"Tabib Kim Hwa! Panggil hamba A Yong!"
Kim Hwa lebih heran lagi sekarang. Padahal jelas-jelas pelayan yang bernama A Yong ini berani menyeretnya dengan kasar tadi. Kenapa sekarang malah menunduk-nunduk hormat pada anak tabib terhormat sepertinya?
"Bukannya Tuan menyeretku tadi? Kenapa sekarang jadi hormat padaku?" gumam Kim Hwa dengan berani.
Shen Wang nyaris tertawa tapi ia malah terbatuk lagi karenanya.
"Karena itu adalah perintah ibu suri... kau harus menghormati A Yong saat dibawa kemari. Apa kau tidak mengerti apa-apa?" sahut Kaisar Shen Wang.
Kim Hwa kembali menunduk, "Baik, Yang Mulia." jawab Kim Hwa.
"A Yong. Aku butuh enam batang bawang hijau, segenggam jahe segar, dan satu buah lobak. Bawa semua bahannya dan timbun disini. Aku butuh untuk membuat resep ini sampai kaisar sembuh." kata Kim Hwa.
"Hamba siap mencarikan!" Baru sampai ke kediaman kaisar, A Yong harus pergi lagi.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!!"
"Astaga..." lengguh Shen Wang sambil menepuk-nepuk pelan dadanya.
"Yang Mulia berbaringlah dengan benar." perintah Kim Hwa.
Shen Wang pun merebahkan dirinya, sementara Kim Hwa menarik selimut kaisar sebatas perutnya.
Tanpa bertanya apa lagi meminta ijin, Kim Hwa membuka simpul tali pakaian atas Shen Wang.
Shen Wang mendelik tak percaya kearah Kim Hwa.
"Kenapa Yang Mulia? Tabib tidak perlu ijin untuk memeriksa luka Yang Mulia bukan."
Shen Wang mengangguk paham. Rupanya Kim Hwa akan memeriksa lukanya.
"Tabib Kim Hwa. Lukanya tidak terlihat. Ini hanya pukulan yang menyisakan nyeri." Kaisar dingin ini mulai tersenyum membekukan Kim Hwa.
Kim Hwa langsung berhenti menyibakkan pakaian atas Shen Wang.
"Begitu ya." gumam Kim Hwa.
A Yong datang lagi membawa pelayan-pelayan pengangkut bahan makanan istana bersamanya.
"Tabib Kim Hwa..." ucapannya terpotong ketika melihat Kaisar Shen Wang dan Kim Hwa ada dalam posisi yang canggung.
Kim Hwa segera tersadar ia berlari kecil ke arah A Yong. "Ah dimana? Dimana?" Kim Hwa langsung membongkari karung-karung bahan makanan itu.
Ia mengeluarkan enam batang bawang hijau, segenggam jahe, dan satu lobak dari karung itu.
"Dimana dapurnya?" tanya Kim Hwa.
"Disana, Tabib." A Yong langsung menuntun Kim Hwa menuju dapur kediaman kaisar.
"Pelayan, rebus tiga bahan ini dengan tiga mangkuk air." perintah Kim Hwa.
"Baik, Tabib." Pelayan-pelayan disana berhamburan berlomba membantu melaksanakan perintah dari tabib kaisar.
"Aduk terus hingga mengental." imbuh Kim Hwa.
"Baik tabib."
Sementara A Yong sibuk menjaga Kaisar Shen Wang di sampingnya.
"Yang Mulia. Yang Mulia baik-baik saja?"
Shen Wang hanya merebahkan dirinya dengan mata tertutup sedari tadi.
"Hnngh..." lengguh Shen Wang.
Dengan panik A Yong menyentuh kening kaisarnya.
"Tabib Kim Hwa! Tabib Kim Hwa!!" panik A Yong.
Kim Hwa segera berlari ke arahnya.
"Ada apa??"
"Yang mulia demam dan menggigau!"
"Aku tahu itu! Kami sedang membuat ramuannya." Kim Hwa kembali menyentuh kening Shen Wang.
"Aku baik-baik saja. Hngh..." ucapan yang sama terus-terusan Shen Wang ucapkan walau dalam keadaan seperti ini.
"Aku tidak lemah..." racaunya.
Kim Hwa menggeleng, "Ada-ada saja kaisar zaman ini. Lemah saja dibuat malu. Lemah karena sakit itu bukan hal yang memalukan." gumamnya.
A Yong melongo tak paham dengan gumaman-gumaman menyebalkan dari tabib wanita ini.
"Uhuk uhuk!!"
Mendengar kaisar terbatuk lagi membuat Kim Hwa dengan refleks mengambil wadah kosong yang tadi dan menyodorkannya.
"Dahaknya harus di keluarkan, Yang Mulia." anjurnya.
Shen Wang memaksa matanya untuk terbuka, ia meludah dan kembali merebahkan dirinya.
"Ramuannya akan segera siap. Bertahanlah Yang Mulia." pesan Kim Hwa sebelum berlari kembali ke dapur.
A Yong melebarkan matanya lagi.
"Tabib Kim Hwa! Tabib Kim Hwa! Dahaknya berbusa! Apa ini artinya yang mulia keracunan??!" paniknya sambil berteriak-teriak.
Kim Hwa kembali berlari terbirit ke arah kedua orang penting di kediaman ini.
"Aku tahuu. Ramuannya sedang dibuat. Kau tenang saja." yakin Kim Hwa.
"Ini racun?! Ini racun?!" desak A Yong.
"Bukan. Ini gejala penyakit saja." tegas Kim Hwa. Ia berlari kembali ke arah dapur.
"A Yong. Kau keluar saja." perintah Shen Wang.
A Yong menatap kaisarnya tak menyangka. Ia langsung merasa bersalah.
"Baik, Yang Mulia."
Karena ini adalah perintah, maka A Yong tak bisa melawan. Ia pun keluar ke depan kediaman kaisar di hari yang semakin gelap ini.
Kim Hwa berjalan membawa semangkuk penuh ramuan kental buatannya itu dengan hati-hati.
"Yang Mulia. Ini obatnya."
"Pelayan, bantu aku." pinta Kim Hwa.
Pelayan selain A Yong pun datang membantu Kim Hwa membawa ramuan panas itu.
"Apa ini?" Shen Wang menatap jijik ramuan berwarna kuning pudar itu. Mangkuknya begitu penuh dan baunya agak aneh.
"Yang Mulia percaya saja. Ayah lah yang membuat resep ini. Bukunya ada banyak sekali di rumah. Kebetulan hamba sudah pernah membaca mengenai penyakit yang sama yang Yang Mulia derita." jelas Kim Hwa.
"Baunya aneh." Shen Wang nyaris menolak.
"Apa Yang Mulia tahu? Ramuan ini dapat memperbaiki ventilasi paru-paru, menghilangkan sindrom-sindrom dari luar tubuh, menghilangkan dahak dan mengobati batuk kronis dengan gejala-gejala yang Yang Mulia alami." yakin Kim Hwa.
Kaisar Shen Wang menatap Kim Hwa tak yakin, tapi karena penjelasannya begitu lengkap dan menarik, Shen Wang pun mengangguk menurut.
"Dimana A Yong? Sepertinya Yang Mulia harus disuapi." Kim Hwa menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Aku bisa sendiri." potong Shen Wang, ia mengambil sendoknya dan mulai menyendok walau mangkuknya masih dipegangkan oleh pelayannya.
Sluurp.
Ia mengerinyit merasakan bau lobak yang tak sedap dan rasa pedas jahe itu. Tapi kemudian kehangatan jahenya membuat kerongkongan Shen Wang terasa lebih lega.
"Langsung merasa lebih baik?" Kim Hwa melebarkan matanya dan berharap.
Shen Wang mengangguk.
"Selain bisa jadi bahan masakan, bahan-bahan ini bisa jadi obat. Jadi selama Yang Mulia sakit, sering seringlah makan sup yang ada jahe, batang bawang hijau dan lobaknya." tutur Kim Hwa panjang lebar.
Shen Wang mengangguk singkat saja, ia terus meminum ramuan itu berharap agar ia cepat sembuh. Merasa sakit-sakitan selama satu bulan ini sudah menguras energi dan mood -nya.
Baru empat sendok saja Kaisar Shen Wang tampak dapat bernafas dengan lebih lega.
"Habiskan ramuannya, Yang Mulia. Kalau sudah, Yang Mulia harus beristirahat dengan selimut tebal agar keringatnya bisa keluar. Nanti demamnya akan berkurang."
Shen Wang meletakkan kembali sendoknya. Ia merebahkan dirinya sambil menyentuh keningnya yang bersuhu tinggi itu.
"Yang Mulia?" Kim Hwa jadi takut.
"Kepalaku berat sekali. Rasanya panas..." keluh Shen Wang.
Dengan terpaksa Kim Hwa mengambil alih mangkuk itu dari tangan pelayan,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Uppy
mulai menarik....keren thor
2021-03-09
1
🦆 Wega kwek kwek 🦆
dia berkata time travel ,,,kok GK dijelaskan yh😃✌️maaf baru baca
2021-03-06
2
Ririn Satkwantono
baru kmrn.... aq mmpir bc cerita ttg istana
2021-02-15
2