Momen pertemuan Vino remaja dengan Vira yang masih menyandang status anak kelas 4 SD.
" Lusi, ini loh anak pertama mbak. Namanya Vino."
" Wah, nak Vino tampan sekali."
" Halo tante," sapa Vino dingin.
Dia memang sudah menjadi manusia es sedari kecil bahkan mungkin dari dia masih dalam kandungan juga sudah menjadi manusia es.
" Kelas berapa mbak Vino sekarang ? "
" Dia baru mau masuk SMA."
" Oh ya, dimana gadis kecilku Vira?" tanya Yunita.
" Mungkin dia masih tidur, semalam dia terkena flu."
Tak berselang lama Vira keluar dari kamarnya karena mendengar suara gaduh dari ruang tamu. Vira menghampiri mereka dengan penampilannya yang semrawut. Rambutnya yang acak-acakan, belek di sudut mata kiri dan kanannya, iler nya yang mulai mengering di sekitar bibirnya dan ingus yang terus keluar masuk karena dia sedang terserang flu.
" Hai anak cantik tante, baru bangun ya? Katanya kamu lagi sakit, apa sudah baikan sekarang? "
" Ia alhamdulillah tante Vira sudah mendingan," Vira dengan suaranya yang serak khas suara orang yang baru bangun tidur.
Cih cantik dari mananya, apa mamah sudah rabun? Dia benar-benar bocah jorok, kotor, menjijikan. Batin Vino.
" Oh ia ini kenalin anak tante namanya kak Vino."
Vira yang mempunyai sifat centil dan cerewet sedari kecil tentu saja sumringah mendapatkan mainan bening ( Vino). Berbeda dengan Vino yang terus menatap jijik Vira. Vira langsung menghambur mendekati Vino yang sedang duduk di samping mamahnya.
" Halo kakak, nama aku Vira. Kakak mau main dengan Vira? Vira punya banyak mainan."
" Menjauh lah." Ucap Vino sambil mendorong pelan tubuh Vira yang terus menempel.
" Oh ia, kakak tunggu ya, Vira juga punya teman namanya Neneng. Vira panggil dulu Neneng ya, terus kita main sama-sama."
Vira pun ngibrit lari ke rumah Neneng dan segera dia menyeret Neneng keluar setelah dia sampai di rumah Neneng.
" Bunda dimana kakak ganteng? "
" kak Vino lagi istirahat di kamar tamu. Kamu Jangan ganggu kak Vino dulu ya."
Vira tidak mendengarkan perkataan bundanya, dia segera berlari menuju kamar tamu sambil menyeret tangan Neneng.
" Eh, Vira.... " teriak bunda.
" Sudahlah Lusi, biarkan saja mungkin dia senang karena merasa dapat teman baru." Yunita.
Mood Vino benar-benar sedang tidak bersahabat. Dia kesal sekali karena sudah di paksa mamanya untuk datang ke desa ini. Kalau saja mamanya tidak mengancam akan mencabut semua fasilitasnya, dia juga enggak akan sudi pergi ke desa ini.
Vino sekarang sedang rebahan di kasur sambil memainkan game di ponselnya.
Brak! Suara pintu kamar dibuka dengan kasar.
" Kakak ganteng ini Vira udah bawa teman Vira."
" Hei kau! Apa kau tidak punya sopan santun? Langsung main masuk saja. Menjauhlah kau menjijikan."
" maaf, Vira kesini cuman mau kenalin teman Vira saja," Vira menunduk.
" Aku enggak peduli dengan teman mu, lagian siapa juga yang mau berteman dengan kalian?"
" Hei kau? Kau juga sama, tidak punya sopan santun. Apa begitu cara mu berbicara dengan gadis usia 10 tahun? Bukankah seharusnya kau yang jauh lebih tua memberikan contoh bagaimana caranya berbicara baik-baik? " ucap Neneng.
Neneng memang anak yang tomboi dan walaupun dia baru berusia 10 tahun, tapi kadang dia berbicara seperti layaknya orang dewasa. Dia benar-benar menyayangi Vira. Siapapun yang berani menyentuh atau melukai Vira, maka dia akan maju untuk melindungi Vira.
" Dan kau juga bocah, kenapa kau ikut campur? Dasar orang kampung!"
" Hei kau, menjauhlah dari hadapan ku dan dari kehidupanku. Jangan sampai aku bertemu dengan mu lagi! " ucap Vino sambil menatap tajam Vira.
" Vira juga enggak mau bertemu dengan mu lagi. Kamu jahat! Vira enggak suka orang jahat."
Vira dan Neneng keluar meninggalkan Vino.
" Ra, kamu kalo udah gede jangan mau kenal sama dia ya, dia orang jahat."
" Padahal Vira suka sama dia Neng, tadinya Vira mau minta bunda buat jadiin kakak itu pacar Vira."
" Jangan mau Ra, dia kelakuannya enggak baik. Dia itu manusia atau robot sih, tadi aku perhatiin dia kaku banget. Marah marah terus lagi, enggak punya hati sama kayak robot."
" Ia, Vira juga jadi enggak suka sama dia. Amit-amit kalo Vira nanti pas gede punya pacar kayak dia."
" Tante... tante, Vira enggak suka sama kak Vino. Lainkali kalo tante kesini jangan ajak kak Vino lagi ya, kak Vino jahat. Juga enggak bisa di ajak main. Mending tante bawa Dira aja, Vira lebih seneng kalo Dira main kesini. Nanti Vira sama Neneng jadi bisa main sama Dira." Vira kecil yang sedang mengadukan keluh kesahnya kepada Yunita.
" Aduh sayang anak cantiknya tante, memangnya apa yang kak Vino lakuin sama kamu hmm sampai kamu bilang kalau kak Vino itu jahat? " ucap Yunita seraya mengelus pucuk kepala Vira.
" Kak Vino bilang kalo Vira gadis kampung dan enggak punya sopan santun." Vira kecil yang mengadu sambil mengerucutkan bibir mungilnya.
" Ya ampun, benarkah begitu? Kak Vino benar-benar mengatakan hal itu pada putri cantik tante? " Yunita yang kaget mendengar apa yang di adukan Vira kecil, dia sesekali melirik Lusi yang duduk di sofa tak jauh dari tempat dia duduk. Dia benar-benar takut membuat Lusi tersinggung akan apa yang Vino katakan kepada putri cantiknya.
Hmm, Vira kecil mengangguk-anggukan kepalanya.
" Kak Vino memang sudah keterlaluan. Tenang saja cantik, nanti tante akan hukum kak Vino karena sudah berbuat jahat kepada putri cantik tante."
" Ia tante, hukum saja dia. Suruh kak Vino berdiri di pojokan sampai jam istirahat selesai." Vira yang dengan antusias nya memberikan saran mengenai hukuman yang akan di terima Vino sama seperti hukuman yang sering ia terima dari gurunya di sekolah karena kenakalannya.
" Hahahaha ia sayang, nanti tante pasti suruh kak Vino berdiri di pojokan." Mencubit pipi Vira.
" Yasudah kamu pergi main dulu ya sama Neneng, ini tante kasih coklat buat Vira sama Neneng," sambung Yunita.
" Terimakasih tante, kalo begitu Vira sama Neneng mau pergi main dulu di ladang."
Vira dan Neneng pun segera beranjak pergi setelah mendapat coklat kesukaannya.
" Lusi, maafin apa yang dikatakan Vino sama Vira ya," Yunita yang sedari tadi sudah tidak enak hati takut Lusi tersinggung akan ucapan anaknya dan akhirnya berimbas pada rencana perjodohan mereka.
" Tenang saja mbak, namanya juga masih anak-anak. Lusi enggak di masukin ke hati ko " Lusi tersenyum sambil menepuk lembut punggung tangan Yunita.
" Ia syukurlah kalau kamu enggak tersinggung. Kalau begitu mbak pamit pulang dulu ya."
" Eh ko pulang, mbak enggak nginep? "
" Enggak Lus, lagian Vino pasti enggak mau. Beda sama adiknya yang kalau diajak main kesini pasti minta nginep bahkan bisa sampai satu minggu."
" Haha ia."
Yunita dan Vino akhirnya berpamitan kepada Lusi untuk kembali pulang ke kota. Di dalam mobil Vino terus dimarahi Yunita karena sikap buruknya terhadap Vira.
" Dasar bocah tukang ngadu!" rutuk Vino.
" Kamu jangan ngomong begitu Vin, dia kan masih anak-anak. Justru kamu yang udah gede harusnya ngasih contoh yang baik bukannya malah ngasih contoh yang buruk."
" Habisnya Vino enggak suka mah sama dia mah, bocah jorok, tengil, udik, enggak bisa diem, pengganggu."
" Hei jaga omongan kamu, jangan terlalu membenci sesuatu. Hati-hati nanti jodoh loh, siapa tau nanti kalo udah gede kamu malah jadi tergila-gila jatuh cinta sama Vira."
" Ih enggak, amit-amit. Ini semua gara-gara mamah, kalo mamah enggak ngancem bakal nyabut semua fasilitas Vino, Vino juga enggak bakalan mau pergi kesini. Pokoknya kedepannya Vino enggak bakalan mau lagi pergi ke tempat ini, apalagi harus ketemu lagi sama bocah jelek itu."
" Hus kamu ini ya,"
" Mamah enggak bakalan cabut semua fasilitas Vino kan? Vino kan udah temenin mamah pergi kesini."
" Fasilitas kamu tetap mamah cabut sementara karena kamu sudah berprilaku kasar terhadap Vira. Kamu benar-benar mempermalukan mamah. Ingat, keluarga Anggara tidak pernah mengajarkan anggota keluarganya untuk bersikap kasar, terlebih lagi terhadap seorang perempuan. Kamu telah menjadi seorang pengecut. Ingat jangan ulangi lagi sikap mu itu kepada wanita manapun. Kalau kamu ketahuan bersikap seperti itu lagi, kamu bener-bener sudah mempermalukan keluarga Anggara."
" Loh ko, haishhh ahhh dasar bocah pembawa masalah," teriak Vino kesal.
Vino memang sudah tidak bisa mengelak apa yang dikatakan mamahnya. Memang apa yang dikatakan mamahnya sudah menjadi seperti aturan turun temurun keluarga Anggara untuk tidak bersikap kasar terlebih lagi terhadap seorang perempuan. Kalau siapa saja anggota keluarga Anggara yang kedapatan melakukan hal itu, maka siap-siap saja fasilitas mewah mereka akan di cabut untuk sementara. Bisa saja satu minggu, satu bulan, satu tahun, itu terserah seseorang yang memberikan hukuman.
Vino juga biasanya bisa mengendalikan emosinya ketika berhadapan dengan perempuan-perempuan yang menyebalkan dan dirasa mengganggu. Perempuan- perempuan yang selalu mengitarinya berharap mendapat perhatian dari Vino. Biasanya Vino lebih memilih diam tidak menanggapi. Kalaupun dia ingin memberi tindakan, pasti dia melakukannya dengan rapi tanpa sepengetahuan keluarganya. Tapi kali ini saat dia bertemu Vira, Vino benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya. Entah karena memang dia sudah benar-benar kesal atau karena keberaniannya yang tiba-tiba muncul karena sekarang hanya seorang bocah perempuan saja yang sedang ia hadapi. Entahlah.
To be continued, don't forget to like and vote💜💜💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Ratu Maeta Sari
kepanjangan thor😒
2021-03-05
3
Eli Lie
nyimak sja
2021-02-17
0
❃.✮:▹ ρєямαтα ◃:✮.❃
takdir mungkin🙂
2021-01-12
1