Di depan gerbang sekolah tampak Emilia dan Veronica sedang berdiri bersama dengan beberapa siswa lain untuk menunggu jemputan.
"Lia, nanti kita jadi belajar bersama kan?" tanya Veronica.
"Iya jadi Ve, jam berapa kamu ke rumahku?" jawab Emilia sambil sibuk dengan ponselnya.
"Jam berapa Kak Tama ada di rumah?" Veronica menatap Emilia sambil tersenyum nakal.
"Ternyata bukan mau belajar bersama ya, tapi mau lihat Kak Tama." Emilia menyentil kening temannya itu.
"Duh, kan menyelam sambil minum air," Veronica tertawa pelan sambil menggosok keningnya.
" Kak Tama tidak pasti jam berapa ada di rumah, belakangan dia lagi sibuk skripsi, jadi kamu mau datang jam berapa?" tanya Emilia.
"Jam 2 saja ya Lia, nanti habis belajar kita ke kafe dekat rumahmu mau ya, kita kan sudah lama tidak nongkrong, temanku bilang makanannya enak."
"Oke, boleh Ve, mau ajak Jim tidak?"
"Jangan Lia, aku hanya pengen berdua saja, girl time gitu loh," Veronica merangkul lengan Emilia dengan manja.
"Baiklah, tapi nanti kamu tanya yang jelas letak kafe dan namanya ya, soalnya aku tidak tahu ada kafe dekat rumahku.
"Pasti, nanti kita jalan kaki saja, hitung-hitung bakar lemak," ucap Veronica terkekeh.
"Terserah kamu saja Ve, udah sana, jemputanmu sudah datang," Emilia mendorong Veronica pelan saat melihat mobil jemputan temannya sudah datang.
"Bye Lia, aku duluan ya, ketemu nanti," Veronica melambai sambil berlari kecil ke mobilnya. Emilia hanya membalas dengan lambaiannya tanpa menjawab.
"Pak Amat kok lama ya?" guman Emilia pelan sambil melirik ke jalan.
"Hei Lia, kok kamu belum pulang?" sapa Jimmy sambil menepikan motornya di samping Emilia.
"Iya Jim, belum dijemput nih, kamu ngapain aja di dalam, kok baru keluar sekarang?" Emilia menatap wajah Jimmy yang tampan itu.
"Biasa Lia, nongkrong dulu di parkiran," Jimmy terkekeh.
"Dasar kamu Jim," Emilia hanya tersenyum melihat Jimmy yang sedang terkekeh.
" Mau ku antar pulang?" tanya Jimmy sambil menyelipkan rambut Emilia yang terjatuh, ke belakang telinga.
"Deg, jantungku mulai berdebar tidak karuan lagi," batin Emilia sambil menunduk karena wajahnya terasa panas.
"Tidak usah Jim, rumah kita kan tidak searah, lagian pak Amat mungkin sudah di jalan," jawab Emilia pelan.
"Baiklah, aku temani kamu ya, ayo duduk dulu kamu pasti sudah capek berdiri," Jimmy mengisyaratkan Emilia untuk duduk di motornya.
" Kamu pulang duluan saja Jim, ini sudah siang loh," Emilia menepuk bahu Jimmy pelan.
"Tidak apa-apa Lia, ayo sini," Jimmy menarik tangan Emilia untuk mendekat ke motornya.
Emilia hanya bisa menurut dan duduk di belakang Jimmy. Jantungnya berdebar semakin kuat, dia berusaha menenangkan hatinya sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Lia, nanti kita ajak Anton dan Ve belajar bersama yuk, biar bisa saling membantu,"
" Boleh Jim, kamu atur saja, tapi kalau bisa di rumah aku saja ya."
"Oke, nanti aku coba tanya Anton sama Ve, kalau bisa besok kita mulai," ucap Jimmy dengan semangat, Emilia hanya mengangguk tanda setuju.
Begitu melihat mobil jemputannya datang, Emilia segera turun dari motor Jimmy.
"Aku pulang Jim, sudah dijemput, kamu hati-hati di jalan ya, bye."
"Iya Lia, ketemu besok," Jimmy membalas lambaian Emilia sambil tersenyum manis.
Setelah mobil Emilia berlalu, Jimmy pun segera menyalakan motor lalu meninggalkan sekolah.
Di dalam mobil....
"Kok lama Pak?" tanya Emilia.
"Maaf Non, tadi ada kecelakaan di simpang dekat kantor tuan," jawab pak Amat.
"Oh, Lia pikir kenapa," ucap Emilia singkat.
Emilia duduk bersandar sambil memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba adegan Jimmy merapikan rambutnya muncul begitu saja, Emilia menutup wajah dengan kedua tangannya sambil tersenyum malu.
"Jangan-jangan aku sudah jatuh cinta sama Jim, bagaimana ini? tidak, ini tidak boleh terjadi," ucap Emilia dalam hati.
Dia menggelengkan mencoba membuang bayangan Jimmy dari kepalanya. Mobil melaju masuk ke dalam pekarangan rumah dan berhenti di depan teras rumah.
"Terima kasih Pak," ucap Emilia sambil turun dari mobil.
"Sama-sama Non," jawab pak Amat sebelum Emilia menutup pintu mobil.
Pak Amat kembali melajukan mobil ke kantor papa Darwin. Setiap siang di rumah Emilia terlihat sepi, karena mama Dewi saat ini juga sedang sibuk di toko kuenya. Keluarganya akan berkumpul kembali saat makan malam.
Emilia melewati ruang tamu dan langsung naik ke kamarnya yang berada di lantai atas. Dia meletakkan tasnya di atas meja belajar, lalu dia menghabiskan segelas air putih yang ada di atas meja belajarnya.
Emilia merasa sangat gerah dan lengket karena keringat. Dia sudah tidak sabar ingin segera mandi.
"Hmmm, benar-benar lega rasanya," guman Emilia sambil mengeringkan rambutnya di depan meja rias.
Emilia menatap pantulan wajahnya di dalam cermin, wajah Jimmy yang tersenyum manis kembali memenuhi pikirannya.
"Apa benar aku sudah mulai menyukai Jim? kenapa perasaan ini datang mendadak begini sih, padahal selama ini kan kami selalu dekat dan Jim juga sudah biasa lembut seperti tadi, tapi kenapa perasaan seperti ini baru muncul sekarang?" guman Emilia dalam hati.
"Argh, aku harus bagaimana?" Emilia menepuk-nepuk wajahnya dengan frustasi.
"Tidak, aku tidak boleh suka sama Jim, karena Jim tidak mungkin suka padaku, selama ini banyak cewek cantik yang mendekatinya, tetapi tidak ada satupun yang dia sukai, bagaimana mungkin dia bisa suka padaku," ucap Emilia dalam hati.
Dia menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar, setelah menyisir rambutnya, dia menyimpan handuk pada tempatnya.
Emilia mengambil beberapa buku pelajaran dan alat tulis yang nanti akan dia pakai, tidak lupa dia mengambil ponsel dari dalam tas sekolahnya. Tampak ada beberapa pesan masuk.
Veronica : Lia, kamu sudah sampai rumah?
Emilia : Sudah Ve, sorry baru balas, aku baru selesai mandi.
Veronika : Iya tidak apa-apa, aku berangkat sekarang ya.
Emilia : Oke Ve, hati-hati di jalan ya.
Setelah membalas pesan dari Veronica, Emilia membuka pesan lain.
Jimmy : Lia, sudah sampai rumah belum?
Emilia : Sudah Jim, sorry baru balas, aku baru selesai mandi. Kenapa?
Jimmy : Nggak, tanya aja. Kamu sudah makan?
Emilia : Ini baru mau makan. Kamu?
Jimmy: Aku udah makan. Ya sudah kamu makan dulu sana.
Emilia : Oke.
Emilia membalas pesan Jimmy sambil menuruni tangga, dia menaruh buku dan alat tulisnya ke atas meja di ruang tamu. Emilia segera ke ruang makan karena dia sudah kelaparan.
"Non, baru makan? sapa bi Siti dari dalam dapur.
"Iya Bi," jawab Emilia sambil mengambil nasi selalu duduk menikmati sayur yang sudah disiapkan di atas meja makan.
Bi Siti selalu memasak untuk makan siang dan makan malam sedangkan sarapan biasanya Mama Dewi sendiri yang menyiapkan.
Bi Siti sudah belasan tahun bekerja dengan keluarga Wijaya, mereka sudah menganggap bi Siti seperti keluarga sendiri.
selain bi Siti masih ada satu ART lagi namanya Nita, Nita adalah keponakan bi Siti. Nita masuk sekolah siang, sehingga dia bisa menyelesaikan semua pekerjaan nya sebelum berangkat ke sekolah.
Veronica Halim
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Bunga Syakila
👍👍👍
2021-01-25
1
milla attar
lanjut thor
2021-01-24
1