“Sayang, udah pulang ?”
“Iya, Mah. Waahhh bakwan jagung kesukaan Angel nih.”
“Eiittsss.”
Mamah menghentikan pergerakkan tanganku yang menyisakan beberapa senti menyentuh bakwan yang tersaji dipiring.
“Cuci tangan dulu sayan ! Itu banyak kumannya lho.”
“Hehe iya lupa.”
“Oh iya Mah, kalau orang yang tadi pagi datang lagi, bilang aja Angel gak ada ya Mah. Angel gak mau ketemu sama dia lagi.”
“Lho kenapa sayang ?”
“Dia itu Frans, Mah. Orang yang dulu pernah Angel ceritain.”
“Ya ampun ! iya Mamah lupa. Maafin mamah ya sayang. Mamah gak tahu kalau dia Frans !”
“Gapapa, Mah. Bukan salah Mamah kok, emang Frans nya aja yang ngeselin.”
“Tapi Nak, itu kan udah setahun yang lalu, kamu gak boleh marah lama-lama kaya gitu.”
“Iya mah Angel tahu. Angel udah maafin dia kok. Hanya saja Angel gak mau berurusan lagi sama dia. Setiap kali Angel melihat dia, pikiran Angel kembali ke waktu saat Frans menyakiti Angel.”
“Ya udah. Kamu istirahat ya sayang.”
“Iya, Mah. Love you.”
“Love you too, sayang.”
***
*Flashback on*
Sudah seminggu terakhir ini aku merasakan perubahan yang terjadi pada sikap Frans. Frans yang biasanya selalu perhatian. Frans yang biasanya selalu ada saat aku membutuhkannya, selalu siap antar jemput kemanapun aku mau. Tanpa dimintapun ia selalu siap siaga. Termasuk antar jemput aku ke sekolah.
Saat itu aku yang masih duduk dibangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, sedangkan Frans duduk dibangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas. Frans yang selalu bersikap baik, tak pernah sekalipun berbicara kasar atapun dengan nada yang tinggi kepadaku. Namun sore itu, saat aku menelepon Frans aku malah mendapatkan bentakan darinya. Padahal saat itu aku benar-benar sedang ketakutan karena hari sudah mulai sore, namun masih berada di depan gerbang sekolah.
“Kalau aku gak balas chat kamu berarti aku lagi sibuk. Kamu kenapa sih gak ngerti ngerti ?”
Tanpa mendengarkan penjelasan dariku, pria diseberang sana segera mematikan panggilan telepon tersebut. Aku gak tahu harus gimana. Baru pertama ini Frans marah seperti itu. Apa salahku padanya ? Emang benar aku belum cukup dewasa, tidak mengerti dengan kesibukkan dan aktivitas Frans.
“Kali ini aku hanya takut berada di bangunan sebesar ini seorang diri. Aku butuh kamu Frans. Hiks . . . Hiks . . . Hiks . . .”
***
Keesokan harinya terdengar desas desus orang berbicara. Tak tahu apa yang mereka bicarakan, karena suaranya sangat pelan. Saat aku melirik ke arah mereka, mereka langsung terdiam. Aku jadi semakin curiga bahwa topik pembicaraan mereka adalah tentang aku.
Dan benar saja apa yang aku yakini, saat kakiku telah memasuki ruang kelas, terdengar pembicaraan salah satu kelompok remaja putri yang sedikit nyaring. Sehingga aku cukup jelas untuk mendengar apa yang mereka perbincangkan.
“Gilaaa ini si Frans. Padahal si Angel kurang apa coba, cantik, pintar, tinggi, putih, ehh dia malah selingkuh sama dia yang modelannya jauh dibawah Angel.”
“Iyalah menang body aja dia mah yang sexy. Mukanya pas-pasan gitu. Dibawah standar, ya gak sih ?”
“Emang dasar ya si Frans, matanya jilalatan gitu, nyari yang body nya montok aja.”
Degg . . .
“Maksud kalian apa ?”
Seketika suasana kelas menjadi hening. Sekelompok remaja putri tersebut mematung. Tidak ada yang berani berbicara. Tiba-tiba sosok diriku menjadi pusat perhatian rekan-rekan kelas. Semua mata tertuju padaku.
“Kok kalian diam ? Kenapa ?”
“Angel. . ." Teriak Alessyia dari belakang, “Ikut gue yuk !”
“Engga Cha, gue mau tahu maksud mereka apa bilang gitu tentang Frans. Kenapa dia bilang kalau Frans selingkuh ? Emangnya mereka tahu apa tentang Frans ?”
“Iya iya nanti gue jelasin. Lo tenang dulu, ya !”
Alessyia meminta maaf kepada teman-teman jika terdapat perkataan aku yang sedikit berlebihan, dan sedikit kasar. Alessyia segera menarik pergelangan tangan kananku dan menyered keluar dari ruang kelas.
Aku hanya menurut dan mengikuti langkah sahabatku itu yang membawaku ke sebuah taman di belakang sekolah. Kami duduk dibangku kayu berwarna putih yang menjadi fasilitas sekolah.
Alessyia merogoh ponsel di sakunya. Menunjukan sebuah video kepadaku. Nampak di video tersebut seorang lelaki sedang memeluk perempuan. Lalu pria tersebut mencium bibir perempuan tersebut secara halus. Dan perempuan tersebut membalas pelukkan dan ciuman yang diberikan oleh pria itu. Betapa kaget dan sedihnya aku saat melihat wajah pria tersebut. Yaa . . . Frans, dia kekasihku.
“Engga Cha. Ini gak mungkin. Hiks . . Hiks . . .”
“Sebenarnya gue pernah lihat Frans jalan sama cewek itu. Tapi gue gak bilang sama lo. Gue takut lo gak percaya dan malah balik marah ke gue. Awalnya juga gue sama kaya lo, gak percaya. Ternyata bukan hanya gue yang tahu, Ngel. Orang-orang udah pada tahu kalau Frans itu bukan cowok yang baik. Dia sering bergonta-ganti pasangan. Keluar masuk kelab malam bersama wanita yang hanya memakai dress mini. Dia itu gak cocok buat lo. Lo itu cantik, pintar, lo pasti bisa dapetin yang lebih baik dari Frans.”
“Tapi gue cinta sama Frans, Cha. Dia selalu ada buat gue, dia selalu nolongin gue saat gue kesusahan. Dan juga, bukan waktu yang singkat hubungan gue sama Frans. 3 tahun Cha. Banyak kenangan selama itu.”
“Iya gue tahu. Tapi coba lo sadar. Apa setelah ini lo bisa menerimanya kembali seperti dulu ? Dan menganggap semuanya baik-baik saja ? Apa lo bisa membohongi perasaan lo ? Apa lo bisa berpura-pura tegar dihadapan cowok yang telah berkhianat ?”
“Tapi Cha apa melepasnya itu mudah ? Apa gue bisa melupakan semua yang telah terjadi bersama Frans ? Gue gak yakin kalau gue bisa menghilangkan memory Frans.”
Air mataku tak mampu terbendung lagi. Suara tangisanku tak bisa tertahankan. Bagaikan teriris benda yang amat tajam. Perih, sangat sakit. Orang yang selama ini aku percaya untuk melabuhkan hati, orang yang teramat aku kagumi, mencintainya dengan sepenuh hati, berharap dia adalah jodoh yang Tuhan berikan kepadaku. Namun sayang, semua itu hanya angan-angan semata. Semuanya hanya imajinasi dan hayalanku seorang.
Teringat saat-saat dulu bersama Frans, awal perkenalan saat aku menjalani ospek masuk Sekolah Menengah Pertama, dan Frans yang menjadi ketua ospeknya. Masa-masa itu tampak indah, semuanya terasa membahagiakan. Kini, hanya dengan hitungan menit bahkan detik, semua kenangan manis telah lenyap beriringan dengan keringnya air mata.
*Flashback off*
***
“Kamu emang baik saat itu, tapi entah mengapa pekhianatan tampak menjijikan dimataku.”
Pagi hari rasanya mataku enggan terbuka. Seperti tertutup oleh tumpukkan gunung yang tinggi. Benar saja, mataku membengkak. Semua itu buah dari tangisanku semalam. Sudah kuduga, kehadiran Frans hanya akan membuka kembali luka lama yang telah rapat tertutup.
“Sayang, Mamah bangunin dari tadi lho, kamunya gak bangun-bangun.”
“Kayanya Angel kecapekan, Mah. Tidurnya sampai nyenyak banget rasanya.”
“Itu mata kamu kenapa sembap gitu ?”
“Emang kelihatan ya, Mah ?”
“Iya dong sayang. Itu bengkak besar banget. Kamu sakit mata ?”
“Enggak kok, Mah.”
“Kita ke dokter mata ya. Hari ini kamu ijin aja sekolahnya.”
“Angel gapapa Mah. Kalau pulang sekolah mata Angel masih bengkak. Baru deh kita ke dokter. Oke Deal.”
“Ya udah oke. Kamu hati-hati ya sekolahnya.”
“Siapp Ibu Bos, heheheh.”
Entahlah, fokusku seakan memudar. Hampir saja aku salah naik bus. Dan beberapa kali selama perjalanan menuju ruang kelas kurang lebih 3 orang menjadi korban ketidakfokusan aku. Untung saja orang yang aku tabrak baik hati. Mereka tidak marah, dan bahkan membalas permintaan maafku dengan ramah.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Sari Dewi Sartika
pokoknya mantap Thor
2021-07-29
0
🦂...YR
👍👍
2020-11-09
1
@irdw_chgea
pak guru dedek nya sedih nihz😃
2020-11-03
2