Annchi dan Wei, seolah melupakan semua akan kehidupannya, yang dipikirkan mereka hanyalah berlatih, berlatih dan berlatih. Saling menyaingi satu sama lain demi mendapatkan kata Kau yang terbaik dari sang guru. Walupun begitu mereka masih tetap akur karena Annchi jarang menanggapi.
Lima tahun telah berlalu, kedua gadis itu kini beranjak remaja. Sama seperti sebuah permainan, saat seseorang menyelesaikan satu putaran permainan, maka ia harus siap menghadapi putaran selanjutnya. Begitu pula dengan kedua gadis tersebut, saat mereka selesai dengan pelatihannya mereka harus siap menghadapi pelatihan yang selanjutnya.
Dimalam musim dingin, begitu pula suhu disekitar pantai tersebut, alam seakan tertidur begitu pula dua gadis yang bergelung dalam selimut tipisnya didepan perapian yang kini padam.
Gadis bernetra coklat emas itu terbangun kala angin dingin menerpanya, ia menatap gadis yang terbaring disisinya yang masih tertidur pulas. Tapi tidak dengan gadis tersebut ia begitu gelisah, entah apa yang dirasakannya.
Gadis bernetra coklat emas itu bangkit, ia melirik sudut kamarnya. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah kotak kayu yang hampir ia lupakan selam lima tahun ini. Ia mengambilnya Ayah nama itu melintas dipikirannya, hatinya menjadi rindu ia ingat terakhir kalinya saat sang ayah menyuruhnya pergi dan menjaga sang adik.
Annchi membukanya, sebuah kantung sutra bersulam naga dan petir yang menggulung tersimpan rapi disana. Annchi penasaran, kemudian ia membukanya sebuah giok identitas dengan kata Yun terukir disana, juga bulatan berwarna perak seperti akar.
Annchi menggenggam bulatan tersebut, sebuah goresan yang membuat darahnya keluar dan terkena bulatan itu, bulatan itu seolah hidup mekar lalu melilit jari telunjuk Annchi dan berubah menjadi sebuah cincin bersimbol elemen petir ditengahnya.
Tubuh Annchi terasa panas, ia berusaha mendinginkannya dengan energi alamnya, tapi itu tak berarti apapun, panas itu semakin menjadi, Annchi berlari keluar hawa dingin tak menggangunya.
Ia langsung menceburkan tubuhnya kedalam laut, sebuah cahaya merah keluar dari tubuh Annchi membentuk siulet gadis berambut panjang.
"Siapa kau?" tanya Annchi waspada.
"Ketua jika kau menginginkan jawaban datanglah kepulau itu sebelum fajar, jangan sampai tua bangka itu mengetahuinya," ucapnya, ia menunjuk pulau ditengah laut kemudian ia menghilang.
Annchi menengokan kepalanya, memastikan jika pria tua itu tertidur, ia menghela nafas lega karena pria tua itu tertidur lelap begitu pula dengan gadis remaja yang kini berumur sebelas tahun.
Annchi keluar, matanya masih mengawasi sekitar, ia takut jika sang guru memasang barer atau apapun untuk mengawasinya. Semuanya aman Annchi berlari sekencang mungkin diatas air dengan menggunakan energi alamnya.
Gadis bernetra coklat emas itu sampai dipintu masuk pulau, sebuah pola heksagon terbentuk kala Annchi menginjakan kakinya disana, ribuan kunang-kunang menghampirinya dan membimbingnya menuju sebuah gua dengan pintu yang berbentuk heksagon.
"Apa maksudnya ini?" gumamnya, ia penasaran dan masuk perlahan, ia kaget saat melihat kupu-kupu emas yang terjebak dalam gelembung, "Jadi saat itu aku bukan mimpi?" ucap Annchi, ia menyentuh gelembung tersebut tapi tak meledak seperti saat itu.
Sebuah terowongan terbentang di depannya, Annchi mengambil salah satu gelembung tersebut sebagai penerangan, ia terus berjalan "Apa guru sudah bangun? Apa aku akan ketahuan? Jika aku ketahuan, apa Wei akan baik-baik saja?" suatu pemikiran yang membuatnya ragu.
Annchi mundur tapi rasa penasaran mengalahkan keraguannya, Annchi mempercepat langkahnya setengah berlari, kala sebuah cahaya muncul di ujung lorong tersebut.
'Pemakaman?' batinnya, Betapa terkejunya ia saat tau apa yang ada didalam sana, 'Tapi makam siapa? Hingga guru melarangku memasuki pulau ini?'
Annchi melangkah perlahan, enam peti dibuat melingkar dan terdapat satu peti ditengahnya yang dibiarkan terbuka. Annchi menghampiri peti mati yang dibuat melingkar membentuk formasi heksagon, disetiap peti terukir simbol elemen diatasnya.
Annchi penasaran ia melangkah ketengah, menyentuh simbol elemen kristal yang tersemat indah, sebuah cahaya muncul membentuk pola rumit menghubungkan antara satu peti kepeti lain, gadis bernetra coklat emas itu panik, ia ingin berlari menjauh tapi, sesuatu menjerat langkahnya. Sebuah sulur hitam muncul entah dari mana dan menariknya memasuki peti yang berada ditengahnya kemudian peti itu tertutup.
***
Dipagi yang dingin mata yang tertutup kini terbuka, menampilkan netra coklat yang indah, gadis itu melirik kesebelahnya tapi tak menemukan gadis yang selalu bersamanya selama sebelas tahun, ia menyentuh permukaan kain tersebut dingin yang berarti tempat itu sudah ditingglakan lama oleh tuannya.
Gadis itu keluar mencari sosok kakanya, tapi tak ia temukan, "Kakak?!" teriaknya.
"Ada apa Wei? Mengapa kau berteriak seperti itu?" ucap pria tua dari arah belakangnya.
"Guru apa kau melihat kakakku?"
Pria tua hanya menggeleg sebagai jawaban, "Mungkin ia sedang berlatih pernapasan dilaut," ucap sang guru santai.
"Tapi... "
"Sudahlah, bersiaplah! Bukankah hari ini kau ingin menunjukan racun yang hanya bisa dinetralkan oleh darahmu?"
Gadis itu menganguk ia pamit untuk bersiap. Ya, Wei membuat racunnya sendiri. Meski ia takut akan darah tapi ia tak takut akan darahnya sendiri, karena darahnya berbeda dengan darah manusia lainnya, darah Wei kini berwarna perak karena sang guru memberikannya ramuan yang mengubahnya menjadi seperti itu. Tapi Annchi tak mengetahui hal itu.
Sepeninggal Wei, pria tua itu menelisik semua yang ada disana, ia tak menemukan tanda keberadaan satu gadis yang ia latih. Ia menegang kala pikirannya tertuju pada pulau kehidupan ditengah laut, ia berlalu secepat kilat menuju pulau kecil ditengah laut tersebut, "Apa dia tak mendengarkan aku?" desisnya.
Pria tua itu memeriksa setiap sudut pulau, tak ada yang berubah 'jadi dia tak kesini' batinnya. Ia memeriksa kedalam gua 'Semuanya masih utuh,' batinnya, kala melihat kupu-kupu emas masih berada ditempatnya, tapi ia tak menyadari bahwa salah satu gelembung itu menghilang.
'Jika dia tak kesini lalu kemana dia?Jangan sampai aku kehilangan dia lagi.' pria tua itu melangkah menuju lorong.
"Guru?" sebuah panggilan samar terdengar dikejauhan.
***
Rasa sesak memenuhi dada Annchi, ia tak habis pikir apa yang menjeratnya, "Buka matamu Annchi!" bisik seseorang.
Annchi membuka matanya, ia merasa tercekik kala melihat enam gadis yang pernah ia lihat terpasung dengan darah yang mengalir dari tubuhnya, darah itu mengalir ditampung dikolam yang mengeluarkan aroma harum yang mengerikan.
Seperti tempat penyulingan, darah itu lama kelamaan berubah warna menjadi warna perak. Sedangkan disudut lain ada seseorang yang menyeringai puas.
Annchi memberontak ingin sekali ia membunuh orang itu, tapi sayangnya kegelapan menghampirinya.
Annchi terbangun ia tak lagi berada ditempat tadi, tapi anehnya ia kembali ke hutan tempat sebelumnya ia terjatuh, hutan yang kini legam masih menyisakan kepulan asap juga bara yang masih menyala.
Annchi heran mengapa dia berada disini, bukannya ia tadi memasuki pulau terlarang baginya, tapi mengapa ia berada dihutan seperti sebelumnya.
Annchi menelisik kala sesuatu yang berkilau menarik perhatiannya, ia mendekatinya Koin emas? Apa aku kembali kewaktu sebelumnya?
Ayah, ibu? Annchi berlari kearah berlawanan, benar ia ternyata dia baru beberapa saat yang lalu meninggalkan tempat tersebut. Karena para prajurit kekaisaran masih ada disana meninggalkan dua mayat yang menyedihkan.
"Apa yang kalian lakukan pada orang tuaku?" teriak Annchi, menahan amarahnya.
Para prajurit tersebut berbalik, mereka terperangah saat melihat mata gadis berusia dua belas tahun itu menyala.
*tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
AshaREALME
apa teman2 anchii di ambil darahnya ... siapa yg berkhianat sang guru kah atau ??
2022-10-11
0
Anggraeni Granaprasetyo
lanjut Thor,,,, seru....
2020-09-29
1
🎐꧁༺𝒜𝒾𝓈𝓎𝒶𝒽༻꧂🦋
semangat 😍😍😍😍
2020-09-29
2