Universitas itu tampak mulai ramai, satu-persatu mahasiswa yang memiliki jadwal di pagi hari berdatangan, ada yang menampilkan wajah malas, ada pula yang menampilkan wajah semangat.
Suara deruman mobil mewah itu memecah area jalan kampus menuju parkiran. Semua orang tampak menghentikan langkah mereka dan memandang ke arah mobil berwarna hitam itu. Dalam hati mereka bertanya-tanya, siapakah pemilik mobil itu.
Tebakan menyapa pikiran mereka, semua orang hanya terpikir dengan dua orang kaya raya di sekolah mereka. Julian dan Kin, anak seorang manajer yang baru saja di promosikan menjadi direktur dan juga anak seorang pengusaha tekstil yang sukses. Kenapa mereka tidak berpikir jika itu Yuan atau Kai, tentu tidak, Kai bukanlah si kaya raya, ia hanya sosok pria beruntung yang bisa berteman dengan tiga orang rich man. Lalu Yuan? Semua orang tahu, jika ayah Yuan sangat tegas dengan pria satu itu, Ray terlihat selalu mengantar Yuan setiap waktu.
Pintu mobil sport itu terbuka, sebuah sepatu merk terkenal dengan edisi terbatas terlihat turun dari mobil itu. Lalu semua orang terperangah dan para wanita semakin dibuat jatuh cinta dengan pesona pria itu.
Yuan turun dengan tangan memegang tas yang tergantung di bahu kanannya. Setelah menutup pintu mobil, ia menghadap ke sisi seberang mobil.
Disana muncul sosok lain yang membuat para gadis iri, perempuan beruntung yang menjadi sepupu dan satu-satunya gadis di kampus ini yang dekat dengan Yuan. Dia Nalika Lotusa, Nana.
Nana keluar dari mobil, menutup pintu mobil itu dan melangkah menghampiri Yuan yang sudah menunggunya dengan tidak sabar.
"Dasar siput." Ucap Yuan dengan sindiran khasnya.
Nana membalasnya dengan wajah mencebik seperti biasa, ia kemudian berlalu, berjalan mendahului Yuan. Nana malas berjalan berdampingan dengan Yuan, karena pria itu sebentar lagi akan di kerumuni para gadis yang kini tengah menatap dengan mata berbinar-binar ke arah Yuan.
Jika Nana terus disamping Yuan saat ini, ia bisa di dorong dan bahkan mungkin terinjak-injak. Membayangkan hal yang sebelumnya pernah terjadi pada dirinya saat sekolah menengah pertama dulu, membuat Nana bergidik ngeri.
"Nana tunggu." Panggil Yuan saat melihat sepupunya itu berlari menjauhinya.
Nana menoleh sesaat, ia melambaikan tangannya dan mengangkat tangannya yang terkepal ke atas. Memberikan kode agar Yuan semangat menghadapi para gadis itu.
"Sial." Gumam Yuan.
"Yuan, kemarin aku belajar membuat kue, dan ini hasilnya, aku ingin kau menjadi orang pertama yang mencobanya." Ujar salah seorang gadis dengan pakaian yang terlihat fashionable, sekali lihat, semua orang akan tahu, kalau gadis itu adalah seseorang dari keluarga kaya.
Tapi dikampus itu, anak orang kaya adalah hal biasa, yang luar biasa adalah anak dari orang super kaya dan sangat berpengaruh, seperti Yuan, yang memang menjadi orang nomor satu di kampus nya.
Semua orang tua wali, selalu menyuruh anak gadis mereka untuk mendekati Yuan, bisa menikahkan anak gadis mereka dengan Yuan yang merupakan seorang pewaris tunggal dari perusahaan terbesar di negara ini adalah impian setiap orang tua.
"Kau ingin meracuniku?! Siapa yang mau makan kue yang sudah jelas terlihat gagal itu." Ketus Yuan sembari menatap datar gadis itu.
"Hei teman, apa yang kau katakan. Sekali lihat saja, sudah sangat jelas jika kue yang di buatnya itu sangat enak." Kata Kin yang baru saja menerobos masuk ke dalam kerumunan para gadis yang sedang mengerumuni Yuan.
"Yah, jika kau mau, ambil dan makanlah. Aku duluan." Ucap Yuan pada temannya itu, Kin.
Setelahnya, Yuan berlalu, ia kembali melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan para gadis-gadis itu.
Disisi lain, Rose memandang Yuan tak jauh dari sana.
"Bahkan perempuan yang populer, disukai banyak pria dan juga dari keluarga kaya seperti Rema pun di abaikan olehnya, pantas saja kemarin aku ditolak olehnya." Ucap Rose.
"Sudah aku katakan, cukup kagumi saja dia dari kejauhan. Orang seperti Yuan, tidak mungkin berdampingan dengan orang level rendahan seperti kita." Kata Yana yang berdiri disamping Rose.
Rose menghela napasnya, kemudian tersenyum menatap punggung tegap itu.
"Di negara ini tidak ada sistem kasta, kenapa tidak mungkin. Cintaku yang besar padanya, pasti suatu hari nanti akan terbalaskan. Benarkah tuhan?" Rose menatap langit biru yang cerah itu, dirinya seperti orang gila yang berkhayal terlalu tinggi. Bahkan tangan kanannya terangkat keatas seperti sedang menangkap sesuatu.
Yana menurunkan tangan Rose karena gadis itu kini menjadi perhatian beberapa orang yang melewati mereka.
"Kau sudah tidak waras ya?!" Bisik Yana kesal.
Rose mengabaikannya, ia masih memandang langit dengan senyuman diwajahnya, khayalannya bersama Yuan seakan sedang terputar di atas langit sana.
"Rose!" Yana menggoyangkan badan Rose agar temannya itu kembali pada kesadarannya.
"Apa?" Tanya Rose.
Yana menghela nafasnya, ia menggelengkan kepalanya, heran dengan teman baiknya yang begitu jatuh cinta pada pria yang tidak mungkin bersama Rose.
Yana kemudian pergi meninggalkan Rose yang masih melamun dan tersenyum-senyum sendiri.
"Eh? Yana kau mau pergi kemana? Yana— tunggu!" Panggil Rose yang baru menyadari jika temannya itu sudah berjalan pergi dari sisinya.
•••
Yuan masuk kedalam ruangan khusus grupnya, ia melemparkan tasnya ke arah sofa.
"Ada apa dengan wajahmu itu?" Tanya Julian.
"Apa karena Nana lagi? Dia membuatmu kesal ya?" Tanya Kai.
Yuan mengangkat bahunya, ia merebahkan dirinya di kursi santai.
"Apa wajahku ini tipe-tipe wajah yang terlihat penuh masalah?" Tanya Yuan.
"Ck, wajahmu itu selalu datar, bahkan pada semua wanita, yah kecuali ibumu, nenekmu, bibimu, dan Nana." Ujar Kin yang baru saja masuk kedalam.
"Kau benar-benar membawa kue beracun itu?" Yuan menatap Kin tak percaya, pria itu membawa sebuah kotak berisi kue buatan gadis tadi.
"Tentu saja, kenapa tidak." Jawab Kin.
"Oh ya, apa kalian tahu? Yuan hari ini membawa mobil sendiri. Sialnya dia membawa mobil sport keluaran terbaru, aku benar-benar merasa tidak sebanding denganmu." Ujar Kin dengan candaan khasnya.
"Yuan!" Seseorang masuk kedalam ruangan itu, siapa lagi orang yang dapat seenaknya masuk dan memanggil Yuan dengan sangat akrab. Yah, dia Nana.
"Apa?" Tanya Yuan malas.
"Ayo ikut aku, ada sesuatu yang ingin aku beritahukan padamu." Ujar Nana sembari menarik tangan Yuan.
"Katakan saja disini." Ucap Yuan yang terlalu malas untuk beranjak dari posisinya saat ini.
Nana menghela nafasnya kesal, ia kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tas miliknya dan menunjukkannya pada Yuan.
"Serius?" Tanya Yuan.
✍ Cerita ini hanya fiktif belaka mohon maaf apabila ada persamaan nama tokoh, karakter, tempat kejadian ataupun peristiwa yang terjadi✍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Rifa Safitri
Betul banget thor "Lebih baik mengagumi seseorang dr kejauhan" krn terhindar dr perbuatan julit seseorang
2020-03-20
1
lily
lanjut thor
2020-01-02
1
Afrilho
up lagi dong thor
2020-01-02
1