Cinta Emilia
Pagi itu di kediaman Wijaya, terdengar teriakan di depan kamar seorang cewek cantik.
"Lia, Lia... cepat bangun," teriak Pratama sambil terus mengetuk pintu.
"Lia, sudah jam 7 nih... cepat bangun," Pratama berteriak dengan suara yang lebih keras lagi sambil mengetuk pintu dengan kuat.
"Iya Kak, kenapa baru dibangunin sih?" cewek itu menjawab sambil bersungut pelan.
Dia terduduk sambil melirik jam yang ada di atas meja samping kasurnya, dengan panik dia menarik tubuhnya turun dari kasur saat melihat jam menunjukkan pukul 06:12, dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah siap dengan seragamnya, dia menyisir rambut hitamnya yang sebahu. Dia tersenyum menatap pantulan dirinya yang ada di dalam cermin meja rias.
Wajah putih mulus dengan mata cantik dan bulu mata yang lentik, hidungnya mancung serta juga bibir mungil berwarna merah muda semakin menambah kecantikannya.
Namanya Emilia Wijaya, cewek cantik yang sekarang duduk di kelas 3 SMA. Selain cantik dia juga seorang yang ramah dan baik hati.
Dengan cepat dia meraih tas sekolah yang ada di atas meja belajarnya, lalu berlari cepat menuruni tangga.
Ternyata semua Wijaya yang lain sudah duduk dan sedang menikmati sarapan di meja makan.
"Selamat pagi semuanya," sapa Emilia sambil meletakkan tas sekolahnya dan duduk di kursi antara mama dan kakak laki-lakinya.
"Pagi juga Lia," jawab papa Darwin dan mama Dewi bersamaan.
"Lia, kamu itu tidur apa pingsan sih? susah banget dibangunin," ucap Pratama sambil tersenyum mengoloknya.
Pratama adalah kakak laki-laki dan juga saudara Emilia satu-satunya. Walaupun kakaknya suka menjahilinya, Emilia tahu kalau kakaknya sangat menyayanginya.
Pratama mempunyai wajah yang tampan. Mata coklatnya yang indah dan tajam itu mampu membuat cewek-cewek di kampus tergila-gila padanya.
"Maaf Kak, semalam Lia lupa setel alarm," Emilia tersenyum malu.
"Wah, ada yang tidak beres nih Ma, jangan-jangan Lia sudah punya pacar ya Ma," Pratama kembali mengolok adiknya.
"Mana ada Kak, lagian apa hubungannya lupa setel alarm dengan punya pacar?" Emilia menepis tangan kakaknya yang sedang mencubit pipinya dengan gemas.
"Siapa tahu kamu semalam keasikan chat sama pacar sampai lupa setel alarm," Pratama terus menggoda Emilia sambil terkekeh.
"Ish Kakak nih," Emilia memutar bola matanya dengan malas.
"Sudah, jangan ribut lagi, cepat habiskan sarapannya," Mama Dewi menengahi mereka.
Emilia dengan cepat menghabiskan makanannya, terakhir menengguk habis susunya.
"Ayo kita berangkat," Papa Darwin bangun dari kursinya.
Sesampai di teras rumah Papa Darwin mengecup kening Mama Dewi dengan lembut dan penuh cinta.
Mereka sungguh pasangan yang bahagia dan bisa bikin iri orang yang melihatnya. Emilia dan Pratama juga berpamitan dengan Mama Dewi.
Karena sekolah Emilia dan kampus Pratama satu arah dengan kantor Papa Darwin, setiap pagi mereka akan berangkat bersama.
Papa Darwin duduk di depan bersama sopir mereka, pak Amat, sedangkan Emilia dan Pratama duduk di kursi belakang.
Papa Darwin adalah seorang pengacara yang cukup terkenal di kota itu. beliau telah memenangkan banyak perkara yang ditanganinya, walaupun perkara yang rumit sekalipun. Istri dan anaknya sangat bangga padanya.
"Aduh, Kak Tama kenapa sih? kebiasaan deh," Emilia menepis tangan Pratama dari pipinya, lalu dia menggosok kedua pipinya yang tampak memerah itu.
"Habis, dari tadi Kakak panggil-panggil, kamunya malah melamun terus," Pratama menggeser posisi duduknya.
"Kan bisa tanpa mencubit pipiku Kak, sakit tahu," protes Emilia.
Papa Darwin menoleh sambil tersenyum melihat tingkah kedua anaknya itu.
"Kamu kenapa Lia? kok banyak melamun?" Pratama menatap Emilia penuh selidik.
"Mungkin karena ujian semakin dekat Kak, Lia agak stress," Emilia membuang nafas dengan kasar.
"Loh, stres kenapa?" tanya Pratama dengan tatapan heran.
"Ish Kakak ya, mentang-mentang pintar, otak Lia kan tidak sepintar Kak Tama," Emilia mendengus kesal.
Pratama memang tidak hanya tampan saja, tetapi dia juga jago dalam olahraga dan mempunyai otak yang jenius.
"Lia juga pintar kok, kamu hanya perlu lebih rajin belajar," hibur Pratama sambil mengelus kepala adiknya itu dengan lembut.
Emilia mengangguk pelan, lalu memalingkan wajahnya menatap keluar jendela mobil.
"Apa kamu perlu bantuan kakak? kalau selesai makan malam kan kita masih ada waktu,"
"Nggak usah Kak, Lia juga tahu Kak Tama lagi sibuk skripsi, nanti kalau ada yang Lia tidak ngerti, Lia akan tanya sama Kakak," Emilia tersentuh dengan perhatian kakaknya itu.
Pratama mengangguk sambil tersenyum hangat menatap adiknya, tanpa terasa mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.
Di atas gerbang nama SMA Mulia Jaya terlihat jelas, SMA ini merupakan salah satu sekolah elit di kota ini. Kampus Pratama berada tepat di sebelah sekolah Emilia, universitas Mulia Jaya tempat Pratama kuliah adalah satu yayasan dengan sekolah Emilia.
Mereka berdua berpamitan dengan papa Darwin sebelum turun dari mobil.
"Selamat belajar ya," papa Darwin menyemangati mereka berdua.
"Iya Pa," jawab Emilia dan Pratama bersamaan.
Mereka berdua melambaikan tangan pada Papa mereka sambil turun dari mobil.
"Lia duluan ya Kak," Emilia berlari dengan cepat saat melihat pak satpam mulai menutup gerbang sekolah. Pratama hanya tersenyum sambil menatap adiknya yang semakin menjauh.
Pratama melangkah dengan santai sambil menikmati angin pagi yang bertiup lembut membelai wajah tampannya. Diapun masuk ke dalam gerbang Universitas Mulia Jaya yang bersebelahan dengan gerbang sekolah adiknya.
Emilia semakin panik dan mempercepat larinya saat melihat tidak ada siswa lain selain dirinya, itu berarti semua siswa sudah masuk ke kelas masing-masing.
Akhirnya dia sampai juga di depan ruang kelasnya yang berada di paling ujung. Sambil mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan, Emilia mencoba mengintip ke dalam kelas.
"Syukurlah, gurunya belum datang," Emilia mengelus dadanya karena merasa lega.
Dia segera masuk dan berjalan ke bangkunya, terlihat seorang cewek cantik dengan rambut panjang terurai melambai kepada-nya dengan semangat.
Sambil tersenyum manis Emilia membalas lambaiannya, lalu dia menjatuhkan diri di atas kursinya sambil memasukkan tas ke dalam laci mejanya.
"Lia, tumben kamu terlambat?" tanya cewek itu.
Dia adalah sahabat Emilia, namanya Veronica Halim biasanya Emilia memanggil dia Ve. Veronica duduk tepat di belakang Emilia.
"Semalam aku lupa setel alarm Ve," jawab Emilia sambil sibuk mengelap keringatnya dengan tisu.
"Kok bisa? mikirin apa sih kamu?" Veronica menatap wajah Emilia dengan heran.
"Entahlah," Emilia mengangkat bahunya dengan malas.
"Makanya Lia, jangan hanya sibuk mikirin pacar, alarm nya juga harus ingat disetel," ucap Jimmy sambil terkekeh.
Jimmy adalah teman sebangku Emilia, dia juga sahabat Emilia selain Veronica. Dia pujaan hati semua siswa cewek di sekolah ini, ya tidak semuanya juga sih, akan tetapi sebagian besar siswa cewek di sini tergila-gila padanya. Bagaimana tidak, selain berwajah tampan Jimmy juga pintar, baik hati dan ramah.
"Pacar dari mana Jim?" jawab Emilia dengan malas.
Belum sempat Jimmy menjawab, wali kelas mereka sudah melangkah masuk ke dalam kelas. Mereka pun mulai mengikuti pelajaran dengan tenang.
Emilia Wijaya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
zien
aku hadir disini 😊😘 salam dari JODOHKU YANG LUAR BIASA 😊😘 mari kita saling mendukung ❤️🤗
2021-03-13
1
Caramelatte
semangat upnya thor!
2021-01-28
1
🍹Lulu Hilwa🦃
Aku mampir langsung like ka semangat Up.
Salam dari
"KEKUATAN ASISTEN DIREKTUR"
Jangan lupa Feedback dan bantu
LIKE, VOTE, RATE dan KOMEN.
Terima kasih🤗
2021-01-26
1