Memulai yang baru

Jihan telah berhasil melalui masa Training nya. Wanita anggun yang belakangan dikenali Jihan dengan nama Madam Welly telah mengajarkan Jihan banyak hal. Jihan semakin yakin dan mantap memulai pekerjaan nya pagi ini. hal pertama yang dia lakukan pagi ini adalah menjemput si bos dari bandara. sebelum ke bandara, Jihan sempat menaruh suatu kotak di meja kerja bosnya. kemudian Jihan melangkah pasti keluar menuju bandara.

Ramainya bandara membuat Jihan menunggu di samping mobil di parkiran khusu VIP bandara. sopir dan beberapa pengawal tampak berdiri menunggu si bos datang. tak butuh waktu lama, rombongan pengawal dan sopir sigap menuju kearah Jihan. ada Si Bos juga, Jihan sedikit kikuk melihat tampilan si Bos. Kaca mata hitamnya menempel pada hidung mancung tipisnya. Jihan melangkah maju perlahan, namun sambil menyelidiki.

sepertinya aku kenal dia, tapi dimana ya?

Belum menyelesaikan penyelidikannya, Si Bos sudag berdiri tegap didepannya. Jihan dengan kaku sedikit menunduk " selamat datang di tanah air Tuan" salam itu tak dibalas Si Bos, namun langsung masuk ke mobil.

Jihan menarik nafasnya, dan menyusul masuk ke mobil dan duduk di tempat depan. mobil melaju meninggalkan bandara.

" semoga penerbangan Tuan kali ini menyenangkan dan tanah air tidak jadi tempat yang membosankan" Jihan mencoba membuka percakapan. Tidak ada jawaban sedikitpun. Jihan mengerutkan dahinya, sedingin ini kah?

ekor matanya melirik ke arah belakang, si bos sedang memperhatikan tablet nya, ujung jemari lentiknya mengusap layar tablet didepannya.

"jam berapa serah terima jabatannya?" akhirnya ada suara yang keluar dari si bos

Jihan tersenyum " Jam sebelas pagi ini tuan" suasana kembali hening

argh Jihan, berpikirlah,apa yang harus dibahas!! Batin Jihan protes.

sambil tersenyum Jihan menoleh ke belakang " Tuan,apakah ada tempat yang ingin didatangi sebelum ke kantor?tempat kenangan mungkin?"

Si bos menatap datar dan kosong ke arah Jihan. seolah paham tatapan itu, Jihan langsung cepat mengalihkan kembali pandangan ke depan.

" membosankan!" gumamnya pelan. sopir tersenyum kecil.

" aku bisa mendengar mu sekertaris Ji...." kata Si Bos namun tetap menatap tabletnya. Jihan terkejut dan refleks menutup wajahnya dengan tangannya.

Jihan sedikit menunduk dan melirik si sopir yang tersenyum kecil.

si kulkas bertelinga lebar.... umpat Jihan dalam hati.

 

\*

 

Suasana Aula Utama telah penuh dengan undangan dan wartawan berbagai media. papan bunga ucapan atas jabatan baru Si Bos memenuhi halaman kantor hingga depan ruang aula pertemuan. Jihan melangkah pasti dengan percaya diri mendampingi si bos Richard Putra Samana yang segera akan dinobatkan menjadi Presiden direktur Perusahaan Dian Samana menggantikan ibunya Dian Samana.

Jihan tersenyum saat penobatan jabatan baru untuk Richard oleh Ibunya sendiri. Ada raut bangga dan mengagumi sosok Richard terpancar d tatapan Jihan.

Jihan lebih mengagumi Ibu Dian, wanita tangguh itu mampu mengurus perusahaan besar peninggalan suami nya ini. Mungkin ibu Dian terlalu sabar dan tabah dengan si kulkas ini ya. tiba-tiba bati Jihan pun ikut berkomentar.

Jihan duduk di meja Sekretaris didepan ruang Presiden Direktur. Dia sibuk merekap kegiatan Richard selanjutnya pada komputer didepannya. Richard dan ibunya serta Madam Welly sedang ngobrol di dalam.

" Bagaimana perjalanan mu nak?" nada lembut Ibu Dian membuat Richard sedikit tersenyum. Richard duduk menghadap ibunya, sambil memegang tangan ibunya.

Madam Welly berdiri tegap melihat adegan mesra ibu dan anak ini.

" baik mami. seperti baru kemarin meninggalkan kota ini, dan sekarang sudah kembali lagi"

Ibu Dian tersenyum lembut " mami harap kamu sudah bisa bangkit dan melupakan kenangan masa lalu kamu ya nak"

Richard perlahan melepaskan tangan ibunya dan bangkit berdiri. " tak mudah mami. tapi sekarang aku sadar tanggung jawab ini tidak mudah"

Ibunya pun bangkit berdiri " mami pulang dulu. madam Welly sudah mengikuti semua arahanmu dan melatih sekretaris barumu. semoga dia bisa mengerjakan tugas-tugas nya dengan baik ya."

Ibu Dian segera keluar, dan Richard berdiri di jendela kaca menatap ke bawah gedung. tangannya menarik sebuah gantungan kunci berbentuk kepala panda yang lucu. Sesaat dia tersenyum dan mengisi kembali ke dalam saku celananya.

Richard berbalik dan melihat ada kotak panjang di atas meja kerjanya. dahinya sedikit mengerut. ditekan nya tombol bel putih, dan pintu sesegera dibuka. Jihan dengan sedikit terburu-buru buru menghadap Richard yang sudah duduk di balik meja kerjanya.

" apa ini?" Richard menunjuk kotak itu dengan tatapan tajam nya

Jihan melotot dan segera mengambil bungkusan kotak itu dan menyembunyikannya di belakang roknya. " maaf tuan, punya saya ini, saya lupa menaruh nya di situ tadi"

"kado untuk siapa itu?" Richard menyelidiki

Jihan sedikit gugup " Emm, sebenarnya ini ucapan selamat datang untuk tuan" Jihan memberanikan diri menjawab.

Richard menyadarkan tubuhnya. " saya tidak berniat menerima pemberian apapun itu.kamu coba menggoda saya ya?"

" Ya ampun Tuan. tidak ada niat sedikitpun. ini juga karena saya berpikir kalau bos saya seorang wanita yang ramah, jadi saya menghadiahkan ini. ternyata..." Jihan menyadari sudah keceplosan menjawab. mungkin karena gugup

Richard berdiri dan melangkah mendekati Jihan yang berdiri terpaku menatap nya. Richard berdiri tepat d depan Jihan dan sedikit menunduk sehingga wajah mereka terpaut beberapa sentimeter saja" ternyata???"

wajah Jihan memerah, namun cepat tersadar dan mundur selangkah kebelakang "maaf tuan" Jihan memperbaiki rambutnya, " jika tidak ada keperluan lainnya saya segera keluar"

Jihan tidak menunggu jawaban dari Richard, secepat kilat langsung pergi keluar.

sampai di meja kerjanya, Jihan menunduk menempel kan dahinya ke meja, menghilangkan rasa gugupnya.

" setelah makan siang agenda apa berikutnya?" suar Richard mengagetkan Jihan. Jihan refleks berdiri dengan gugup dan hampir jatuh " Mengunjungi proyek pembangunan pasar modern Tuan"

"hmm ayo makan siang" Richard melaju menuju lift. Jihan membuka laci memasukan kotak hadiah tafi dan buru-buru mengikuti Richard.

****

Makan siang terhoror,pikir Jihan. duduk berhadapan tanpa suara dan hanya tertunduk masing-masing melahap menu yang ada. saat selesai, Richard bangkit berdiri duluan namun tiba-tiba ada sesuatu terjatuh dari dalam saku celananya. Jihan menoleh ke bawah, gantungan kunci kepala panda yang lucu. Jihan tersenyum dan berniat mengambil kan namun Richard dengan gesit memungut nya dan pergi keluar.

Jihan meringis sambil cepat meneguk air dan mengikuti Richard.

" lanjut ke lokasi proyek" kata Richard saat di mobil.

sopir mengangguk dan segera jalan. Jihan melirik kearah Spion dalam, Richard memegang kuat gantungan kunci tadi sambil sedikit meremasnya.

ternyata si kulkas punya mainan kesayangan juga ya... Batin Jihan sambil tersenyum.

Richard begitu detail dan teliti melihat proyek pasar modern ini. sebenarnya ini adalah pembangunan Mall yang dibuat dengan konsep pasar tradisional yang akan mengakomodasi dan menampung pedagang tradisional untuk menjual dagangannya. tidak dipungut retribusi yang tinggi namun bisa membantu masyarakat dalam jual beli. Jihan mengamati setiap gerakan Richard, perfeksionis seperti tampangnya. tubuh tinggi dan kekar, hidung mancung tipis, alis yang tebal dan simetris, rahang yang kokoh.

Jihan tersenyum kecil dengan khayalan nya bisakah sedikit lembut tuan, sifatmu merusak parasmu

Richad melambaikan tangan ke arah Jihan, dan dengan gesit Jihan menuju kearahnya.

" sekretaris Ji, catat semua kekurangan yang ada, biar saya bahas dirapat besok pagi dengan semua bagian yang terkait"

" baik pak" jawab Jihan.

Richard berjalan menuju bagian lainnya, Jihan mencatat yang disampaikan oleh pimpinan proyek pada tabletnya. sekilas mata Jihan tertuju pada gantungan kepala panda yang hampir jatuh dari saku celana Tuan nya. Jihan buru-buru mencatat dan setelah itu mengejar Richad untuk menangkap gantungan kunci lucu itu yang segera akan jatuh.

namun plak! jatuh juga,belum sempat ditangkap oleh Jihan.

dengan cepat Jihan tunduk mengambil gantungan kunci yang jatuh itu namun tangannya terinjak seorang tukang bangunan yang melintas.

"Aww!!" jerit Jihan

"aduh,maaf bu." si tukang bangunan berusaha menenangkan Jihan.

Jihan baru mau bangkit dengan tangan sudah menggenggam gantungan kunci. namun Richard sudah berdiri di depannya.

"apa itu?" tanya Richard

belum sempat menjawab, Richard merebut gantungan kunci itu dan pergi " kita pulang"

Jihan mengibaskan tangannya yang masih kesakitan sambil mengikuti Richard. " hupf.... dasar tidak tau berterima kasih" gerutunya.

Terpopuler

Comments

Yem

Yem

kurasa juga begitu hehe

2023-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!