chapter 2

Sedangkan pria tua yang baru saja akan meninggalkan gunung tersebut, ia kembali kekawah dengan jurus peringan tubuhnya. Pria tua itu sampai dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya, saat melihat sang bayi dengan simbol elemen yang terlukis dikeningnya, kemudian ia menggendonnya.

"Akhirnya kau kembali, untuk menebus dosamu juga melanjutkan harapanmu yang telah kau kubur bersama kepergianmu," gumam pria tua. Sreettt... Ia menggores jari telunjuk sang bayi, Craatt...darah mengucur dari lukanya, pria tua itu meneteskannya pada lava yang bergolak, sinar merah dan semua elemen alam masuk ketubuh sang bayi.

Kehebohan alam tersebut terhenti saat mata bayi itu terbuka untuk pertama kalinya, menampilkan warna coklat emas yang indah penuh dengan kepolosan, juga harapan.

"Hey gadis kecil, aku tak akan mengubah namamu. Ingat namamu Annchi," ucap sang pria tua, mengambil kantong sutra kemudian berlalu. Meninggalkan pohon plum yang kini memudar seiring langkah pria tua yang membawa sang tuan rumah, lalu menghilang tanpa sisa, hanya menyisakan kolam lava yang berubah menjadi kolam air panas yang jernih juga kental dengan kandungan sulfurnya.

Setelah kepergiannya, ada dua pria yang datang kekawah tersebut, mata birunya menelisik setiap sudut tempat tanpa terlewati. "Tidak ada siapapun disini Master," ucap pria disampingnya.

"Hmm, ada aura kehidupan yang tersisa disini, sepertinya mereka baru saja meninggalkan tempat ini," ucap pria bermata biru yang disebut master itu tersenyum samar.

'Sebenarnya apa yang kucari? Sejak dulu aku selalu ingin datang ketempat ini, entah mengapa aku merasa kecewa saat tak menemukan siapapun disini,' benak pria bermata biru.

***

Diujung desa kekaisaran, ada sebuah gubuk kecil yang didalamnya penuh dengan kehangatan juga keharmonisan saat mereka bersama, yang dihuni oleh sepasang suami istri beserta dua putrinya, mereka bekerja sebagai seorang tabib.

Tujuh tahun yang lalu saat sang fajar belum menyingsing, mereka hendak pergi kegunung untuk mencari tanaman-tanaman herbal, mereka terkejut saat menemukan kotak kayu didepan gubuknya, berisi bayi, surat, koin emas serta kantong sutra yang tak bisa mereka buka.

Sepucuk surat yang berisikan sebuah nama Annchi, itulah yang tertulis disebuah kain dengan darah sebagai tintanya. Mereka senang karena akan memiliki seseorang putri, dan takut jika akan terjadi masalah dimasa depan karena bagi mereka bayi itu bukan bayi biasa. Hingga akhirnya ada bisikan yang memerintah mereka untuk merawatnya.

Disore musim panas yang cerah, dua orang yang berbeda generasi itu, saling mengejar "Ayah kembalikan mainanku! Bukankah kau berjanji akan membuatkan ayunan untukku?" teriak gadis kecil berusia tujuh tahun, berlari mengejar pria paru baya yang mengambil mainan kayu yang gadis itu buat.

"Ambilah jika kau sampai, jika ku bisa membuat mainan kayu kenapa kau tak bisa membuat ayunanmu sendiri?" ucap sang ayah, sambil megacungkan mainannya.

"Huh, tunggu saja! Suatu saat nanti aku akan mengalahkanmu, ayah! Bukan hanya membuat ayuan, aku akan membuat duniaku sendiri dan tak akan aku biarkan siapapun mengambil milikku," ucapnya, melipatkan kedua tangannya didada.

"Hahaha, cepatlah besar Chi'er, agar tak ada siapapun yang akan mengganggumu, dan mengambil milikmu," ucap sang ayah.

"Aku tak perlu besar jika untuk melindungi milikku, aku hanya perlu kuat dan cerdik untuk melindungi milikku," ucap Annchi.

"Haih, jika berbicara denganmu aku selalu kalah, rasanya kau bukan gadis berusia tujuh tahun tapi, seseorang yang sudah dewasa," sang Ayah tertawa, lalu memberikan mainan tersebut.

Kedekatan mereka tak lepas dari sepasang mata coklat yang menatap tajam kearah mereka, raut cemburu menghiasi wajah mungil gadis berusia enam tahun itu. "Ibu...!!" teriaknya.

Sang ibu hanya menoleh, saat putri yang dilahirkannya itu menampilkan wajah kesalnya. "Ada apa Wei'er? Kenapa dengan wajah cantikmu?" ucap sang ibu lembut.

"Ibu mengapa ayah sekarang bermain dengan kakak Annchi, aku tak suka jika ayah lebih perhatian pada kakak," rengek Wei.

"Bukankah Ayah selalu bermain denganmu, hari ini kakakmu sedang berulang tahun, kenapa kau tak bergabung dengan mereka?"

"Aku tak ingin bersama kakak, aku hanya ingin bersama ayah dan ibu."

"Kenapa? Annchi itu Kakamu, ia selalu berbagi apapun denganmu."

"Heh, aku tidak mau! Ibu aku dengar jika kakak bukan putri kandungmu apa itu benar?"

"Siapa yang bicara seperti itu padamu, Wei?" ucap sang ibu dengan nada meninggi.

"Itu.... a.. aku.... " Wei tertunduk takut, baginya ini pertama kalinya sang ibu membentaknya.

Sang ibu menghela nafas kasar, "Maafkan ibu Wei'er. Kau tahu, ibu tak suka jika ada seseorang yang berbicara sembarangan tentang keluarga kita." Sang ibu mengusap lembut kepala sang putri. "Ayo kita bermain dengan mereka, ibu sudah siapkan teh dan Dim sum untuk kita," lanjutnya.

Mereka keluar, dua orang diluar masih sibuk dengan ayunan yang dibuatnya, "Aku akan menghabiskan jatah kalian jika kalian tidak berhenti," ucap sang ibu, dua orang itu menghentikan kesibukannya.

Mereka berbincang, canda dan tawa terus mengalir keluar dari bibir mereka, tak ada lagi kebencian diwajah Wei, sang ibu tersenyum saat melihat keakraban kedua putrinya itu. Kehangatan itu disaksian oleh seorang pria tua yang tersenyum dibalik pohon maple dibelakang rumah mereka.

***

Dilangit malam yang berbintang, suara hewan malam terdengar bersahutan, seorang pria paru baya itu merenung setelah mendapatkan surat dari orang kekaisaran, bahwa akan ada kejadian yang mengerikan terjadi padanya, karena dulu, ia yang membuat resep untuk permaisuri Huo Hua.

Ya, Ayah angkat Annchi seorang tabib khusus keluarga kerajaan, tujuh tahun lalu ia menjadi kepercayaan permaisuri Huo Hua tapi karena ada seseorang yang merubah resepnya ia disalahkan atas keracunan dan hilangnya permaisuri kekaisaran Yun.

Dari arah pintu seorang gadis dengan hanfu putih tersenyum tatkala melihat ayah angkatnya melihat kearahnya, "Kau belum tidur?" Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban, "Duduklah putriku! hari ini adalah hari ulang tahunmu, aku ingin memberi tahumu sesuatu," lanjut sang ayah.

Gadis itu duduk disebelah ayahnya, senyum indahnya tak luntur dari bibir mungilnya, "Aku tahu ayah, aku sangat berterima kasih pada keluargamu karena telah menerimaku berada disekitar kalian," ucapnya.

"Chi'er, kau sudah.... "

Annchi tersenyum, ia memeluk Ayah angkatnya, "Aku sudah tau ayah, aku hanyalah bayi yang kau rawat. Percaya atau tidak, aku mengingat semuanya saat aku menjadi bayi, bagimana kalian memperlakukanku dengan penuh kasih sayang."

"Apa itu mungkin? Apa kau ingat siapa yang membawamu saat itu?"

"Yang aku ingat, hanya saat kalian menggendongku dan memberikan kecupan dikedua pipiku," ucap Annchi senyum sendu.

Mereka berbincang hingga malam semakin larut, sang ayah memberikan sebuah kotak kayu sebagai hadiah ulang tahun putri angkanya itu, ia tak menyangka jika Annchi dapat mengingat semuanya dengan jelas.

Entah mengapa ia tak ingin jauh dari kedua putrinya untuk saat ini, dan pada akhirnya mereka berempat tidur bersama, saling memeluk memberi kehangatan. Begitu pula dengan sang Ibu, ia terus memeluk Wei. Wajahnya penuh kegelisahan meski ia tertidur. Annchi melihat itu ia khawatir dan entah mengapa hatinya pun merasakan seperti akan ada sesuatu yang terjadi pada mereka.

*tbc

Terpopuler

Comments

Wini aulia 08

Wini aulia 08

,akhirnya Nemu jg kelanjutannya petualangan anchi

2022-03-01

0

Wini aulia 08

Wini aulia 08

,akhirnya Nemu jg kelanjutannya anchi

2022-03-01

0

Lippe

Lippe

dosa??? emang annchi punya dosa apa?? sama tugasnya belum selesai?? bukannya dia udah tutup portal sama bunuhh raja iblis ya??
BINGUNG ATUH

2021-01-26

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!