Ternyata apa yang keluar dari mulut seorang Frans semuanya dusta. Dia yang mengeluh kesusahan saat mencari keberadaanku, dia yang mengaku masih sangat mencintaiku, semuanya hanyalah tipu daya.
Sejak pertemuan kami pada suatu malam di gang sempit, itulah menjadi pertemuan terakhir antara aku dan Frans. Entah kemana lagi dia menghilang, aku tidak perduli. Justru aku senang karena tidak ada sosok yang mengganggu ketentraman dan kedamaian hatiku.
Detik demi detik telah berlalu. Hari-hari telah aku lalui. Melewati minggu, bulan, bahkan tahun. Sampaialah pada suatu masa dimana ujian-ujian sedang menghampiri diriku. Dimana nilai tersebut yang akan menentukan akhir dari kisah perjalanan selama 3 tahun.
Iyaa sejak beberapa bulan yang lalu, semuanya terasa melelahkan. Dimulai dengan ujian praktik, ujian tertulis, bahkan lisan. Namun semua itu belum selesai. Masih ada beberapa step lagi yaitu, uji kompetensi (ujikom) dan diakhiri dengan UN. Karena aku masuk Sekolah Menengah Kejuruan maka ada sedikit hal yang membedakan dengan Sekolah Menengah Atas. Ujikom adalah pelaksanaan ujian yang memfokuskan kepada suatu materi pelajaran mengenai jurusan yang diambil oleh setiap masing-masing siswa.
“Cha, gue masih belum ngerti materi ujikom. Jujur ya gue ngambil jurusan ini aja karena rekomendasi dari Papah. Kalau tahu bakal sesulit ini mungkin gue lebih milih masuk SMA atau gak bakal tuh ngambil jurusan pemrograman ini.”
Pemrograman Komputer, itulah jurusan yang Angel pilih di SMK Nusa Pertiwi. Angel benar-benar tidak tahu tentang jurusan yang diambil tersebut. Karena awal masuk Angel hanya mendapatkan rekomendasi tersebut dari Papahnya. Papah bilang menjadi salah satu pencipta Apps/Aplikasi adalah seseorang yang hebat.
Bagiku juga iya, menjadi seorang programmer itu keren. Karena buktinya hanya sebagian orang yang dapat mengerti mengenai bahasa pemrograman. Dan kalau sampai menciptakan aplikasi yang digunakan diseluruh dunia, pendapatannya bisa tidak terhitung jumlahnya. Tapi sayangnya sampai ujung akhir tahun pembelajaran, aku masih belum paham betul tentang cara pembuatan Apps.
“Papi gue nyewa orang buat ngajarin gue les private pemrograman, Ngel. Kalau lo mau bareng gue, gabung aja ntar biar gue yang ngomong sama Papi.”
“Eemmm biar gue pikir-pikir dulu ya, Cha.”
***
Setiap malam aku membuka laptop mempelajari materi yang akan di ujikom kan. Nihil, itu terlalu sulit. Aku kebingungan bagaimana cara memahaminya. Bagaiamana aku mempelajarinya jika tidak ada tutor, ini tidak bisa masuk dalam otakku.
Pintu yang diketuk sama sekali tidak digubris. Seakan telingaku tertutup, dan mataku hanya mampu fokus menatap monitor yang berada tepat dihadapaku.
“Angel Mamah ketuk dari tadi kok gak ada jawaban. Mamah kira kamu sudah tidur.”
“Ehh Mamah, maaf ya Mah gak kedengaran.”
“Udah malam sayang waktunya tidur. Jangan terlalu dipaksakan nanti kalau badan kamu drop gimana ?”
“Mah . . . Ujikom kurang lebih sebulan lagi, tapi Angel masih belum paham sepenuhnya. Angel takut gak bisa menyelesaikan tepat waktu. Angel takut hasilnya akan mengecewakan Mamah dan Papah.”
“Sayang, mamah tahu usaha kamu kok. Mamah gak terlalu peduli dengan hasil. Yang terpenting kamu sudah berusaha sekuat dan semampu kamu. Setelah itu serahkan hasilnya sama yang di atas. Tuhan tahu yang terbaik buat hamba-Nya.”
“Makasih yah Mah. Love you Mah .”
“Love you too sayang. Tidur ya, besok harus sekolah !”
“Heem.”
Memang benar pelukan dari seorang ibu terasa hangat. Dekapannya mampu menenangkan. Resah, gelisah, khawatir perlahan mulai menjauh tergantikan dengan kepedulian dan kasih sayang yang tulus dari Mamah. Benar sekali kasih ibu sepanjang masa.
***
“Mah, Angel berangkat dulu ya.”
“Kamu gapapa kan sayang ? Muka kamu pucat lho.”
“Masa sih, Mah ? Angel gapapa kok.”
“Kalau sakit nanti kamu ijin aja, ya. Jangan dipaksakan !”
“Oke. Daah Mamah.”
Setibanya di sekolah seperti biasa disambut dengan kata-kata iseng dari para pria, baik adik kelas atau rekan satu angkatan. Awalnya aku merasa risih dan tidak nyaman, namun seiring berjalannya waktu, semuanya menjadi biasa saja dan bukan hal yang mengherankan lagi.
Pak Angga membuka kelas pagi selama 3 jam pelajaran. Entah kenapa tiba-tiba saja ada yang aneh dengan penglihatan mataku. Semuanya tampak suram dan blur.
“Ini kenapa yah kok rasanya ruangan ini berputar. Tunggu-tunggu ada apa dengan teman-temanku ? Apa mereka mempunyai kembaran, kenapa semuanya jadi ada dua ?”
Bbrrraaakkkk . . . .
Perlahan kucoba membuka kedua bola mataku. Rasanya masih sedikit berputar. Pening saat sepintas cahaya terang menyelinap melalui sudut mataku. Terdengar samar-samar perkataan,
“Kamu udah sadar ? Masih sakit gak ? Apanya yang sakit .?”
Tunggu, sepertinya suara ini tidak asing. Rasanya aku pernah mendengar suaranya. Sontak terkejut kala aku membelalakkan mata melihat seseorang yang sedang duduk disamping ranjang yang menjadi tempat peristirahatan sementara aku.
“Pak Angga. Kok Bapak ada disini ?”
“Ini di UKS. Kamu tadi pingsan di kelas.”
“Gak mungkin kan Bapak yang membawa Angel kesini ?”
“Kenapa gak mungkin ? Kamu tanya aja sama teman-teman kamu siapa yang bawa kamu kesini.”
“. . . .”
“Kamu itu jatuh pingsan di jam pelajaran saya, mana mungkin saya diam saja.”
“Hmmm. Ma-makasih.”
“Masih sakit ?”
“Udah baikan Pak.”
“Hari ini kamu pulang lebih awal aja. Lebih baik kalau kamu istrahat di rumah ! Biar saya antar kamu.”
“Tapi pak . . .”
“Gak ada penolakan ! Ini perintah. Saya gak mau kamu sakit.”
“Emangnya kenapa, Pak ?”
“Sebentar lagi ujian. Kalau kamu sakit kamu gak ikut ujian. Emangnya kamu mau gak lulus sekolah.”
“Iiihhh yaa gak mau dong, Pak.”
“Makanya, udah nurut aja”
Tanpa ada jawaban lagi segera Pak Angga meninggalkan ruangan setelah sebelumnya menggenggam tangan aku untuk menyeret keluar.
Aneh kenapa gue punya pikiran kalau Pak Angga itu peduli dan perhatian sama gue. Jelas itu semua demi kebaikan dirinya, jikalau aku tidak lulus, citra Pak Angga sebagai guru akan hancur karena telah gagal mendidik siswanya. Masa iya aku berpikir kalau perhatian Pak Angga melebihi dari status guru terhadap muridnya.
“Come on Angel itu gak mungkin. Mikir apa sih aku. Hadduuhhh”
***
“Jadi begitulah Pak ceritanya. Padahal saya sudah bilang sama Angel untuk tidak terlalu memaksakan karena takutnya dia akan drop. Dan benar saja dia tumbang sekarang.”
“Biar saya saja yang membantu Angel untuk belajar materi ujikom, Bu.”
Tanpa diminta ia dengan inisiatif sendirinya menawarkan jasa yang bagiku itu sungguh berharga. Entah mungkin rasa iba karena mengetahui sakit diriku dikarenakan kelelahan yang selalu begadang tiap malam, tapi semua itu seperti tak ada hasilnya.
Yaaa, Mamah lah yang menceritakan detail dari kisahku tersebut kepada Pak Angga. Dan dengan sangat senang hati Mamah menerima tawaran beliau.
“Sekali lagi terimakasih ya, Pak. Saya juga bingung harus mencarikan Angel guru tutor dimana. Karena yang mengerti bahasa pemrograman kan cuma sedikit disini Pak. Saya tidak tahu harus membalas kebaikan Bapak dengan cara apa.”
“Cukup dengan Angel membuktikan bahwa dia mampu dan lulus sekolah itu telah lebih dari cukup bagi saya, Bu. Karena bagi seorang guru, tidak ada kebahagiaan yang lain selain melihat anak didiknya sukses.”
“Sekali lagi terimakasih ya, Pak. Bapak udah baik banget sama Angel. Bapak udah nganterin Angel. Dan Bapak juga dengan senang hati mau menjadi guru private nya Angel.”
“Iya sama-sama, Bu. Kalau gitu saya pamit ! Sampaikan salam saya buat Angel, semoga cepat sembuh !”
“Oh iya, Pak. Aamiin.”
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Diana (ig Diana_didi1324)
aku baca sampai sini dulu kak
like n rete udh mndarat untkmu😊
mampir jg ya ke karyaku
salam knal
2020-11-28
1
Anita Venter
Aku mau juga punya guru private kaya Pak Angga Thor 😍😍
#MemilihCinta
#ay_pumkin
2020-11-21
2
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-04
1