Bel tanda istirahat berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas. Emilia menggerak-gerakkan jarinya yang pegal.
"Sini, aku pijitin," Jimmy menarik tangan Emilia lalu memijatnya dengan lembut.
"Deg, kok jantungku tiba-tiba berdebar tidak karuan ya?" batin Emilia.
Emilia menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah Jimmy. Veronica berdiri di samping Emilia sambil merenggangkan tubuhnya.
"Wah, enak banget Lia, aku juga mau dong Jim," Veronica menjulurkan kedua tangannya kearah Jimmy.
"Ayo, sambil kita jalan ke kantin," ucap Jimmy sambil melepaskan tangan Emilia dari genggamannya, lalu dia berjalan mendekat ke Veronica.
"Sret, ada yang aneh dengan diriku, ada rasa tidak senang saat Jim langsung melepas tanganku. Aku ini kenapa? padahal Jim biasanya juga bersikap seperti ini," Emilia bertanya-tanya dalam hatinya.
"Bagian mana yang mau dipijitin Ve?" goda Jimmy.
"Jari-jari ini Jim, memangnya di mana lagi," Veronica dengan cepat mengulurkan tangan kanannya ke arah Jimmy. Jimmy menarik tangan Veronica sambil tertawa pelan.
"Ayo Lia," Veronica menarik tangan Emilia untuk mengikutinya.
Begitu sampai di pintu kelas, Veronica dengan cepat melepaskan tangannya dari pijatan Jimmy.
"Udah Jim, terima kasih ya," Veronica tersenyum manis pada Jimmy.
"Benar? ini baru mulai pijat," Jimmy menatap Veronica dengan heran.
"Aku tidak mau terbunuh oleh tatapan mata para penggemarmu Jim," Veronica pura-pura memasang wajah yang serius.
"Bisa saja kamu Ve," Jimmy menggeleng sambil tertawa mendengar jawaban Veronica.
"Aku serius Jim, coba kamu lihat," Veronica menunjuk dengan matanya, beberapa cewek yang lewat di depan kelas mereka, sedang menatap Emilia dan Veronica dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Biasa saja Ve, cowok ganteng pasti selalu dikagumi di mana-mana," ucap Jimmy sambil tertawa lalu melangkah pergi ke kantin.
Emilia dan Veronica ikut tertawa sambil mengikuti Jimmy dari belakang. Bisa dilihat banyak cewek yang mencuri pandang ke arah Jimmy, bahkan ada beberapa yang melambaikan tangannya pada Jimmy.
Tentu saja Jimmy membalas lambaian cewek yang menyapanya, itulah Jimmy, dia ramah lingkungan. Ups! maksudnya, dia memang ramah terhadap semua orang.
Banyak dari antara cewek itu menatap tidak suka pada Emilia dan Veronica. Maklumlah, karena mereka berdua ini menjadi korban dari ketenaran Jimmy, ketenaran yang sudah sekelas dengan artis papan atas.
"Kalian berdua mau makan apa?" tanya Jimmy begitu sampai di kantin.
"Aku mau nasi goreng saja Jim, dan es teh," jawab Emilia.
" Aku sama Jim," jawab Veronica sambil melirik ke sana-sini mencari meja kosong.
"Oke, kalian berdua cari meja dulu, aku yang pesan makanannya," ucap Jimmy, lalu dia pergi ke tempat pemesanan makanan.
Di ujung ruangan tampak seorang cowok sedang melambaikan pada Emilia dan Veronica. Ternyata Anton, teman Jimmy dari kelas sebelah, Veronica segera menarik tangan Emilia untuk mendekati Anton.
"Kalian bertiga lama banget sih? untung aku sisain tempat buat kalian," ucap Anton sambil mengunyah makanannya.
"Ton, kelas kamu ngapain aja tadi?" tanya Veronica sambil duduk di samping Anton.
"Apa lagi kalau bukan mencatat, dari kemarin-kemarin mencatat terus kerjaan kita," jawab Anton.
"Sama Ton, kelas kita juga, tanganku rasanya seperti mau patah," ucap Veronica sambil mengerucutkan bibirnya.
"Mungkin minggu depan kita sudah bisa masuk ke latihan soal-soal," timpal Emilia.
"Hai Ton, sudah lama ya?" sapa Jimmy sambil duduk di samping Emilia.
"Iya, tadi setelah bel, saking laparnya aku langsung berlari ke kantin," jawab Anton sambil menyuapkan bakso terakhir ke dalam mulutnya.
"Kasihan amat Ton, sampai kelaparan gitu?" Jimmy terkekeh, Emilia dan Veronica ikut tertawa mendengar jawaban dari Anton.
Tidak lama kemudian nasi goreng dan es teh mereka pun datang, Jimmy juga memesan makanan yang sama.
"Tidak terasa ya tinggal 1 bulan lagi kita ujian," ucap Anton.
"Iya nih, aku sampai tidak punya waktu buat jalan-jalan," jawab Veronica sambil menyendok nasinya.
"Tidak apa-apa Ve, setelah selesai ujian kita kan bisa liburan," hibur Emilia.
Veronica mengangguk pelan tanpa menjawab, Jimmy dan Anton hanya tersenyum simpul.
"Ton, kamu mau lanjut kuliah di mana?" tanya Jimmy sambil menikmati nasi gorengnya.
"Aku lanjut ke kota P," jawab Anton sambil menopang dagu dengan tangannya.
" Memangnya kamu mau ambil jurusan apa?" tanya Emilia penasaran.
" Manajemen perhotelan, soalnya papaku ingin aku membantu mengurus hotel kami setelah selesai kuliah nanti," Anton menjelaskan panjang lebar.
"Kalau Jim gimana?" tanya Veronica.
"Aku akan masuk jurusan manajemen bisnis sesuai dengan keinginan papa dan mamaku."
"Berarti kamu kuliah di kota lain dong Jim?" Emilia terlihat sedikit kecewa.
"Iya Lia, nanti aku akan kuliah di kota M, tapi tenang saja, kalau liburan aku pasti pulang kok, kota M kan tidak terlalu jauh." Jimmy menepuk pundak Emilia dengan lembut.
"Kalau Lia sendiri mau ambil jurusan apa?" tanya Anton.
"Aku ambil jurusan perbankan di Mulia Jaya." jawab Emilia.
"Iya aku juga sama, aku sampai sengaja memilih jurusan yang sama dengan Lia, supaya kami bisa bersama terus," timpal Veronica.
"Bilang saja kalau kamu pengen kuliah di kampus yang sama dengan Kak Tama," Emilia menatap Veronica sambil mencebik.
"Kok ngomong begitu sih Lia, aku kan serius tidak mau terpisah darimu," Veronica pura-pura merajuk.
"Siapa Kak Tama?" Jimmy menatap Emilia dan Veronica bergantian.
"Mau tahu aja kamu Jim," Emilia dan Veronica tertawa pelan.
"Kasih tahu dong, jangan bikin penasaran," rengek Jimmy sambil menggoyang bahu Emilia.
"Jim, kamu sekarang tuh seperti anak kecil yang lagi minta permen sama mamanya, tahu nggak?" Anton tidak bisa menahan tawanya.
Begitu juga Emilia dan Veronica langsung tertawa mendengar apa yang Anton ucapkan, Jimmy mendelik kesal kearah Anton.
Bel tanda masuk berbunyi, mereka berempat beranjak dari tempat mereka duduk, menuju ke kasir. selesai membayar mereka langsung berjalan kembali ke kelas.
"Siapa sih Kak Tama itu? bikin penasaran saja," ucap Jimmy dalam hati, wajahnya tampak sedikit kesal karena harus menahan rasa penasaran.
Sesampai di kelas mereka langsung duduk di tempat masing-masing, sedangkan Anton sudah masuk ke kelasnya di sebelah.
"Kenapa Jim terus menatapku seperti itu? jantungku jadi berdebar lagi," Emilia berkata dalam hati. dia melirik Jimmy sebentar dan melihat Jimmy masih sedang menatapnya.
"Kenapa Jim, kok lihatin aku seperti itu?" Emilia memutar kepalanya untuk membalas tatapan Jimmy.
"Lia, Kak Tama itu siapa?" katanya Jimmy pelan.
"Aku pikir kamu kenapa, ternyata masih penasaran," Emilia tertawa pelan.
"Dia itu kakakku, dia kuliah di Mulia Jaya, mungkin kamu pernah melihatnya soalnya setiap pagi kami datang bareng," jelas Emilia.
"Oh, ternyata itu kakaknya, aku malah sempat berpikir kalau itu pacarnya, aku merasa lega sekarang," batin Jimmy sambil tersenyum senang.
Pratama Wijaya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Bunga Syakila
oke otathor visualnya
2021-01-25
1
Deva
ganteng kak pisual nya
2021-01-25
1