“Angel itu temen kamu udah nungguin di depan.”
“Alessyia maksud Mamah ?”
“Bukan. Orang dia cowok kok ?”
“Cowok ? Cowok yang mana, Mah ?”
“Kamu kebanyakan cowoknya sih, sampai lupa gitu.”
“Iihh Mamah mulai deh. Kan Mamah tahu Angel masih jomblo.”
“Tapi bukan yang kemarin nganterin lho sayang. Kali ini siapa lagi sih ?”
“Iya gak mungkin kalau orang yang kemarin Mah.”
“Lho kenapa gak mungkin ? Tapi Mamah suka yang kemarin.”
“Kan Mamah gak lihat, bagaimana bisa suka ?"
"Yaa gak tahu, feeling aja gitu. Belum lihat tapi Mamah bisa langsung suka. Mamah jadi penasaran gimana orangnya ?"
"Iihhh Mamah, udah ah Angel berangkat dulu, nanti kesiangan.”
“Ehh ini sarapannya gak dihabisin dulu ?”
“Engga mah udah kenyang. Assalamualaikum mah.” (Mencium tangan Mamah)
“Iya sayang Waalaikumsallam.”
Betapa terkejutnya aku saat melihat sosok yang menjemputku pagi itu. Ngapain dia datang lagi disaat aku sudah berhasil melupakannya. Bukan hal yang mudah untuk menghapuskan kenangan tentangnya. Setelah satu tahun aku berusaha mencoba melupakan sosok dirinya. Namun sekarang dengan mudahnya dia datang kembali di kehidupanku. Dengan senyum tanpa dosa yang terlukis diwajahnya seolah menampakkan bahwa semuanya baik-baik saja.
“Ngapain kamu disini ?”
“Angel, aku kangen sama kamu. Aku chat kamu kok gak dibalas ? Emangnya kamu gak kangen sama aku ?”
“Haha. Aku gak salah dengar ? Kangen ? Ke kamu ? Yaaa kali gue kangen sama lo. Gue kan gak kenal sama lo. Kenapa gue harus kangen ?”
“Angel kita kan dulu dekat, masa kamu lupa. Ini aku Frans. Kamu gak mungkin lupa kan sama aku ?”
“Maaf tapi gue buru-buru.”
“Angel biar aku antar kamu ke sekolah !”
“Iihhh apaan sih. Lepasin tangan gue.”
“Gak. Aku gak akan lepasin.”
“Lepasin atau gue teriak maling.”
“Angel aku cuma mau anterin kamu sekolah.”
“Tapi gue gak mau. Gak sudi. Lepasin ihh sakit.”
Tidd . . Tiddd . . .
“Kalau ceweknya gak mau gak usah maksa.”
Ditariknya tanganku dari genggaman Frans. Segera ia memakaikan helm di kepalaku. Melajukan motornya dengan kecepatan tinggi berlalu meninggalkan sosok pria yang berbeda usia 2 tahun dengan aku.
Tak ada yang berani membuka percakapan pagi itu. Aku masih bingung dengan yang terjadi barusan. Kehadiran Frans sungguh telah mengusik kembali ketenanganku. Hingga roda motor telah berhenti sama sekali tidak di sadari olehku.
“Kenapa gak turun ? Udah sampai.”
“Ehhh iya Pak. Makasih ya Pak.”
Perlahan ku lepaskan helm yang menempel di kepala, kuserahkan kepada yang punya.
“Tangan kamu gapapa ?” (Menarik perlahan tangan kananku).
“Aaww aww.”
“Sampai lebam gini. Biar nanti saya belikan obat.”
“Ehh gak usah Pak. Gak enak ngerepotin Bapak terus. Bapak udah bantuin Angel lepas dari dia aja Angel udah senang.”
“Ya udah cepet ke kelas. Bentar lagi masuk !”
Segera kulangkahkan kaki meninggalkan sosok yang telah menolongku pagi itu.
“Cha kemarin ada apa lo pulang duluan ?”
“Itu Mamiku sakit, Papiku diluar kota. Jadi gue nemenin Mami deh.”
Aku mengangguk-anggukan kepala pertanda mengerti dengan apa yang dijelaskan Alessyia.
“Btw, tugas Pak Angga gimana ?”
“Oh iyaa. Nanti gue kirim lewat email ya.”
Iyaa begitulah. Kami saling melengkapi. Jika ada yang aku gak ngerti, Alessyia membantuku. Begitupun aku membantu jika tidak ada yang dimengerti oleh Alessyia.
Tak ada rasa canggung di antara kami berdua. Bahkan satu sama lain tak ada yang dirahasiakan. Apapun cerita kehidupan aku tak ada satupun yang Alessyia tak tahu. Begitupun sebaliknya. Dan hal tersebut juga berlaku untuk kisah cinta kami.
Jam istirahat tiba, dering handphone memberitahukan bahwa ada pesan WhatsApp yang masuk.
“Ehhh Cha, Pak Angga nyuruh gue datang ke ruangannya. Ada apa ya ? Gue kan udah ngumpulin tugas.”
“Tapi lo yakin udah selesai kemarin kan urusannya dengan dia ?”
“Udah, Cha. Kan Pak Angga juga yang nyuruh gue pulang.”
“Ya udah lo datang aja siapa tau penting.”
“Tapi gue takut, Cha.”
“Gak bakal gigit juga kali, Ngel.”
“Iiihhh Cha. Gue serius.”
“Tenang aja, nanti gue nyusul kalo tugas gue udah beres.”
Pikiranku bertanya-tanya perihal ada apa Pak Angga memanggilku. Seingat aku, gak ada masalah lagi sama pak Angga.
“Permisi . . .”
“Silahkan duduk !”
“Ada apa ya Pak ? Tugas Angel udah dikumpulin kan ?”
Tak ada jawaban darinya. Cocok dengan julukan yang diberikan orang-orang, yaitu dingin, tak banyak bicara, ngeselin.
“Lihat tangan kamu !”
Ku angkatkan secara perlahan tanganku dan diletakkan di atas meja. Ia segera membuka tutup obat luka dan mengoleskannya pada lebam yang tergambar di tangan putih milikku. Jantungku berdetak sangat kencang. Bahkan aku tak mampu mengatur nafasku saat ia meniup secara perlahan ke tangan yang telah di beri obat tersebut.
Tampan. Gumamku dalam hati. Hidungnya yang mancung, matanya indah dengan warna hitam pekat. Bibir tipis yang akan menambah kesan manis pria tersebut saat tersenyum. Namun sayang, jarang sekali ia tersenyum. Bahkan aku tidak pernah melihatnya tersenyum.
“Kenapa melamun ? Awas kamu jatuh cinta sama saya.”
“Eemmm. Apaan sih Bapak pede banget deh. Kalau udah saya mau ke kelas. Makasih ya Pak.”
Pak Angga aneh banget sih. Kenapa dia peduli sama lebam ditanganku ? Yang aku tahu selama ini kan dia jutek, dingin, tidak pernah peduli sama orang lain. Semua orang juga setuju bahwa dia adalah guru yang paling dingin, persis kulkas. Aargghh kenapa gue jadi mikirin dia sih ?
“Angel. Lo udah balik ?”
“. . .”
“Angel ? Hallo ?”
“Iya Cha, kenapa ?”
“Lo kenapa melamun ?”
“Lo katanya mau nyusul gue ?”
“Sorry ! Ini gue baru selesai ngerjain tugasnya. Lo udah ada disini aja.”
“Telat sih lo.”
“Kenapa ? Kamu di apakan sama Pak Angga ?”
“Apa iya aku ceritakan semuanya pada Alessyia. Tapi kalalu dia malah ngeledek gimana ? Terus gimana coba jelasinnya ? Nanti dia salah paham ngira aku ada apa-apa sama Pak Angga.”
“Tangan lo kenapa, Ngel ? Lo dipukul ?”
“Eee-engga kok, Cha.”
“Sini gue lihat !”
Alessyia menarik paksa tanganku yang sedari tadi aku sengaja menutupinya dengan tangan kiri. Alessyia melihat dan mengamati secara detail.
“Ini . . . ini apa ? Lebam ? Benar kan kata gue lo dipukul sama Pak Angga.”
“Iiihhh ssstttt.”
Aku segera membungkam mulut Alessyia agar tidak terdengar oleh siswa yang lain.
“Nanti kalau anak-anak lain tahu bisa salah paham.”
“Terus ini tangan lo kenapa ? Jelasin ke gue !"
“Iya nanti gue jelasin. Tuh udah mau mulai pelajarannya.”
Setelah akhir pelajaran hari itu, aku bergegas keluar meninggalkan Alessyia. Rasanya bingung harus menjelaskannya dari mana. Apakah dimulai dari kehadiran Frans ? Atau langsung ke Pak Angga yang menolongku ?
“Ngel tungguin !"
“. . .”
“Angel . . .”
“. . .”
Tidak ada jawaban dariku. Kedua telingaku berpura-pura untuk tidak mendengar apapun yang dikatakan Alessyia. Langkah kakiku semakin dipercepat. Namun sayang, Alessyia cukup mampu menjadi pelari yang kuat, sehingga ia mampu menyaingi langkahku.
“Angel lo jelasin dulu apa yang terjadi antara lo sama Pak Angga !”
“Gak ada apa-apa, Cha.”
“Terus tangan lo kenapa ? Angel gue ini sahabat lo. Kalau ada yang nyakitin lo bilang ke gue ! Gue akan kasih pelajaran tuh orang.”
Beruntunglah sopir jemputan Alessyia telah tiba. Sehingga aku tidak perlu menjelaskannya hari ini.
“Itu sopir lo udah datang. Nanti gue cerita ke lo. Udah lo pulang aja. Kasian tuh nungguin lama.”
“Janji ?”
“Iya gue janji.”
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waahh pak Angga perhatian banget sama calon makmum🤭🤭😅😅
2022-11-28
0
🦂...YR
😍👍👍
2020-11-09
1
Hayat Ullah
episode 2 dlu dek kaka sibuk kaka balik nie ke sini ceritanya bagus lanjut kan aja
2020-11-03
2