Sudah seperti kewajiban baru untuk Zef menjemput dan mengantar Vania. Dia sangat menikmati momen-momen tersebut.
Selesai belajar dari kampus, Zef mengantar Vania ke kosan. Sikap Vania yang perhatian acap kali membuatnya semakin betah untuk berada di kosannya.
Zef sedang berbaring di kasur sambil bermain dengan handphonenya. Dia mencium aroma mie instan yang kuat. Ternyata Vania datang membawa dua mangkok mie instan di tangannya.
“ Belum makankan? ” Vania tersenyum dan meletakkan mangkok tersebut di atas meja yang terletak dekat dengan kasurnya.
Melihat mie instan di depannya membuat Zef harus bertanya.
“ Van, jika diperhatikan kamu sering banget makan mie instan dan minuman sachet. Itu nggak baik lho buat tubuh kamu. ”
Zef memberi nasehat karena mencemaskan kondisi kesehatan Vania.
“ Badanku kebal dengan penyakit. Namanya anak kampung ya pasti kuat. ” Vania hanya membalas dengan tertawa.
“ Kamu nggak bosan makan ini terus? ” Zef bertanya lagi.
“ Bosan sih, tapi mau bagaimana lagi. Aku hanya anak rantau. Penghasilan pas-pasan. Bisa makan dan bayar kosan saja sudah bersyukur. " Jawab Vania apa adanya. Dia memang sangat terbuka kepada pria satu ini.
“ Sekarang kamu mau makan apa? ” Zef masih saja bertanya.
“ Aku sudah masak mie instan. Mubazir jika nggak dimakan? ”
Zef membuka salah satu aplikasi di handphonenya. Dia memberikan kepada Vania.
“ Kamu boleh pilih apa saja makanan yang kamu inginkan. Sebagai gantinya aku akan makan dua mangkok mie instan ini. ” Zef menunjuk mangkok yang ada di meja dengan jari telunjuknya.
Dengan antusias Vania langsung memilih makanan dari aplikasi. Dia seperti memikirkan hal apa saja yang ingin dia makan.
***
Vania menemani oma Melinda menonton di ruang keluarga. Sesekali dia melayangkan
pandangannya ke ruang kerja Lewi yang tidak jauh dari ruang keluarga.
“ Van, oma mau buah dong! ” terdengar oma Melinda meminta sesuatu.
“ Sebentar oma! ” Vania berjalan menuju meja makan.
Di meja makan telah tersedia buah yang siap untuk disantap. Untuk menuju meja makan, dia harus melewati ruang kerja Lewi. Dia mendengar suara Lewi sedang tertawa dan menikmati pembicaraan dengan seseorang.
“ Sepertinya dia lagi happy. ”
Bukan tanpa alasan Vania berpikir seperti itu. Selama dia mengenal Lewi, dia belum pernah mendengar Lewi tertawa lepas seperti yang baru saja dia dengar.
Oma Melinda memanggil namanya. Vania buru-buru mengambil buah dan kembali ke tempat oma yang sedang menonton.
Oma Melinda menikmati buah yang dibawa oleh Vania. Setelah menghabiskan buah, oma Melinda merasa bosan.
“ Van, antar oma ke kamar! oma mau istirahat. ” Perintah itu langsung membuat Vania berdiri dan membantu oma masuk ke kamarnya.
Dia membantu oma Melinda untuk membaringkan diri. Sekitar tiga puluh menit dia menunggu, akhirnya oma Melinda tertidur juga. Melihat oma Melinda yang sudah tidur, dia memperbaiki selimut oma Melinda dan beranjak pergi meninggalkan kamar.
Tidak tahu harus melakukan apa, dia memutuskan untuk ke dapur. Maya masih ada di sana. Ibunya masih sakit dan dia harus menggantikan posisi ibunya.
“ Hai May, ” Vania menepuk pundaknya.
Maya menoleh dan tersenyum.
“ Sedang apa? " Vania bertanya.
“ Saya sedang menyiapkan minuman herbal nih buat tuan Lewi.” Maya menjawab tanpa menoleh.
Tangannya masih sibuk memasukkan ramuan ke dalam gelas.
“ Aku yang antar ya! ” Vania menawarkan bantuan.
“ Serius nggak apa-apa? Aku masih ada kerjaan yang menumpuk. ” Maya membalas tawaran Vania dengan balik bertanya.
“ Iya nggak apa-apa. ” Vania tersenyum.
Baginya, hal ini adalah kesempatan. Sudah dari tadi dia ingin mengetahui apa yang sedang dikerjakan Lewi di ruangannya.
Lewi masih asyik memandangi layar laptopnya. Ternyata dia sedang skype dengan sahabatnya yang ada di Inggris. Dia mendengar suara ketukan pintu dan langsung mempersilahkan orangnya masuk.
“ Tuan Lewi ini minumannya! ” Vania menawarkan.
“ Tarok saja di atas meja! nanti saya minum! ” Lewi masih menatap laptopnya.
Vania penasaran dan melirik ke layar
laptop Lewi. Vania melihat sosok wanita cantik dengan baju tidur. Wanita itu masih berbaring di atas ranjangnya. Wajah bangun tidur sepertinya tidak membuat kecantikan wanita yang ada di layar itu sirna.
Jika di Indonesia jam sudah menunjukkan jam 1 siang, maka di Inggris masih jam 7 pagi. Perbedaan jam membuat wanita itu baru bangun. Sementara Lewi sudah sibuk di ruang kerjanya.
“ Cantik banget. ” Tanpa sadar Vania memuji wanita yang ada di layar laptop itu.
Mendengar itu Lewi menoleh.
“ Vania? maaf lho, aku pikir tadi Maya yang ngantar. ” Lewi meminta maaf.
Perlakuan Lewi kepada Vania memang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan karyawan lain.
Selain karena dia mengenalnya sebelum bekerja di rumahnya, dia juga berterima kasih. Berkat
kehadirannya oma Melinda tidak harus mengganti suster terus menerus. Oma Melinda merasa
cocok dengannya.
“ Siapa Lew? ” terdengar suara lembut dari layar laptop.
“ Oh iya Van, kenalin namanya Lea! ” Lewi berpaling melihat ke layar laptop.
“ Ini lho... dia mahasiswi baru yang aku ceritain. ” Mendengar itu Vania merasa sedang dibicarakan di belakangnya.
“ Hai Van, aku Lea. Lewi banyak cerita tentang kamu. Katanya kamu pekerja keras dan bisa kuliah dengan beasiswa. ” Lea memuji kemampuan Vania.
Lea adalah anak salah satu konglomerat ternama yaitu Gunawan.
Walaupun merasa kikuk, Vania tetap membalas sapaan Lea dengan lambaian tangan.
Tidak ingin jadi pengganggu, Vania
meminta ijin untuk keluar. Kembali dia mendengar suara Lewi tertawa lepas. Dia semakin penasaran.
“ Siapa wanita itu? apa dia pacarnya? ” banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya.
“ Mumpung oma masih tidur, saya cari tahu saja. Mungkin Maya tahu tentang wanita itu. ”
Seperti menemukan secercah harapan, Vania langsung mendekati Maya. Berdalih ingin membantu pekerjaan Maya, dia merapikan baju-baju yang sedang menumpuk di sebelah Maya.
“ Nggak usah Van! mamu juga pasti capek ngurusin oma. ” Maya melarangnya.
“ Nggak apa-apa May. ” Vania masih melanjutkan kegiatannya.
Dia merapikan beberapa pakaian dan akhirnya berani untuk bertanya.
“ May, tadi waktu aku masuk ke ruangan tuan Lewi, dia sedang asyik ngobrol dengan seorang wanita. Wanita itu cantik deh. Pacarnya ya?” rasa penasaran membuat Vania langsung bertanya ke intinya.
“ Sepertinya itu nona Lea. Non Lea itu sahabat tuan dari dulu. Jika bukan karena non Lea, tuan Lewi nggak akan mungkin bisa kayak sekarang. ” Tiba-tiba Maya menutup mulutnya.
Maya merasa bersalah karena sudah keceplosan membicarakan kehidupan majikannya.
“ Kenapa nggak diteruskan ceritanya? ” Vania semakin penasaran.
“ Kita dilarang membicarakan kehidupan pribadi majikan. Tapi yang jelas, wanita itu bukan pacar tuan Lewi. Aku nggak terlalu kenal sih. Ibu yang kenal dengannya. Kata ibu, jika non Lea pulang pasti semua yang kerja di sini merasa dapat limpahan rejeki. Non Lea sangat perhatian kepada siapapun. ”
Maya tetap meneruskan ceritanya. Kepalang tanggung membicarakan majikan. Itulah yang ada di pikirannya.
***
Seharian Lewi tidak keluar dari rumah. Dia melakukan pekerjaannya di rumah. Harapan Vania untuk berangkat dengan Lewi pupus sudah. Akhirnya dia menerima tawaran Zef untuk menjemputnya. Sore ada kelas tambahan yang harus dia ikuti.
Dia menunggu Zef di depan rumah Lewi. Mendengar suara motor yang semakin mendekat, dia tahu itu adalah Zef.
“ Hai Zef, ” Vania menyapa pria itu dan langsung duduk di belakangnya.
“ Sudah siap? ” tanya Zef dan dijawab dengan anggukan kepala olehnya.
***
Vania berbaring di atas kasurnya. Dia memikirkan tentang wanita yang ada di layar laptop Lewi.
“ Siapa dia? kenapa dia begitu sempurna? Tuhan kok kayak nggak adil ya? dia cantik, kaya, tinggal di luar negeri lagi. Menurut cerita Maya, dia adalah orang yang sangat baik. ”
Vania protes dengan cara Tuhan. Dia membandingkan dirinya dengan Lea. Mereka ibarat emas dan imitasi. Sangat jauh berbeda.
“ Kalau gini ceritanya sih, Lewi nggak akan mungkin bisa berpaling ke aku. ” Vania berpikir sendiri.
Tidak ada yang tahu apa yang direncanakan Vania sehingga muncul pikiran tersebut. Tiba-tiba dia bangun dan duduk. Dia menemukan satu cara bagaimana bisa bersaing dengan Lea.
“ Maya bilang kalau ibunya tahu siapa Lea. Aku mungkin bisa cari tahu hal itu melalui ibu Maya. ”
Seperti menemukan jawaban, Vania kembali membaringkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Desty Maytantry
si Vania nyebelin bngt sih
2021-05-02
0
Caramelatte
so far so good
2020-12-02
0
Sri Nur Apriandhi
dasar Vania,di kasih jantung minta hati
2020-11-21
0