada ibunya dimana adiknya, ibunya malah menangis histeris dan akhirnya pingsan.
Saat ia bertanya pada ayahnya, ayahnya hanya diam. Jadi sampai sekarang ia belum tahu apa-apa tentang adiknya. Tapi ia tak menceritakan hal ini pada Livina.
Di kantin
"Vin, kamu mau makan apa? Nanti sekalian aku pesenin?" tanya Divo.
"Emmm ... nasi putih, soto, sama kerupuk aja kak."
"Itu aja? Lauk dan minumnya?"
"Nggak usah kak, Vina minum air putih aja."
"Huft ... " Divo menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tahu, percuma memaksa Livina memesan lauk dan minuman, pasti ia menolak. Karena itu, Divo selalu mengambil lauk lebih untuk ia berikan pada Livina.
"Kalo kamu, Rin? Mau pesan apa?"
"Biar aku pesan sendiri aja Vo. Aku mau liat-liat dulu ada menu apa aja."
Beberapa menit kemudian.
"Nih, Vin makan siangmu." Ucap Divo seraya menyerahkan nampan berisi makan siang Livina.
"Kok banyak banget kak lauknya? Kan aku cuma mau makan nasi, soto, sama kerupuk?" Livina melihat bukan hanya nasi, soto, dan kerupuk saja isinya, tapi juga ada ikan goreng, sambal, tahu, plus jus alpokat. Membuat Livina makin tak enak hati.
"Udah, makan aja. Itu namanya rejeki jadi jangan ditolak. Okey."
"Makasih kak." yang hanya diangguki oleh Divo.
"Oh ya Vin, ngomong-ngomong besok kan libur, kita jalan yuk?"
"Jalan kemana, Rin?"
"Kemana aja, ke mall oke, ke cafe juga boleh."
"Maaf Rin, kayaknya aku nggak bisa. Kan jarang-jarang kita libur jadi aku mau manfaatin untuk nemenin adikku jalan-jalan di taman sekitar rumah kami." Tolak Livina.
Sebenarnya Livina juga pingin jalan-jalan ke mall atau cafe seperti ajakan Rini karena ia belum pernah satu kali pun ke mall apalagi cafe, tapi apa boleh buat sebab ia harus berhemat demi mewujudkan keinginannya mengobati penyakit Gio.
"Emang umur adik kamu berapa Vin? Cewek apa cowok?"
"Cowok, umurnya udah 15 tahun."
"Lho kok masih kamu temenin jalan-jalan kan biasanya umuran segitu anak cowok lagi demen-demennya main dan kumpul sama temen-temennya sesama cowok malah ada yang udah males di rumah karena sibuk pacaran." heran Rini.
Livina tertunduk sambil meremas ujung kemejanya.
"Gio beda Rin. Gio nggak bisa jalan. Kakinya lumpuh. Dia juga nggak punya temen kayak anak-anak seusianya. Karena tubuhnya sakit-sakitan, ia juga nggak sekolah." Jelas Livina sambil terisak. Tak terasa air matanya sudah mengalir membasahi pipi tapi segera ia hapus dengan kedua tangannya.
"Maaf ya, Vin. Aku nggak bermaksud buat kamu sedih." Ucap Rini merasa bersalah.
"Kalo gitu, gimana kalau kita ajak juga Gio jalan-jalan. Pasti Gio seneng. Kalo mau besok aku pinjam mobil sama pamanku terus jemput kamu sama Gio,Vin. Kamu mau kan?" ajak Divo.
"Nghak usah kak. Makasih banget atas kebaikan kakak. Aku nggak mau ngerepotin kakak."
"Nggak repot kok. Aku juga dah lama nggak jalan-jalan nih. Apalagi kata kamu Gio nggak punya temen, pasti dia seneng kalau aku dan Rini mau jadi temennya."
"Ya udah Vin, nggak usah banyak mikir, ikut aja kenapa sih, itung-itung nyenengin adikmu juga."
"Iya kak, Rin. Nanti aku ajak Gio juga. Semoga ibu dan bapak ngijinin."
"Nah, gitu donk. Kalau gitu nanti kamu kirimin alamat rumahmu via wa ya! Oh ya, aku juga belum punya nomor kamu nih Vin?"
"Livina nggak punya hp, Vo."
"Ah, masa'. Zaman sekarang masih ada yang belum punya hp. Beneran Vin?" Tanya Divo sangsi.
"Iya kak, Vina nggak punya hp." Livina tertunduk malu.
"Ya udah kalau gitu, kamu nanti tulis aja ya alamat kamu, nanti pas pulang kasih ke aku. Aku tunggu di ruang HRD."
"Iya kak. "
"Yuk balik ke kantor, jam makan siang udah hampir habis nih."
Mereka pun kembali ke kantor.
Sore hari sepulang kerja.
"Assalamualaikum kak Divo. Ini alamat rumahku."
"Oke, besok kakak jemput jam 10 ya!"
"Baik kak."
<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
jangan2 vina adik divo ya....
2023-09-30
0
Jesica Irawan
sudut pandang nya..berubah2..kadang2 jadi aki
.tp.jadi oranglain
.gimana ini..cuma sekedar kritik saja..lebih bagus..seperti.di.awal..sudut pandang sebagai diri sendiri
2020-10-10
1