"Yuan! Tolong ambilkan garam di dapur ya." Pinta ibunya, Ana.
Yuan melepaskan earphone yang sedang terpasang di telinganya itu.
"Biar Daisy saja bi." Ujar Daisy.
Malam ini, keluarga Ray dan keluarga Ana berkumpul di rumah Ray untuk makan malam bersama. Mereka mengadakan makan malam dengan pesta barbeque di halaman rumah.
Ana yang masih memanggang daging barbeque di grill, menoleh pada Daisy sekilas.
"Baiklah, kalau begitu tolong ya, Daisy." Kata Ana yang kembali fokus pada dagingnya.
Daisy mengangguk kemudian berjalan masuk kedalam rumah keluarga Gavin itu.
"Dia itu memang suka mencari perhatian ya." Bisik Yuan, ditujukan untuk Nana yang duduk di sampingnya.
Nana menepuk bahu Yuan,
"Dia itu adikku, beraninya kau mengatainya di depan ku." Ucap Nana.
Yuan menghembuskan napasnya, ia kembali memasang earphone-nya, mendengarkan lagu yang dibuat oleh boyband nya.
"Yuan, berapakali dad bilang, jangan pakai benda itu disaat ada dad dan mom, kau belum paham juga ya? Kau ingin dad menyitanya?" Ray datang, berdiri dihadapan anak laki-lakinya itu yang sedang duduk bersantai.
Yuan menggantungkan tangannya yang baru saja ingin memakai earphone.
"Aku tidak akan memakainya." Ucap Yuan.
Nana menatap Yuan melas, pria itu kasihan juga jika harus mengalah terus, apalagi ini masalah kegemaran Yuan.
Nana kemudian berdiri dari duduknya, ia berlari pergi dari halaman rumah itu, tak lama ia kembali membawa sebuah pengeras suara bluetooth, meletakkannya ditengah-tengah keluarga mereka dan menyalakan musik dengan volume sedang.
Semua orang menoleh ke arah Nana, gadis itu tersenyum yang juga dibalas oleh senyuman dari para wanita yang ada di sana.
Baik Ray maupun Yohan, hanya bisa diam dan mengalah.
Nana kembali duduk di samping Yuan yang menatapnya.
"Ini lebih baik kan?"
"Kenapa memutar lagu kami? Jika mereka mengenali suaraku bagaimana?" Tanya Yuan yang tampak khawatir.
"Ssstt tenang saja, hanya aku, kau, dan ibuku yang tahu lagu ini. Daisy juga baru saja masuk perguruan tinggi kita, mungkin dia belum tahu, kalau nanti dia tahu, kita hanya perlu memintanya untuk menjaga rahasia ini." Bisik Nana.
Yuan menghela napasnya, ia kemudian mencari sosok Rachel yang sedang menatap kearahnya dan Nana.
Yuan tersenyum canggung ke arah bibinya itu. Rachel mengangkat bahunya, seakan mengatakan, ya terserah kau saja, bibi tidak ikut campur.
Impian seperti udara, tak dapat kau genggam, namun dapat kau rasakan.
Terus hirup dan rasakan, bukalah mata hatimu, lihatlah dunia yang indah, berjuta warna dan rasa. Ini hidupku.
"Ayo makan! Semuanya sudah siap." Ucap Ana, ia meletakkan piring terakhir di atas meja panjang itu.
Makan malam dimulai dengan tawa kecil dari keluarga besar itu, kehangatan menyelimuti semua hati, tapi ada beberapa hati yang merasakan kekosongan. Seseorang yang sudah lama tidak terlihat, seseorang yang tidak pernah hadir di acara makan malam keluarga.
Nana dan nenek Calista menghela napas mereka secara bersamaan, walaupun tempat duduk mereka sedikit berjauhan, tapi perasaan hati mereka mendekati rasa yang sama. Ingin seorang pria bernama Alex hadir disini.
"Aaaa." Ucap Yuan yang melihat gelagat sedih dari Nana, pria itu menyodorkan daging barbeque pada Nana, berniat menyuapi sepupunya itu.
Nana menampilkan wajah sedihnya hanya pada pria itu, ia kemudian membuka mulutnya, menerima suapan dari Yuan.
"Apa dia tidak menghubungi mu?" Tanya Yuan.
Nana menundukkan kepalanya,
"Sering, dia sangat sering menelponku, mengirim pesan, email dan video call. Tapi, tetap saja, bertemu langsung adalah yang terbaik untuk melepaskan rasa rindu." Ucap Nana.
Yuan sejak kecil sudah tahu masalah keluarga Nana, sebenarnya itu bukan sebuah masalah, tapi memang sudah menjadi pilihan yang merubah takdir Nana. Terpisah dengan ayah kandung yang begitu perhatian dan sayang padanya pasti sangat berat. Yuan pun seakan bisa merasakan perasaan Nana.
"Kenapa tidak memintanya untuk bertemu?"
Nana menghela nafasnya, ia kemudian menatap Yuan sendu.
"Aku tidak ingin egois Yuan, aku tahu alasan papa pergi dari negara ini, dan selalu alfa di setiap acara keluarga seperti ini. Kau pasti juga paham kan?"
Yuan mengangguk,
"Iya."
•••
Acara makan malam keluarga yang berlangsung, akhirnya selesai.
Selepas membereskan semuanya, Rachel dan keluarganya berpamitan untuk pulang kerumah. Begitupun juga dengan ayah Ana dan ibu tirinya.
Bagaimana dengan Rio? Rio menikah dan tinggal di negara tetangga. Jarang sekali pulang, pria itu membangun bisnisnya sendiri dan mengembalikan departemen store ayah Ana kepada pewaris yang semestinya, yaitu Kenan. Karenanya Kenan tidak bisa hadir disini karena sibuk dengan urusan pekerjaan.
"Kak, aku pulang ya." Ucap Rachel, setelah ayahnya dan ibunya pulang, Rachel juga ikut pamit untuk pulang.
"Baiklah, hati-hati dijalan ya." Kata Ana yang sedang dirangkul oleh Ray.
"Dimana Nana?" Tanya Yohan yang tidak melihat Nana di teras rumah itu.
"Nana ada di dalam bersama Yuan." Jawab nenek Calista.
"Ya ampun anak itu, mereka kan sudah dewasa, tidak mungkin Nana menginap lagi dan tidur bersama Yuan. Aku akan memanggilnya." Ujar Rachel.
"Tidak apa, lagipula, Nana juga biasa tidur di kamar lain semenjak mereka duduk di sekolah menengah pertama." Kata Ana mencoba mencegah Rachel yang ingin memaksa Nana pulang.
Terlihat Rachel menghela napasnya,
"Maaf jika dia merepotkanmu kak." Ucap Rachel.
"Tidak, sama sekali tidak merepotkan, Nana memang sudah seperti putri kami." Kata Ana yang menoleh pada Ray meminta dukungan.
"Iya benar." Ucap Ray mendukung perkataan Ana.
"Kalau begitu kami pulang ya, selamat malam, sampai jumpa lagi." Ujar Rachel.
"Eng, Ana, Ray, kami pulang." Kata Yohan dengan nada yang masih saja kaku memanggil mantan tuan dan nyonya nya itu.
Ana maupun Ray hanya bisa tersenyum, menertawakan sikap Yohan.
"Paman, bibi, Daisy juga pamit pulang, salam untuk kak Yuan ya." Ujar Daisy yang kemudian masuk ke dalam mobil.
"Iya, hati-hati dijalan ya." Ucap Ana melambaikan tangannya saat mobil itu melaju keluar dari pekarangan rumah mereka.
"Ayo masuk, diluar udaranya dingin." Ujar ibu tiri Ray itu.
"Iya." Jawab Ray dan Ana.
Melihat wanita tua yang sudah masuk lebih dulu itu, mereka berdua saling berpandangan.
"Kau melihatnya tadi?" Tanya Ana.
"Wajah sedihnya? Ya, aku melihatnya, setiap kali kita mengadakan acara tanpa adanya Alex, ibu pasti akan menampilkan wajah seperti itu." Kata Ray dengan helaan nafasnya.
"Nana juga. Aku kasihan dengan anak itu, apa Alex tidak berniat untuk pulang dan bertemu dengan anaknya, walaupun dia sering menghubungi Nana, tapi tetap saja bertemu langsung lebih baik." Ucap Ana.
✍ Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf apabila ada persamaan nama tokoh, karakter, tempat kejadian ataupun peristiwa yang terjadi.✍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
°e͠kha
nana yang sabar ya 😊
2020-06-15
1
Iis Lintang Cuapcuap
kasihan nana
2020-04-04
0
Emphitee Ballakaciprhutee
pemeran rose mirip sama drakor extra ordinary you.mudah2an alurnya beda sama drakor nya
2020-01-07
3