"Apa aku boleh menyuapi Yang Mulia?" tanya Kim Hwa dengan tak percaya diri.
Shen Wang mengangguk.
Anggukan itu tak disangka-sangka. Pelayan disekitar sana mulai berbisik secara diam-diam. Semua sudah melihat kecantikan tak biasa tabib ini dan mengira Kaisar Shen Wang tertarik pada Tabib Kim Hwa.
Dengan perlahan Kim Hwa menyuapi Shen Wang. Sekarang kaisar galak itu menjadi tampak lemah saat sakit.
Siapa aku sampai bisa menyuapi kaisar... Aku ini manusia modern kan?
Kim Hwa selalu berusaha mengingat suatu hal, tapi hal itu tak bisa muncul kembali seperti potongan ingatan yang menghilang.
Akhirnya ia melepas kembali ingatan itu, memasrahkan dan tetap menjalani kehidupan.
"Sepertinya butuh waktu lama untuk sembuh." gumam Kim Hwa.
"Kenapa?" lirihnya.
"Jika saja ini diobati sejak Yang Mulia merasa sakit, tentu obatnya lebih manjur lagi."
"Aku tidak mau tahu. Aku ingin sembuh." ucap Shen Wang dengan keras kepala. Entah sejak kapan ia yang nyaris bunuh diri itu ingin hidup lagi.
"Yang Mulia bisa sembuh jika rutin meminum ramuan ini. Tapi itu butuh waktu." Kim Hwa menghela nafas.
"Lakukan saja." Shen Wang kembali melahap suapan terakhir dari Kim Hwa.
"Panggil A Yong." lirih Shen Wang dengan mata tertutup.
"Baik, Yang Mulia." Seorang pelayan lainnya menunduk.
"Sejak kapan Yang Mulia batuk?"
"Sebulan yang lalu." kata Shen Wang.
"Hindari udara dingin, Yang Mulia. Istirahatlah secara total selama sepuluh hari."
"Aku mengerti." ucap Shen Wang.
"Yang Mulia memanggil hamba?" A Yong datang kembali dengan tangan yang terlipat kedalam sambil membungkuk setengah badan.
"Kau boleh berada di dalam." ucap Shen Wang.
"Hamba berterimakasih, Yang Mulia!" ucap A Yong dengan tegas.
Kim Hwa menatap keduanya tak paham. Ia tak yakin, tapi ia memang belum pernah ke istana seperti ini. Ia bukanlah orang zaman ini.
"Bantu aku berganti pakaian. Lepas semua ini." pinta Shen Wang pada A Yong.
"Baik, Yang Mulia!" Kedua tangannya mengatup, dengan sigap ia membantu Kaisar Shen Wang untuk duduk.
"A-aku permisi. Kalau sudah selesai, panggil aku." Kim Hwa tergagap. Ia langsung keluar dari ruang kamar itu dengan tergesa-gesa.
Shen Wang tersenyum miring.
"Apa Yang Mulia merasa baikan meminum ramuan tadi?" tanya A Yong sembari melepasi mahkota dan perhiasan-perhiasan Kaisar Shen Wang. Pelayan-pelayan wanita segera datang dengan tampah bermotif simbol kerajaan di tangannya sebagai tempat penyimpanan mahkota kaisar.
Kaisar Shen Wang mengangguk. "Hm sedikit. Tapi ramuannya lumayan melegakan."
"Nah sudah kuduga. Putrinya sama-sama jenius dengan ayahnya. Benar begitu Yang Mulia?"
"Dia memang pandai. Tapi tidak tahu apa-apa tentang istana. Aku tidak percaya. Apa dia belum pernah mengobati anggota istana selama ini?" tanya Shen Wang.
"Dia sudah sering mengobati warga istana. Terutama petinggi-petinggi kerajaan. Satu bulan lalu saat ada pemberontakan itu, saat hamba terluka terkena sayatan pisau, Tabib Kim Hwa lah yang mengobati hamba." cerita A Yong panjang lebar.
Kaisar Shen Wang berdeham singkat, tertawa tanpa suara.
"Pakaian Yang Mulia sudah diganti." lapor A Yong.
Shen Wang kembali merebahkan dirinya. Sementara A Yong menyelimuti tubuh kaisarnya.
"Tabib Kim Hwa. Kau bisa masuk." ucap A Yong.
Kim Hwa menengok perlahan ke dalam. Ia masuk perlahan dan duduk di atas kursi kayu bundar yang ia duduki sebelumnya.
"Apa masih butuh bahan obat lainnya?" tawar A Yong.
"Hmmm, bisa kau ambilkan semua buku ramuanku?" tanya Kim Hwa dengan tak enak.
"Dipojok sana ada kamar. Untuk sementara biar Tabib Kim Hwa tinggal disana. Aku tidak mau diobati dengan setengah-setengah. Kau bisa tumpuk semua buku yang ia perlukan di ruang sana."
Kim Hwa dan A Yong menoleh pada kaisar dengan terkejut.
"Baik, Yang Mulia." A Yong langsung melipat tangannya dan menunduk.
Kenapa A Yong juga kaget? Apa belum pernah ada tabib yang menginap di kediaman kaisar? Kim Hwa menggaruk pelan belakang telinganya sambil berfikir.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
Kim Hwa menatap kaisar malang itu dengan kasihan.
"Barusan batuknya hilang. Tapi kembali lagi." sesal Kaisar Shen Wang.
"Sudah aku duga Yang Mulia. Memang butuh waktu dan kekonsistenan." Kim Hwa menunduk.
"Semoga ini bukan penyakit tuberculosis." gumam Kim Hwa.
Shen Wang yang mendengarnya pun tertegun.
"Jadi kalau seandainya ini bukan tuberculosis, apa penyebabnya?" tanya Kaisar Shen Wang.
"Banyak yang bisa jadi penyebabnya,.Yang Mulia. Bisa jadi karena luka dalam Yang Mulia karena pukulan itu, atau terkena udara dingin selama perang, atau defisiensi alias kekurangan nutrisi. Jika tak kunjung sembuh juga dengan ramuan ramuan ini, hamba takut kalau ini adalah tuberculosis paru-paru." Kim Hwa menunduk takut kalau-kalau kaisar jadi marah.
Shen Wang tampak menghindari tatapan mata Kim Hwa seakan ia tak mau menerima kenyataan itu.
"Seandainya itu tuberculosis paru, dikhawatirkan dapat menular. Selama sebulan ini apakah ada orang di dekat yang mulia yang mengalami batuk-batuk kronis?" tanya Kim Hwa.
Shen Wang menggeleng.
"Kalau tidak. Kemungkinannya kecil kalau ini tuberculosis. Maka dari itu Yang Mulia harus berjuang dan minum obat tepat waktu. Itu saja." Kim Hwa tersenyum lega.
Kim Hwa beranjak dan menyentuh kening Kaisar Shen Wang.
"Sepertinya demamnya belum turun. Aku akan membuat ramuan kedua khusus untuk demam dan penghilang panas dari paru-paru setelah A Yong kembali. Ada bahan-bahan yang kurang." ucap Kim Hwa panjang lebar. Ia kembali duduk dan menoleh ke pintu kalau kalau A Yong sudah kembali.
Shen Wang terus menatap Kim Hwa. Semua pengetahuannya yang terucap, ditambah suara lembutnya membuat Shen Wang tertarik.
"Ramuan apa yang bisa menghilangkan panas di paru-paru?" tanya Shen Wang.
"Hm?" Kim Hwa kembali menoleh pada Kaisar Shen Wang.
"Jahe, batang bawang hijau, dan buah pir. Kalau untuk penghilang panasnya adalah khasiat pir. Nanti semua bahan ini akan dikocok dengan telur. Khasiatnya akan bertambah dua kali lipat. Tapi semua itu tetap memerlukan waktu." jelas Kim Hwa panjang lebar.
"Ah itu A Yong." Kim Hwa beranjak dari tempatnya dan berlari kecil ke arah A Yong.
Shen Wang terus memperhatikan Kim Hwa dari jauh. Gadis itu tengah berbicara kepada A Yong dengan polos seperti biasanya. Ia masih menghargai pelayan dan terkadang masih salah memanggil dengan sebutan tuan, padahal ia sendiri adalah seorang tabib kerajaan.
Tatapan Shen Wang belum beralih dari pada Kim Hwa. Hidung mancung, kulit seputih mutiara, rambut hitam yang indah, dan mata bulat sesuai standar kecantikan.
Dia pandai sekali.
Shen Wang tersenyum tipis dari sana, rasa kantuk akibat demam seakan tak berpengaruh lagi padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
azka aldric Pratama
ini maksudnya Kim hwa lupa GK inget am kehidupan yg di alami am pemilik tubuh/ada ingatan dr zaman modern yg kehapus🤔🤔🤔
2023-05-02
1
Four.
ceritanya keren kak, semangat
2022-03-19
1
Oi Min
Ok.... Kim Hwa.... Siapa dia di dunia modern dlu??? Apa keahlianny??
2021-05-06
1