3. Urusan Mendadak

“Pergi, sekarang!” desis Ghea.

Leon tersenyum tipis, lalu mendekat dan berbisik, “Aku akan datang lagi, Honey. Bunga hari ini cuma pembuka.”

Dan seperti bayangan, ia berbalik lalu menghilang sebelum siapa pun sempat menangkap kehadirannya.

Ghea berdiri mematung, buket bunga masih di pelukannya, dan dadanya berdegup terlalu kencang—seolah pagi telah berubah jadi medan perang yang tak lagi tenang.

"Bagaimana dia tahu alamatku?

Kenapa dia seperti sudah lama mengenalku? Siapa sebenarnya dia? Apa dia... gigolo?"

Ghea bergidik ngeri. Bukan tanpa alasan dugaan itu muncul.

Leon adalah pria asing yang sengaja mendekatinya di klub malam. Lalu dengan mudahnya menerima tawaran gilanya—tawaran untuk menghamilinya dengan bayaran satu miliar rupiah.

"Apa yang sudah kulakukan...?

Kenapa semalam aku bisa punya ide segila itu?"

Ingatan tentang perselingkuhan David kembali mengoyak benaknya. Kata-kata pria itu—yang merendahkan dan menyakitkan—menggaung lagi di pikirannya.

"Apa benar aku tidak becus menjadi istri?" bisiknya lirih.

Ia berjalan ke dalam kamar, menatap dirinya di cermin. Sosok yang menatap balik adalah wanita yang terlalu tenggelam dalam dunia desain—hobi sekaligus pekerjaan yang dulu membuatnya bangga. Tapi mungkin... itu juga yang menjauhkan dirinya dari David.

"Mungkin aku terlalu sibuk. Terlalu cuek. Terlalu percaya."

Tatapannya jatuh ke buket mawar merah muda yang masih ia genggam. Lambang manis dari pria yang tak seharusnya hadir.

"Dia cuma pria muda. Mungkin gigolo. Mungkin cuma ingin uang. Aku nggak boleh goyah."

Ia melempar bunga itu ke tong sampah, menarik napas panjang, menegakkan punggungnya.

"Aku harus memperbaiki semuanya. Aku harus menyelamatkan rumah tanggaku."

Pagi itu, Ghea melakukan hal yang jarang ia lakukan. Ia pergi ke spa. Merapikan rambut. Merawat kulit. Memoles wajahnya lebih cantik dari biasanya. Bukan lagi tampilan simpel istri rumahan. Tapi wanita yang siap merebut kembali hati suaminya.

"Hari ini, aku akan ajak David makan siang.

Dan aku akan tunjukkan, aku masih istri yang layak dicintai."

Di usia tiga puluh lima tahun, Ghea masih terlihat cantik dan awet muda. Kulitnya bersih dan terawat, meski ia bukan tipe wanita yang senang berdandan berlebihan. Make-up bagi Ghea sebatas lipstik tipis dan skincare untuk menjaga kesehatan kulit. Seringnya, ia hanya mengenakan pakaian kasual di rumah, karena itulah zona nyaman yang ia nikmati selama ini.

Namun hari ini berbeda.

Ia berdiri di depan cermin dengan gaun rancangan tangannya sendiri—elegan, berkelas, dengan potongan sederhana tapi memikat. Rambutnya ia tata rapi, dan sedikit warna senada ia poles di kelopak matanya. Ada usaha, ada harapan.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia ingin tampil cantik… untuk suaminya.

“Hari ini aku akan jadi versi terbaik dari diriku.”

“Kalau selama ini aku terlalu dingin, terlalu sibuk, terlalu ‘biasa’… maka hari ini aku perbaiki semuanya.”

Ghea menumpang taksi menuju kantor David—perusahaan warisan orang tuanya, yang kini sepenuhnya dipegang suaminya sejak sang ayah meninggal. Ia sengaja tidak membawa mobil sendiri.

“Kalau semua berjalan lancar, aku bisa langsung pulang bareng David. Satu mobil. Seperti dulu…”

Matanya menatap jalanan dari balik kaca jendela. Semilir angin yang masuk dari celah kecil membuat helai rambutnya bergerak pelan. Ada gelisah dalam dirinya, tapi ia terus meyakinkan hati bahwa semua akan baik-baik saja.

Lima menit sebelum tiba di kantor David, Ghea membuka ponselnya dan menekan nomor yang sangat dikenalnya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menaruh senyum di suaranya.

“Sayang, kamu lagi sibuk nggak?” tanyanya ringan, seolah semalam tak ada apa-apa. Seolah ia tak menyaksikan sendiri suaminya bersama wanita lain. Seolah ia bukan perempuan yang semalam menangis diam-diam sampai dini hari.

Di ujung sana terdengar suara David. Terdengar datar, tapi tak sepenuhnya dingin.

“Lagi di jalan. Mau ke luar kota. Ada urusan mendadak,” jawab David cepat.

Ghea terdiam sesaat, mencoba memproses kata-kata itu.

“Keluar kota?” ulangnya, berusaha menjaga nadanya tetap tenang. “Baru sekarang kasih kabar?”

“Baru dikabarin pagi ini. Ini juga buru-buru banget.”

“Kenapa nggak bilang dari tadi pagi?” batin Ghea, tapi menahan rasa kesalnya.

“Rencanaku mau ajak kamu makan siang.” Suara Ghea nyaris berbisik. “Kita bisa ngobrol. Aku pikir... kita butuh waktu berdua.”

David hanya mendesah pelan. “Maaf, Ghea. Aku benar-benar nggak bisa sekarang. Nanti kita atur waktu lain, ya?”

Ada jeda. Hening beberapa detik. Ghea mencoba tetap bernapas meski tenggorokannya mulai tercekat.

“Oh...” Ia menatap jalanan dari balik kaca. “Kenapa rasanya aku selalu bukan prioritas?”

“Oke, hati-hati di jalan,” ujarnya akhirnya. Lembut, namun terlalu pahit untuk ditelan.

Ia menutup telepon tanpa menunggu jawaban David, lalu menatap supir taksi. “Pak, putar balik aja. Kita nggak jadi ke kantor.”

Namun tepat saat taksi hendak berbelok, matanya menangkap siluet mobil hitam yang melintas di jalur seberang. Ghea langsung duduk tegak.

“Itu… mobil suami saya,” katanya buru-buru. “cepat putar balik, Pak. Ikuti mobil itu.”

Hatinya berdetak tak karuan. Matanya tajam menatap kendaraan yang melaju beberapa meter di depan mereka. Dadanya sesak, seperti baru saja ditikam tanpa peringatan.

“Apa dia bohong padaku? Jangan bilang dia sengaja menjauh dariku…untuk bersama wanita itu lagi?”

Mobil David berhenti di sebuah restoran bintang lima yang biasa mereka kunjungi saat masih baru menikah. Tempat yang menyimpan banyak kenangan manis—dan kini menjadi saksi pengkhianatan.

Ghea menunduk pelan di jok belakang, hanya sedikit menaikkan wajahnya agar bisa melihat jelas. Matanya membelalak saat melihat pintu mobil dibuka... dan David turun lebih dulu, lalu membukakan pintu sebelah.

Seorang wanita muda keluar.

Sekretarisnya.

Dan tanpa ragu, David merangkul pinggang wanita itu dan menuntunnya masuk ke dalam restoran.

“Jadi... ini urusan mendadaknya?”

Ghea menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang mulai menggenang. Tangannya yang tadi memegang ujung gaunnya kini mengepal.

“Bodoh. Aku bodoh. Bahkan setelah tahu dia mengkhianatiku, aku masih ingin berjuang.”

“Masih berharap.”

“Masih percaya.”

Ia memejamkan mata. Tak ada kata-kata. Tak ada amarah yang meledak. Yang ada hanya kehampaan yang menyesakkan dada.

“Mungkin... aku bukan istri yang baik. Tapi dia jelas bukan suami yang pantas.”

Siang itu, akhirnya Ghea duduk di restoran kecil dekat butiknya. Hujan belum turun, tapi langit mendung seperti menyerap semua warna dari dunianya. Piring di depannya nyaris tak tersentuh. Ia menatap keluar jendela, diam, murung.

“Sendirian lagi, Honey?”

Suaranya datang seperti badai yang tak diundang—dalam, rendah, dan terlalu familiar. Tubuh Ghea menegang spontan. Ia menoleh cepat.

Leon berdiri di sana, mengenakan kemeja putih dengan beberapa kancing terbuka, memperlihatkan dada bidang yang sedikit terintip dan lengan tergulung yang membingkai otot-otot sempurna. Tapi yang paling berbahaya adalah senyumnya—senyum yang bisa merobohkan pertahanan paling kokoh dalam sekali lirik.

“Leon?! Kamu ngikutin aku?” desis Ghea pelan tapi tajam.

Leon mengangkat bahu santai lalu duduk di hadapannya tanpa diundang. “Aku cuma lewat. Tapi semesta sepertinya suka mengatur pertemuan kita.”

Ghea mendengus pelan, menusuk ayam dingin di piringnya dengan garpu. “Kamu pikir hidupku ini drama remaja?”

Leon menyandarkan tubuh ke kursi, menyilangkan tangan sambil memandangi Ghea. “Kalau jadi drama bisa bikin kamu senyum, aku siap jadi tokoh utamanya. Atau antagonisnya… kalau itu yang bisa deketin aku ke kamu.”

Ghea mengangkat alis. “Kamu nggak punya batas, ya?”

Leon mencondongkan tubuh ke depan, suaranya menurun satu oktaf—lebih rendah, lebih dalam. “Aku tahu batas, Ghea. Tapi kamu yang lari sebelum kita sempat tentuin di mana batas itu harusnya ada.”

Ghea meneguk air putih, menahan degup jantungnya yang mulai kacau. Ia berdiri cepat, tapi sebelum bisa melangkah pergi...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

begonya kamu jd istri ghe smp”perusahaan warisan pny ortu kamu serahkan dgn sukarela dikelola sm laki”mokondo macam david dan skr david selingkuh eh perempuan pecun yg berkedok sekretarisny yg menikmati duh ghea sdh seharusnya kamu ambil alih apa yg jd milik kamu minimal ksh pelajaram berharga sm si mokondo ini dgn memecatnya dr perusahaan milik kamu dan memiskinkan hidupny jng”kamu jug udah ngak tau klo selama 15 tahun pernikahan aset”perusahaan milik kamu sdh berpindha kepemilikam makanya dvaid ngak ada kuatir”nya dia selingkuh kasihan banget seh kamu ghe buta dan bodoh karen cinta akut sm si mokondo

2025-06-02

5

asih

asih

kalau Aku yg Jadi ghea sudah ku gugat cerai tuh laki,sdh di kasih hidup enak tak perlu sudah payah Cari kerja ,tinggal lanjutin Aja tu harta warisan ghea jalani berdua hidup s emang sudah berdua,eh malah DIA membelot dengan wanita yg lebih muda dan hot,sia² in istri yg kasih hidup enak,
ghea jangan Jadi bodoh lah kamu berhak bahagia ambil lagi tuh perusahaan buat suami Jadi miskin dan buang DIA di bawah jembatan biar rasain menderita

2025-06-02

3

Siti Jumiati

Siti Jumiati

ghea terlalu sabar, suamimu sudah berhianat jangan kasih kesempatan lebih jauh lagi ghea,kasih pelajaran buat suamimu,udah enak dikasih kepercayaan untuk urus perusahaan tapi malah selingkuh.

2025-06-02

3

lihat semua
Episodes
1 1. Kesepakatan Gila
2 2. Sedikit Harapan
3 3. Urusan Mendadak
4 4. Varendra Mahardika
5 5. Bukan bodoh
6 6. Topeng
7 7. Di Bawah Meja
8 8. Cemburu
9 9. Curiga
10 10. Tempat Pelarian
11 11. Hati Lebih Jujur
12 12. Ciuman di Ambang Batas
13 13. Ide
14 14. Membakar Hati
15 15. Terbaca
16 16. Hampir Putus Asa
17 17. Kompensasi
18 18. Antara Hati dan Logika
19 19. Antara Hasrat dan Logika
20 20. Pengkhianat Logika
21 21. Basah
22 22. Tak Ada Lagi Leon
23 23. Satu Ranjang
24 24. Menolak Sentuhan
25 25. Rencana
26 26. Godaan di Meja Makan
27 27. Syak Wasangka
28 28. Terlambat
29 29. Kartu
30 30. Syarat
31 31. Mencintai dalam Diam
32 32. Curiga
33 33. Takut
34 34. Dominasi Diam Seorang Berondong
35 35. Tanda Tanya
36 36. Tunjukkan Sedikit Penghargaan, Sayang!
37 37. Percaya Diri
38 38. Melogika
39 39. Bekapan
40 40. Kehilangan
41 41. Bukan Orang yang Sama
42 42. Muak
43 43. Lelah Mental
44 44. Enggan Mengaku
45 45. Tiga Langkah di Depan
46 46. Belajar di Tengah Godaan
47 47. Ajakan Berdansa
48 48. Kecewa
49 49. Panggung Sandiwara
50 50. Surat Perjanjian
51 51. Pelajaran Tambahan
52 52. Mengambil Alih
53 53. Saling Menyalahkan
54 54. Pengakuan
55 55. Kesempatan
56 56. Ancaman
57 57. Kagum
58 58. Wedding
59 59. Pertanyaan
60 60. Lelah
61 61. Keputusan
62 62. Efek Visual
63 63. Gara-gara Merger
64 64. Merger dan Bekas Cinta
65 65. Hampir Saja
66 66. Revisi dan Penangguhan
67 67. Pertanyaan yang Sempat Terlupakan
68 68. Rahasia Dibalik Cinta
69 69. Pengakuan
70 70. Tercabik
71 71. Iri
72 72. Tambahan
73 73. Umpan
74 74. Menuntut
75 75. Transformasi
76 76. Bukti
77 77. Bayangan Penjaga
78 78. Menanggung Sendiri
79 79. Hanya Jessi
80 80. Pembicaraan Empat Mata
81 81. Janji Hati
82 82. Hanya Ingin Tahu
83 83. Sampah
84 84. Mangsa
85 85. Game Over
86 86. Berubah
87 87. Dua Garis yang Terlewat
88 88. Panik
89 89. Dengan atau Tanpa Anak
90 90. Hangat
91 91. Kangen Ditengok
Episodes

Updated 91 Episodes

1
1. Kesepakatan Gila
2
2. Sedikit Harapan
3
3. Urusan Mendadak
4
4. Varendra Mahardika
5
5. Bukan bodoh
6
6. Topeng
7
7. Di Bawah Meja
8
8. Cemburu
9
9. Curiga
10
10. Tempat Pelarian
11
11. Hati Lebih Jujur
12
12. Ciuman di Ambang Batas
13
13. Ide
14
14. Membakar Hati
15
15. Terbaca
16
16. Hampir Putus Asa
17
17. Kompensasi
18
18. Antara Hati dan Logika
19
19. Antara Hasrat dan Logika
20
20. Pengkhianat Logika
21
21. Basah
22
22. Tak Ada Lagi Leon
23
23. Satu Ranjang
24
24. Menolak Sentuhan
25
25. Rencana
26
26. Godaan di Meja Makan
27
27. Syak Wasangka
28
28. Terlambat
29
29. Kartu
30
30. Syarat
31
31. Mencintai dalam Diam
32
32. Curiga
33
33. Takut
34
34. Dominasi Diam Seorang Berondong
35
35. Tanda Tanya
36
36. Tunjukkan Sedikit Penghargaan, Sayang!
37
37. Percaya Diri
38
38. Melogika
39
39. Bekapan
40
40. Kehilangan
41
41. Bukan Orang yang Sama
42
42. Muak
43
43. Lelah Mental
44
44. Enggan Mengaku
45
45. Tiga Langkah di Depan
46
46. Belajar di Tengah Godaan
47
47. Ajakan Berdansa
48
48. Kecewa
49
49. Panggung Sandiwara
50
50. Surat Perjanjian
51
51. Pelajaran Tambahan
52
52. Mengambil Alih
53
53. Saling Menyalahkan
54
54. Pengakuan
55
55. Kesempatan
56
56. Ancaman
57
57. Kagum
58
58. Wedding
59
59. Pertanyaan
60
60. Lelah
61
61. Keputusan
62
62. Efek Visual
63
63. Gara-gara Merger
64
64. Merger dan Bekas Cinta
65
65. Hampir Saja
66
66. Revisi dan Penangguhan
67
67. Pertanyaan yang Sempat Terlupakan
68
68. Rahasia Dibalik Cinta
69
69. Pengakuan
70
70. Tercabik
71
71. Iri
72
72. Tambahan
73
73. Umpan
74
74. Menuntut
75
75. Transformasi
76
76. Bukti
77
77. Bayangan Penjaga
78
78. Menanggung Sendiri
79
79. Hanya Jessi
80
80. Pembicaraan Empat Mata
81
81. Janji Hati
82
82. Hanya Ingin Tahu
83
83. Sampah
84
84. Mangsa
85
85. Game Over
86
86. Berubah
87
87. Dua Garis yang Terlewat
88
88. Panik
89
89. Dengan atau Tanpa Anak
90
90. Hangat
91
91. Kangen Ditengok

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!