Jihan duduk dimeja kerjanya sambil mengebas tangan kanannya, sesekali ditiup pelan. bagaimana tidak perih dan melepuh? pak tukang tadi menggunakan boot tebal dan sedang memikul material bangunan. jari-jarinya serasa remuk, namun lebih remuk lagi perasaannya ketika Richard tak sedikitpun berterima kasih ataupun menanyakan keadaannya.
"ambil ini" seseorang menyodorkan alkohol dan kapas.
Jihan menoleh dan terkejut ternyata Richard. Jihan tak berkedip ataupun menerima alkohol dan kapas tersebut, mata mereka saling beradu beberapa detik.
Richard yang langsung menguasai keadaan, meletakkannya di meja kemudian masuk lagi ke ruangannya.
Jihan tersenyum sambil membersihkan luka lecet dan memar pada tangan dan jarinya "Makasih bos ku" gumamnya pelan.
" sekretaris Ji, cepat kesini" suara Richard dari speaker.
" apa harus berteriak seperti ini? tak bisa kah melalui chat?" Jihan bangkit menuju ruangan Presdir Richard.
Richard menyodorkan selembar catatan pada Jihan. sesaat Jihan membaca catatan tersebut,namun mendadak raut wajahnya berubah terkejut dan tak terima.
" maksudnya apa ini tuan?"
" tak tau baca ya?" Richard balik ketus
" bisa tuan maksudnya apakah ini tugas tambahan saya? diluar yang diajarkan Madam Welly?"
" Kamu digaji besar untuk mengurus keperluan ku di sini. jadi itu juga tugas pokok kamu" Richard menatap tajam kearah Jihan yang berdiri kaku memegang catatan darinya.
" Membangunkan pagi hari, mengingatkan waktu tidur, waktu makan,menemani ke acara non formal bahkan menyiapkan pakaian tuan?? apakah tidak berlebihan tuan?" gerutu Jihan
" simpan catatan itu dan laksanakan mulai hari ini" Ricard kembali menatap tablet di depannya.
" t-tapi tuan, ini melanggar hak asasiku"
Richard hanya mengangkat tangan kanannya memberi isyarat untuk keluar.
dengan berat Jihan membawa catatan kecil itu keluar menuju mejanya.
*****
Tepat pukul 20.00 malam, Jihan merapikan mejanya untuk segera pulang. tiba-tiba suara Richard berdehem di sampingnya.
" selamat malam tuan, waktunya pulang. semoga istirahat malam tuan menyenangkan" sesaat Jihan menggigit bibir bawahnya karena disadari betapa berlebihannya bicara.
" makan malamlah bersama" perintah Richard sambil berlalu.
Jihan tak menjawab namun menyinyir kan bibir atasnya dan dengan berat langkah menuju lift mengikuti Richard.
aku akan melewati makan malam yang horor lagi. batin Jihan saat duduk berhadapan dengan Richard di restoran oriental pilihan Bosnya.
tiba-tiba ponsel Richard berdering, sesaat diliriknya sebelum menjawab telpon dari Ibu Dian. Jihan pun ikut melirik mau tau.
" iya mi, aku sedang makan. besok sebelum rapat dimulai aku akan mengunjungi mami" suara Richard begitu datar membuat Jihan memperhatikan nya dengan seksama.
bagaimana kau begitu tenang, berbicara tanpa berkedip sedikitpun dan begitu dingin,tuan? Jihan mulai bermain dengan pikirannya.
Richard menutup panggilan tanpa melepaskan tatapan kearah Jihan " sedang mengejekku dengan pikiranmu?" tanya Richard ketus membuat Jihan membuyarkan lamunannya.
Jihan mengernyitkan matanya malu diketahui mengamati Richard. menutup malu, diteguknya segelas air sampai habis.
" sudah punya pacar?" tanya Richard spontan membuat Jihan terbatuk mengeluarkan sedikit air dari mulut dan hidungnya. Richard memalingkan wajahnya kearah lain karena tingkah Jihan sudah mengundang tatapan beberapa tamu lainnya.
" sudah tuan"Jihan menjawab singkat meski dia berbohong. kalau kujawab tidak ada pastinya kau akan mengejek ku kan?apa maksudnya bertanya urusan pribadiku?
Richard mengangkat sebelah alisnya " pastikan pacarmu tidak terganggu dengan jadwal kerjamu ya. aku sudah membayar mu mahal untuk pekerjaan ini".
Jihan sedikit melotot kulkas dingin dan berhati batu "iya pak" Jihan menjawab asal sambil menyantap mie di depannya.
keduanya menyelesaikan makanan tanpa membahas apapun.
Dimobilpun suasana masih diam. masing-masing sibuk dengan ponselnya. Mobil berhenti tepat di rumah besar berarsitektur modern. Sopir membuka kan pintu mobil untuk Richard. Jihan tetap menunggu di mobil.
" apa kau menungguku membukakan pintu untukmu?" kata Richard membuat Jihan terkejut dan langsung turun. Jihan sedikit bingung namun langsung teringat catatan kecil tadi.
Mobil langsung dibawa pergi sopir diiringi tatapan khawatir Jihan. Richard berbalik masuk ke dalam rumah, tapi Jihan tetap berdiri diam disitu.
" mau tetap berdiri di situ?" Richard menyadari tak diikuti Jihan
Jihan menggaruk kepalanya dengan gugup. Dia tidak pernah berduaan dengan orang lain seperti ini, apalagi malam dan sepi begini. Richard dengan gemas menarik Jihan masuk dan dengan sedikit kasar mendorong nya masuk
"Aww...." Jihan merintih sakit.
" laksanakan tugasmu" perintah Richard sambil menaiki tangga menuju kamarnya. Jihan berdiri kaku sambil menatapnya berlalu menapaki anak tangga.
Richard memasuki kamarnya dan disadari nya Jihan tidak ikut, dengan sedikit marah dia kembali turun dan mendapati Jihan masih berdiri kaku.
" apa yang kau pikirkan? aku menyuruhmu menyiapkan pakaian yang akan kupakai besok!" Richard menatapnya tajam tanpa berkedip. Jihan menarik nafas panjang " baik tuan. maaf kan aku" Jihan menapaki tangga perlahan menahan gugupnya.
Kamar luas dan bercat putih, dengan tempat tidur ukuran 160 berseprei putih. Jihan mencari lemari pakaian yang cepat ditemukan di ruang ganti yang luas.
apakah semua ini pakaiannya?? Jihan terkagum dengan keadaan ruang ganti. kalau rapih seperti ini besok pagi pun bisa cepat aku siapkan. untuk apa tergesa-gesa?? grutunya.
setelah menentukan setelan jas yang akan dipakai besok, Jihan segera turun. Richard duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya.
"sudah siap tuan"
" baiklah, segeralah pulang"
"hah?!" Jihan tidak menyangka akan diusir dengan cara begini. bukankah sopir kantor sudah pulang?
"permisi tuan" Jihan tidak mau terlihat bodoh dan berharap padanya.
Richard tidak menjawab sedikitpun dan matanya masih tertuju pada ponselnya.
Jihan berdiri di depan pintu sambil mengambil ponselnya dan menghubungi taxi online. tak beberapa saat taxi online muncul dan sesegera Jihan pergi.
Richard duduk bersandar di sofa sambil menatap gantungan kunci panda yang diletakkan di atas meja.
bayangan masa lalu kembali terngiang di kepalanya.
"almira.....!" suara teriakannya saat itu tak mampu menahan tubuh mungil Almira dari hantaman keras truk yang tiba-tiba melintas. gantungan panda ini yang sempat terbuang bersama ponselnya Almira dan jatuh tepat di kaki Richard.
Richard menggenggam gantungan panda itu kuat-kuat sambil menyadarkan kepalanya di sandaran sofa.
bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments