Kala hari mulai berlalu, dan waktu yang terus melaju, seperti mimpi di masa itu, kini hadir awal yang baru. Kisah cinta yang luar biasa.
**✍Extraordinary Love✍
✍\(Cinta Luar Biasa\)✍**
✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍
Kaki itu melangkah melewati pandangan para gadis yang menatapnya terpesona. Yuan memakai earphone-nya, mengabaikan suara bisikan dari mulut orang-orang yang memuji dan mengaguminya.
Hal seperti ini, sudah biasa Yuan hadapi sejak ia mulai masuk sekolah. Dari sekolah dasar sampai sekarang, dirinya adalah pria populer yang digemari dan di idam-idamkan para wanita.
"Yuan!" Suara wanita itu memecah keramaian, membuat semua orang terdiam dan memperhatikannya.
Yuan menoleh, terlihat seorang gadis dengan rambut pendek, mata besar, dan senyum yang terukir diwajah. Pria itu kemudian melepas earphone-nya, menatap gadis itu.
"Yuan, aku mencintaimu. Maukah kau menjadi pacarku?" Ungkap gadis itu sembari memberikan sebuah kotak persegi empat berukuran sedang yang berhiaskan pita merah ke arah pria itu.
Yuan mengalihkan pandangannya, melihat apakah mobil ayahnya masih ada di diparkiran atau tidak. Kemudian, terdengar hembusan nafas dari dirinya. Ia kembali menatap gadis yang masih pada posisinya itu.
"Iya." Jawab Yuan.
Semua orang yang ada disana terlihat menganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar, begitupun dengan Nana yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Iya?" Gadis itu mengulangi perkataan Yuan, ia sendiri juga tidak percaya dengan jawaban Yuan, hatinya seakan melonjak bahagia walau hanya dengan satu kata itu.
"Bukankah itu jawaban yang kau inginkan?" Yuan menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan, membuat senyum gadis itu memudar perlahan.
"Jangan berpikir kalau aku serius mengatakannya. Kau pikir, aku mau berpacaran dengan wanita seperti mu?" Kata Yuan.
"Kau bukan tipeku." Ujar Yuan, kemudian berbalik membelakangi gadis itu.
"Lalu seperti apa tipe wanita yang kau sukai?" Tanya gadis itu, terlihat jika ia tidak menyerah begitu saja. Banyak cibiran dan tatapan sinis dari orang lain padanya, tapi dia tidak peduli.
Yuan tersenyum miris padanya,
"Dari logo yang ada pada jaketmu itu, sepertinya kau berasal dari fakultas hukum. Kau harus tahu, aku tidak suka wanita yang pandai hukum, mereka itu terlalu pintar berbicara, berdebat dan sangat keras kepala. Aku benci wanita seperti mu, menjujung tinggi aturan? Menjijikan." Ucap Yuan tanpa menoleh padanya.
Setelah mengatakannya, Yuan berlalu pergi dari sana.
"Astaga, dia itu benar-benar!" Gumam Nana, kemudian berlari mengejar Yuan.
Rose, gadis yang menyatakan perasaannya pada Yuan. Ia menatap nanar punggung pria itu. Cibiran dan ungkapan kasihan masih terdengar dari semua orang yang menyaksikan melodrama itu.
Rose hanya bisa menundukkan kepalanya menahan malu dan sedih, dengan wajah lesunya, ia berlalu pergi dari sana, berjalan kembali ke fakultasnya.
•••
Nana memukul kepala Yuan, ia merasa geram dengan sikap sepupunya yang keterlaluan. Setidaknya pria itu hanya perlu menolaknya dengan cara baik-baik.
"Siapa yang berani—" Ucap Yuan, menoleh pada orang yang sudah kurang ajar memukul kepalanya. Tapi kemudian ia mengurungkan amarahnya saat tahu yang melakukannya adalah sepupunya.
"Nana! Kenapa memukulku?!"
"Bodoh!" Kata Nana dengan tangan yang kembali memukul kepala pria itu.
"Aw! Sakit!" Pekik Yuan yang kesal.
"Kenapa harus berlebihan seperti itu?! Jika ingin menolaknya, cukup tolak dengan cara yang baik! Kenapa kau harus membuatnya terbang tinggi sesaat dan kemudian melemparkannya ke bawah, lalu menginjak-injak harga dirinya?!" Ujar Nana dengan nada yang tak kalah lantang dari Yuan.
"Terserah, bukan urusanmu." Jawab Yuan, ia kembali melangkahkan kakinya, mengabaikan Nana yang terus menceramahi dirinya itu.
"Oh sepertinya bibi Ana menelponku!" Kata Nana, sengaja ia mengatakannya dengan suara keras agar pria itu mendengarnya.
Yuan terlihat membulatkan matanya, terkejut mendengar nama ibunya disebut oleh Nana, spontan tubuhnya berbalik dan kembali kehadapan Nana.
"Apa yang kau inginkan?!" Tanya Yuan yang takut jika Nana mengadukan sikap buruknya itu pada sang ibu.
Nana mengulum senyum penuh kemenangan nya,
"Ah sepertinya aku salah lihat ya, bibi Ana tidak menelponku." Ucap Nana.
Yuan menggertakkan giginya, geram dengan tingkah Nana yang selalu membuatnya jengkel.
"Apa yang kau inginkan?!" Tanya Yuan lagi.
"Minta maaf."
"Maaf." Ucap Yuan cepat.
"Bukan padaku!" Kata Nana yang kesal dengan raut wajah keterpaksaan Yuan.
"Jangan bercanda, kau tidak akan menyuruhku untuk meminta maaf pada perempuan tadi kan?"
"Tentu saja—"
"Tidak." Sanggah Yuan.
"Iya."
"Tidak Nana!"
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengadu."
"Terserah! Aku tidak peduli." Ujar Yuan, dirinya mengalihkan pandangannya seakan benar-benar tidak peduli, tapi sebenarnya hatinya sangat khawatir jika Nana bersungguh-sungguh mengadukannya.
"Apa yang kalian ributkan?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan wajah yang masih terlihat awet muda itu.
"Hai ibu." Sapa Nana, melambaikan tangannya pada ibunya yang berdiri di ujung tangga.
"Nana, bukankah kau ada di kelas ibu pagi ini, kenapa tidak cepat masuk? Walaupun kau anak ibu, ibu tidak akan mentolerirmu jika kau terlambat. Jangan sampai kaki ibu melangkah lebih cepat masuk kelas dari dirimu." Ujar Rachel, membuat Nana dengan gerakan cepat berlari ke arah kelas seni musik.
Rachel tersenyum dengan kepala menggeleng heran pada anak perempuannya yang satu itu. Rachel kemudian beralih pada Yuan yang tersenyum senang dengan kepergian Nana.
"Yuan." Panggil Rachel.
"Eh iya?"
"Kau ingin diam-diam masuk ke dalam kelasku lagi?" Tanya Rachel.
"Apa sekarang boleh?"
"Tentu tidak, bibi tidak menerima mahasiswa yang tidak ada di daftar absen." Jawab Rachel.
"Masuklah ke mata kuliah mu sendiri, jangan absen lagi, walaupun nilaimu saat ujian bagus, tapi daftar hadir sepuluh persen mempengaruhi nilai juga." Ujar Rachel.
"Kenapa tidak, bibi?" Yuan mengeluarkan jurus rayuannya, berharap bibinya memberikan ijin.
"Yuan, jika kau berpikir ingin seperti Nana yang kuliah di dua jurusan sekaligus, kau bisa melakukannya. Kau itu bahkan lebih pintar dari Nana, tapi jika kau ingin, mendaftar lah di jurusan seni, itu artinya, orangtuamu akan tahu." Kata Rachel.
Rachel menatap Yuan yang hanya bisa diam mendengarkan ceramahnya. Ibu dari Nana itu kemudian menghela nafasnya melihat raut wajah Yuan yang sulit dimengerti.
"Bibi selama ini tidak mengadukan tentang grup band mu, karena bibi tahu jika kau punya alasan tersendiri untuk semua ini. Tapi Yuan, kau harus ingat, jangan kecewakan orangtuamu, kau satu-satunya pewaris dan harapan mereka. Cukup jadikan musik dan dance sebagai hobimu, bukan sebagai impianmu. Bibi harap kau paham dengan hidupmu." Kata Rachel, sejenak ia masih menatap Yuan, lalu kemudian melangkah pergi meninggalkan keponakannya itu.
•••
Rose berjalan lesu, menginjakkan kakinya kembali ke halaman fakultasnya. Ia menatap kotak persegi yang berhiaskan pita merah itu dengan raut wajah tertekuk nya.
"Rose!" Panggil seseorang, dia Yana, teman Rose.
"Lihat platform universitas, dirimu menjadi sorotan banyak orang. Tapi—apa itu benar? Kau menyatakan cinta padanya di depan banyak orang? Apa kau sudah tidak waras?!" Tanya Yana, berharap jika temannya itu berkata tidak.
Rose mengangguk dengan bibir yang tertarik kebawah, ia menatap teman baiknya itu sedih.
"Yana, aku ditolak." Ucapnya dengan nada merengek. Gadis itu memeluk Yana dengan erat, mengadukan kesedihannya pada teman baiknya.
Yana menghela napasnya,
"Kau bodoh!" Ucap Yana, tangannya bergerak mengelus punggung Rose, memberikan rasa tenang pada sahabatnya.
"Kenapa menyatakan cinta padanya di depan umum? Yang lebih penting sekarang, kenapa kau harus benar-benar cinta mati, pada pria berkelas tinggi seperti dia?! Kau boleh suka tapi bisakah hanya sekedar menjadi fans-nya saja? sama sepertiku." Ujar Yana yang kesal dengan ulah Rose.
"Tapi—sikap dinginnya membuatku semakin menyukainya! Dia sangat berkelas, sesuatu yang sulit di dapat itu sangat berharga tau!" Kata Rose, senyum cerianya seketika kembali lagi saat itu.
Yana menghela napasnya, ia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Rose, gadis itu terlalu cinta atau buta pada Yuan.
•••
Pagi berlalu, siang menjelang sore menyapa. Kelas hari ini telah usai, Yuan memasukkan laptopnya kedalam tas dan berdiri dari bangku kuliah yang bertingkat itu.
"Hari ini kau ada waktu?" Tanya seorang pria.
"Aku punya banyak waktu, tapi tidak bisa pergi keluar bersama kalian, hari ini aku ada acara keluarga." Jawab Yuan dengan nada lesu-nya.
"Kau sudah lama tidak berlatih bersama kita." Kata seorang yang lain.
"Maaf, tapi besok dan seterusnya, aku akan sering berlatih bersama kalian."
"Kau sudah mendapatkan kebebasan-mu ya?"
"Yah, begitulah."
"Yuan!" Panggil Nana yang berdiri di depan pintu kelas itu.
"Lihatlah, bodyguard-nya sudah datang. Kalau begitu sampai jumpa besok kawan." Kata pria itu, ia kemudian berlalu pergi bersama dengan dua pria lainnya.
"Mereka sudah pergi, padahal aku belum menyapa." Ucap Nana, ia kini berdiri disamping Yuan.
"Ah iya, ayo cepat. Ayahku sudah menjemput kita." Nana menarik tangan Yuan, keluar dari kelas itu. Tapi karena terburu-buru, mereka tidak sengaja menabrak seorang gadis saat ingin berbelok.
"Maaf maaf aku tidak sengaja." Ucap gadis yang ditabrak itu, dia Rose.
"Kenapa meminta maaf? Kami yang salah, maafkan kami, apa kau terluka?" Tanya Nana.
"Tidak." Jawab Rose.
"Syukurlah, kalau begitu kami permisi, sekali lagi maafkan kami." Ujar Nana membungkukkan badannya meminta maaf, ia menendang pelan kaki Yuan agar pria itu juga ikut meminta maaf. Tapi, harga diri Yuan terlalu tinggi untuk itu.
"Iya." Jawab Rose dengan senyum manis di wajah.
Setelahnya, Nana kembali menarik tangan Yuan menuju area parkir universitas.
"Itu ayahku. Ayo." Ucap Nana masih menarik Yuan yang hanya pasrah ditarik oleh Nana, dirinya sudah terbiasa dengan gadis itu, selalu sesuka hati dengannya. Padahal, orang lain dikampus ini, tidak ada yang berani walau hanya memegang ujung rambut Yuan. Semua orang tahu, jika Yuan adalah anak tunggal yang digadang-gadang akan menjadi pewaris perusahaan besar ayahnya.
"Ayah!" Panggil Nana pada seorang pria yang dipanggil ayah olehnya.
"Nana, Yuan. Ayo cepat." Ucap pria itu melambaikan tangannya.
Nana melepaskan tangannya dari lengan Yuan, gadis itu berjalan cepat menuju ayahnya.
"Ayah, bagaimana perjalanan bisnismu?" Tanya Nana pada Yohan.
Yohan tersenyum, mengelus rambut putri tirinya itu.
"Lancar, bagaimana kuliahmu? Ayah dengar sebentar lagi kau akan wisuda kelulusan jurusan manajemen bisnis ya?"
Nana mengangguk semangat,
"Iya, setelah itu, tinggal fokus dan menyelesaikan jurusan seni." Ujar Nana.
"Paman bisakah mengobrolnya dirumah saja?" Ujar Yuan yang sudah masuk ke dalam mobil.
Yohan tersenyum, mirip sekali dengan ayahnya dulu, pikir Yohan.
"Tunggu sebentar lagi ya, Daisy belum datang." Ujar Yohan.
"Ayah!" Panggil seorang gadis yang baru saja memasuki umur tujuh belas tahun, ia berlari menuju ke arah mobil itu.
"Maaf lama." Ucap Daisy dengan nafas yang terengah-engah.
"Ck, merepotkan." Gumam Yuan.
"Tak apa, ayo cepat masuk ke dalam mobil." Ujar Yohan pada Daisy.
Daisy mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil.
"Duduk dibelakang, kau tidak lihat, jika aku dan kakakmu duduk di bagian tengah?!" Kata Yuan, pria itu entah kenapa sikapnya sangat berbeda pada Daisy, Padahal gadis belia itu juga sepupunya.
"Daisy kau bisa duduk di bagian depan, samping ayah." Ujar Nana.
"Aku tidak suka duduk di bagian depan." Ucap Daisy.
"Baiklah, kakak yang akan duduk di depan." Kata Nana.
"Bodoh." Gumam Yuan lagi, ia melihat Nana beranjak dan pindah tempat duduk.
"Terimakasih Nana, kau selalu mengalah pada Daisy." Ucap Yohan saat Nana sudah duduk disampingnya.
"Dia adikku ayah." Ujar Nana dengan senyumannya.
"Kau memang gadis luar biasa. Baiklah ayo kita pulang." Kata Yohan, kemudian suara mobil terdengar menyala, mobil itu melaju pergi meninggalkan area kampus.
Menyisakan debu yang berterbangan pada seorang gadis yang sejak tadi berdiri agak jauh di belakang mobil itu.
"Yuan." Gumam Rose dengan senyumannya, perasaannya itu seperti seseorang yang jatuh hati pada idolanya.
✍Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf apabila ada persamaan nama tokoh, karakter, tempat kejadian ataupun peristiwa yang terjadi.✍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
࿇KangEs😏😜✿࿐ ❦︎⃝ ⃝ ᵍᵇᵗ
semangat rose
2023-10-14
0
࿇ℕ_ℚєєLค✿࿐ 🅟🅖 ☄
kasihan rose
2021-11-14
0
felixia anime
ko yuan jutek k desy knp ya😁😁
2020-04-17
1