Ketua The Garongs Yang Dingin
part 5
Setelah menemukan kelas yang dicari, Adara langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas yang akan dipakai untuk belajar hari ini. Saat ia masuk, ternyata sudah ada Naura yang tengah melambaikan tangan ke arahnya, ia pun berjalan menuju ke arah sahabatnya itu di tempat duduk baris ke 3 dari depan.
Naura
"Lo berangkat sama siapa, Dar?"
Naura
"Abang lo yang mana? Bang Raka?"
Adara
"enggak, gue bareng bang Eby"
Naura
"eh, Dar, gue minta nomer Abang, lo?"
Naura
"Bukan bang Eby tapi bang Raka"
Adara yang awalnya fokus dengan ponsel yang berada di tangannya, langsung menatap Naura curiga.
Adara
"Ngapain lo, minta nomer dia? Suka lo sama bang Raka?"
Bukannya marah karena Adara menuduhnya, Naura malah cengengesan seolah membenarkan tuduhan sahabatnya itu. Sedangkan Adara yang melihat respon Naura seperti itu melotot tak percaya.
Adara
"OMG, Nau! Lo beneran suka sama abang gue?"
(suara nada keras)
Naura langsung membekap mulut sahabatnya itu, lalu beralih menatap teman sekelasnya yang masih menatap ke dirinya dan Adara dengan cengiran seolah meminta maaf untuk keheboan sahabatnya itu.
Naura
"Lo bisa biasa aja gak, Dar? Malu diliatin orang"
Adara melepaskan tangan Naura yang membekap mulutnya
Adara
"ya maaf, lagian gak habis pikir sama lo, bisa-bisanya suka sama abang gue, cowok di dunia ini banyak Nau yang lebih ganteng, dari abang gue, kenapa lo harus suka sama bang Raka?"
Naura
"Namanya juga hati gak bisa di paksa, walaupun di dunia ini banyak yang ganteng, tapi menurut gue, Abang lo yang paling ganteng"
Naura
"Ayolah, Dar, gue cuma minta nomer abang lo doang kok bukan minta mobil Pajero"
Seperti anak kecil yang dibelikan mainan
Adara
"Ck, iya-iya ini gue kirim, lepasin dulu tangan gue"
Naura langsung melepaskan tangan Adara agar sahabatnya itu bisa membuka ponselnya. Setelah tangannya dilepaskan oleh Naura, Adara langsung mencari room chatnya dengan Naura, untuk mengirim nomer Raka.
Naura yang sudah mendapat nomer pujaan hatinya, langsung kesenangan dan memeluk Adara yang berada disampingnya.
Naura
"Terimakasih besti ku, lo memang sahabat terbaik gue! Aaaa senangnya gue"
Adara bergidik ngeri melihat Naura yang seperti itu, kalau tidak mengingat mereka sedang di dalam kelas, sudah bisa Adara pastikan, sahabatnya itu akan berjingkrak-jingkrak saking senangnya. Namun kesenangan Naura harus tertunda karena dosen yang mengajar kelas mereka, terlihat sudah berada di depan pintu artinya mereka semua harus diam.
Setelah melaksanakan 2 mata kuliah, akhirnya para mahasiswa di kelas bimbingan konseling regiler A yang tak lain adalah kelas Adara dan Naura, diperbolehkan untuk istirahat. Sebelum Adara dan Naura istirahat makan siang, kedua remaja itu memilih untuk menunaikan kewajiban mereka sebagai umat islam, yakni sholat dhuhur karena sudah memasuki waktu dhuhur.
Setelah selesai sholat, Adara dan juga Naura bergegas ke kantin sebab cacing-cacing di perut mereka sudah meronta-ronta minta diisi. Sesampainya mereka di kantin, mereka langsung menghampiri stand yang menjual bakso dan memesan dua mangkuk bakso, tak lupa, mereka juga memesan minuman untuk mereka minum, lalu mereka menuju bangku dan meja kosong yang berada di pojok kantin.
Sembari menunggu pesanan mereka selesai dibuat, keduanya mengobrol ringan.
Naura
"Eh, Dar, waktu ka Kevin nganteri gue pulang, dia minta nomer, lo ke gue"
Naura teringat jika kakak tingkatnya itu meminta nomer Adara.
Adara
"iya, dia juga minta nomer gue ke bang Eby"
Naura
"Pantes dia gak chat gue buat minta nomer lo, terus gimana, lo kasih nomer lo ke dia?"
Naura
"Tumben amat lo kasih nomer lo ke orang yang baru lo kenal? Cowok lo gak bakal marah?"
Karena gak biasanya Adara mau membagikan nomernya ke orang yang baru dia kenal
Adara
"gue kadang bingung sama cowok gue, dia sebenarnya masih sayang atau enggak sama gue?"
Adara
"Semenjak kita lulus dari sekolah, dia udah gak chat gue lagi, kalau pun dia chat, pasti selalu gue duluan yang mulai, kadang gue berpikir kalau dia itu nyembunyiin sesuatu dari gue"
Hubungan Adara dengan kekasihnya memang sedang tidak baik-baik saja, Gibran, yang merupakan kekasih Adara, sudah tidak pernah lagi menghubunginya semenjak mereka lulus dari bangku SMA.
Naura menggenggam tangan Adara, bermaksud menyemangati sahabatnya itu.
Naura
"Lo yang sabar ya, Dar, mungkin dia lagi sibuk makanya dia gak sempat buat hubungi, lo"
Adara
"Tapi gak gitu juga, Nau! Seharusnya dia sempetin waktu buat hubungi gue, ini mah enggak, gue telpon gak diangkat, gue chat juga jarang dibales"
Naura
"Terus mau lo gimana? putus sama dia?"
Adara
"Gak tau, Nau, gue bingung"
Naura
"Saran gue, mending kalian berdua ketemu langsung, obrolin baik-baik, kalau ada masalah biar enak nyelesainnya"
Obrolan mereka terpaksa terhenti karena makanan yang tadi mereka pesan tiba.
Keduanya memakan makanan mereka dengan hening hanya terdengar suara detingan sendok dan garpu yang saling beradu.
Waktu berjalan dengan begitu cepat, waktu sudah menunjukkan pukul 15:00.
Adara yang memang sudah tidak ada mata kuliah lagi tengah bersiap untuk pulang.
Sebelum meninggalkan kelas, ia mengecek ponselnya terlebih dahulu untuk melihat apakah ada chat dari Eby atau tidak. Saat ia membuka ponselnya, ternyata ada pesan masuk dari Eby yang memintanya untuk menunggu di pos satpam karena di kelasnya masih ada dosen.
Adara sudah meminta kepada Eby, agar ia diperbolehkan pulang dengan menggunakan taksi online karena Naura sudah pulang dijemput ayahnya, namun Eby melarangnya sebab tak ingin terjadi sesuatu kepada adik perempuan satu-satunya itu. Akhirnya, Adara memutuskan untuk tetap menunggu abang keduanya di pos satpam.
Saat tengah menunggu Eby keluar dari kelas, pandangan Adara tak sengaja melihat seorang pria yang sangat dikenali sedang berboncengan dengan seorang perempuan.
Adara
"itu beneran Gibran kan?"
Adara
"Iya, itu beneran Gibran, gue gak mungkin salah lihat, siapa cewek yang diboncengnya itu?"
Adara mulai tak tenang, ia ingin mengejar motor lelaki itu tapi ia takut Eby khawatir kalau sampai tau dirinya tak ada di pos satpam. Tapi ia tak ada pilihan lain, ia harus memastikan siapa cewek yang bersama kekasihnya.
Saat ia ingin melangkahkan kakinya, terdengar suara Eby yang memanggilnya, terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengejar lelaki yang ia yakini sebagai kekasihnya.
Eby
"Lo, kenapa, Dar, muka lo kenapa kaya sedih gitu?"
Adara
"Bang, gue tadi lihat Gibran, bang"
(mata berkaca-kaca)
Eby
"Terus kenapa muka lo kaya sedih gitu?"
Seharunya adiknya itu senang melihat kekasihnya, tapi kenapa Adara malah terlihat sedih?
Adara
"Gue liat dia jalan sama cewek, bang!"
Eby
"APA?! Gak mungkin dia sama cewek, kan lo ceweknya? Mungkin lo salah liat kali, Dar"
Adara menggelengkan kepalanya, ia tak mungkin salah mengenali cowoknya sendiri, ia yakin pria itu adalah Gibran, kekasihnya.
Adara
"Enggak, bang, gue gak mungkin salah liat, gue yakin itu Gibran"
Eby
"Yaudah mending sekarang lo naik dulu, kita pastiin orang itu beneran Gibran atau bukan"
Tanpa menjawab ucapan Eby, Adara bergegas menaiki motor yang dibawa Eby.
Setelah memastikan sang adik sudah naik, Eby mulai melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Comments