Seseorang mengetuk kamarnya. Vania tidak langsung membuka pintu. Dia tahu siapa yang datang dan dia sangat tidak percaya diri dengan penampilannya. Dia langsung mengambil masker dan menutupi wajahnya. Suara ketukan pintu kembali terdengar. Vania memberanikan diri untuk membuka pintu.
“ Pagi kak! ” Vania menyapa Zef yang sedang berdiri di depannya.
“ Kamu kenapa pakai masker? Kamu sakit? ” Zef membalas sapaan Vania dengan pertanyaan.
“ Aku baru bangun. Belum mandi. ” Vania menjawab dengan wajah malu.
“ Cukup cuci muka dan gosok gigi saja! Aku bawain sarapan nih. ” Zef menunjukkan kantong kresek yang tergantung di tangannya.
Vania langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan cuci muka. Kamar mandi ada di luar kamar kosnya. Dia sedikit menggunakan cream untuk menghilangkan wajah bangun tidurnya. Tidak lama kemudian, Vania menemui Zef yang sedang duduk di kamarnya.
“ Kakak tumben pagi-pagi ke sini? tahu alamat kosanku dari mana? terus tujuannya ke sini apa? ” Vania memberi pertanyaan lebih dari satu. Dia sangat penasaran dengan kedatangan kakak seniornya tersebut.
“ Okei...okei...aku jawab satu-satu ya (memberi senyum). Aku tahu alamat kamu dari form yang kamu tulis. Aku pagi-pagi ke sini karena ingin sarapan bersama. Tujuan aku ke sini adalah membantu kamu mencari pekerjaan. ” Zef menjawab semua pertanyaan Vania.
“ Kakak tahu dari mana kalau aku sedang cari kerja? ” Vania kaget mendengar jawaban Zef.
Vania memandang wajah Zef. Dia berharap mendapatkan jawaban. Zef menjawabnya sembari menikmati makanan dari piringnya.
“ Kemarin aku nggak sengaja dengar waktu kamu ngobrol dengan seseorang di handphone. Kamu bilang kalau kamu butuh pekerjaan
secepatnya. Maaf ya kalau aku nguping. ” Zef meminta maaf atas kelancangannya.
“ Nggak apa-apa kak. ” Menjawab singkat namun dalam hati bersyukur.
“ Ada bagusnya juga kamu nguping. Akukan jadi dapat sarapan gratis ditambah kamu mau bantuin aku cari pekerjaan. ” Vania tersenyum memikirkannya.
Khayalannya berhenti ketika Zef memberikan sebuah pertanyaan.
“ Kamu ada pengalaman kerja? ” mendengar itu Vania menggelengkan kepala.
“ Tahun lalu aku lulus SMA. Aku harus menganggur dulu karena nggak ada biaya untuk kuliah. Setahun ini aku hanya membantu orang tua bekerja. Bersyukur tahun ini aku bisa lolos untuk dapat beasiswa. Beasiswalah yang membuat aku ada di sini sekarang. ”
Vania menjelaskan alasan kenapa dia ada di Jakarta.
Penjelasan itu cukup membuat Zef mengerti. Dia tahu bahwa Vania belum memiliki pengalaman bekerja di kantor. Zef tidak banyak bicara. Dia menjelaskan tujuan kedatangannya.
“ Kakak aku bekerja di sebuah perusahaan. Dia bilang sedang ada loker. Mungkin kamu bisa coba. ” Zef seperti memberi harapan baru untuk Vania yang hampir kehabisan uang.
“ Aku mau kak! Apapun pekerjaannya pasti aku ambil. Aku butuh banget uang. ” Vania menjawab secara terang-terangan.
Dia membuang jauh-jauh harga dirinya di depan pria yang ada di depannya.
“ Okei kalau gitu. Sekarang kamu mandi gih! Aku akan nganter kamu ke sana. ” Tawaran itu disambut baik oleh Vania.
“ Lumayan dapat tumpangan gratis.” Pikir Vania dan langsung pergi mandi.
***
Lewi dan keluarganya sedang sibuk mencari suster untuk merawat neneknya yang sudah tua. Tidak ada yang mau merawat karena semua sibuk dengan perusahaan masing-masing. Tidak ada suster yang bertahan untuk merawatnya. Neneknya sangat banyak aturan.
“ Lew, bisa bantu cari suster baru untuk merawat oma? ” mereka berbicara melalui handphone karena
ibunya sedang mengurus salah satu perusahaan di Singapura.
“ Ma, kenapa nggak minta sekretaris mama saja sih. Lewi sibuk dengan kuliah dan pekerjaan. ” Jawaban Lewi membuat Marta menarik nafas.
Keluarga ini memang sangat kaya. Di lihat dari luar mereka seperti keluarga yang sempurna. Tetapi kesempurnaan itu hanyalah sebuah kebohongan di depan publik. Karena hubungan mereka satu dengan yang
lain sangat dingin.
“ Ya sudah biar mama saja yang urus. Kamu urus bisnis yang papa minta! ” Marta mengingatkan kewajiban Lewi.
***
Vania mengenakan pakaian yang paling bagus yang dia punya. Dia sangat optimis bahwa dia akan diterima bekerja di perusahaan tersebut. Dia melihat Zef sedang berbaring di tempat tidurnya.
“ Kak, aku sudah siap! ” mengambil tas lalu menggantungnya di bahu. Zef yang melihatnya langsung bangun dan mengambil handphonennya yang ada di atas kasur. Vania naik ke atas motor dan duduk di belakang Zef. Akhirnya mereka tiba di depan sebuah
perusahaan.
“ Kamu masuk gih! Aku akan nungguin di sini. ” Zef mendorongnya perlahan
sebagai pertanda bahwa Vania harus segera masuk. Vania meninggalkan Zef dan langsung
masuk.
Dia membalas tersenyum sapaan security yang membukakan pintu untuknya.
“ Wah perusahaannya besar banget. Pasti orang-orang yang bekerja di sini orang pintar semua. Suatu saat aku pasti bisa bekerja di perusahaan besar juga. Kalau nggak bisa ya jadi istri pemilik perusahaan saja. ” membayangkan itu Vania cekikikan sendiri. Mungkin masalah keuangan yang menghimpit dalam hidupnya telah menjadi pemicu untuk dia sering berkhayal.
Vania sangat optimis dengan impiannya. Dia melihat ada banyak orang yang melamar juga. Satu persatu dipanggil untuk di interview bagian HRD. Tibalah giliran Vania yang dipanggil. Dengan jantung yang berdebar - debar Vania masuk dan siap untuk di interview. Berbagai pertanyaan diberikan kepada Vania.
“ Jadi, Anda belum ada pengalaman bekerja sama sekali? ” orang
tersebut bertanya.
“ Belum Pak. Setelah lulus SMA saya hanya membantu bapak saya di kampung. Karena tahun ini saya berhasil mendapatkan beasiswa makanya saya ke Jakarta untuk kuliah. ” interview pertama membuat Vania menjawab secara jujur.
“ Jadi tujuan kamu kuliah atau kerja?” pertanyaan kembali diajukan pada Vania.
“ Dua-duanya Pak! ” jawab Vania dengan tegas.
“ Aduh maaf sekali kita butuh orang yang bisa bekerja secara full time. ”
Setelah interview selesai, Vania ke luar dengan wajah yang terlihat kecewa.
“ Jangan menyerah Van! pasti masih ada jalan lain. ” Vania menghibur dirinya supaya tidak menyerah.
“ Hei kamu! ” tiba-tiba ada yang memanggilnya.
“ Saya? ” merasa ragu bahwa dia yang dipanggil Vania menjawab dengan menunjuk ke dirinya sendiri.
“ Iya kamu. ” Wanita yang berumur sekitar tiga puluh tahun mendekatinya.
“ Kamu salah satu pelamar ya? ” wanita itu menanyakan dengan ramah.
“ Iya Mbak. ” Jawab Vania singkat dengan senyum manis di bibirnya.
" Bagaimana hasilnya? ” wanita tersebut bertanya lagi.
“ Saya tidak memenuhi syarat karena saya bekerja sambil kuliah. ” terlihat wajah Vania yang merasa sedih.
“ Begini, saya sudah terbiasa menilai orang dari pertama kali melihat. Saya yakin kamu pekerja keras. Kamu adalah orang yang saya cari. ” Mendengar itu wajah Vania tiba-tiba berubah.
“ Maksud Mbak? ” Vania berusaha meyakinkan dirinya dengan sebuah pertanyaan. Berharap jawaban yang dia terima adalah hal baik.
“ Perkenalkan nama saya Erna. Kamu bisa ikut ke ruangan saya sebentar? ” Erna menanyakan Vania.
Vania mengikuti wanita tersebut. Erna menjelaskan detail pekerjaannya. Sadar dengan
kemampuan dan pendidikan terakhirnya, akhirnya Vania setuju untuk menerima pekerjaan tersebut.
“ Sampai bertemu besok. ”
Vania merasa kalimat Erna seperti ingin memintanya segera pergi. Latar belakang Vania membuatnya menjadi wanita yang tidak percaya diri. Hal itu membuatnya sering berpikir negatif jika berhadapan dengan orang-orang yang menurutnya lebih dari dia. Vania keluar dari perusahaan itu dan melihat Zef sedang duduk di kursi sambil minum kopi.
“ How? ” Zef langsung bertanya.
Dia ingin mendapat kabar baik dari Vania.
“ Aku diterima, tapi pekerjaannya jadi… ” belum melanjutkan kalimatnya, Zef sudah memberikan selamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Caramelatte
semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"
2020-11-30
0
Sri Nur Apriandhi
aqu belum paham cetitanya
2020-11-21
0