5

"Apakah gaji ku akan di naikkan?" Tanya alice Darwin.

"Naik gaji? Kau adalah orang pertama yang di pecat, dan masih ingin bahas gaji denganku."

"Tapi aku mengerjakan 2 kerjaan." Protes Alice.

"Kau tak perlu kerumah, aku akan cari pembantu rumah. Tapi, setiap pagi malam kau harus datang dulu. Memantau pekerjaan pembantu."

"Tapi asisten Mark bilang padaku, kau tak suka tinggal dengan orang asing dan tak suka berhubungan dengan orang asing. Makanya mencari asisten pribadi. Aku bisa penuhi semua persyaratan mu. 24 jam siap sedia. Tak ada kehidupan pribadi. Orang seperti ini susah dicari, jadi permohonan ku ini harusnya masuk akal."

"Masuk akal. Apa lagi?"

"Bolehkan pindah dari gudang ke kamar tamu? Sebelum tidur bisa melihat bulan, saat bangun bisa melihat cahaya matahari."

Darwin tersenyum sinis.

"Apakah selanjutnya bahas tentang harga sewa?"

"Hal ini harusnya kau tidak perhitungan denganku. Aku sudah diskusi dengan asisten Mark. Sebagian gaji ku tiap bulan semua akan dicicil ke uang ganti rugi perbaikan mobilmu. Ini hal yang tidak merugikan mu. Bagaimana menurutmu?"

Darwin akhirnya setuju.

"Aku suka caramu bernegosiasi, sedikit jahil, tapi juga masuk akal. Setuju."

Darwin mengulurkan tangannya dan mengajaknya bersalaman.

Alice ragu menerimanya. Dan saat ia mengulurkan tangannya Darwin malah menariknya.

"Kenapa? Saat bicara tentang uang kau hebat, malah takut bersalaman." Sindir Darwin.

Alice hanya tersenyum.

***

Malamnya Alice pulang ke rumah Anna. Alice pulang dengan keadaan lesu.

"Pekerjaanmu menyenangkan?" sindir Anna.

Alice memaksakan senyumnya.

"Menyenangkan. Dia memberiku kerjaan, dan menaikkan gaji ku."

Padahal sebenarnya Darwin terang-terangan menolak memberikan kenaikan gaji padanya. Alice malah akan jadi orang pertama yang akan dia pecat.

Alice meminta Anna untuk tidak mengkhawatirkannya.

"Jadi, kau tidak perlu khawatir. Ini baru 1 minggu, aku sudah dari gudang pindah ke kamar yang ada jendela dan toilet pribadi, dan juga villa termahal di kota ini. Aku masih Alice yang penuh semangat itu."

"Pokoknya satu hal, kalau merasa dirugikan, merasa terlalu resah, pulanglah." pinta Anna.

Alice mengangguk mengiyakan.

***

Paginya, Alice memberikan kopi pada karyawan yang lain.

"Karena baru masuk kerja, aku menyapa kalian dulu." ujar Alice.

"Bagus." puji karyawan lain.

Tidak lama, manajer Ella datang ke meja Alice dan memberinya data tentang Agensi CL Cosmetics yang Alice butuhkan.

"Ini data Agensi CL Cosmetics." kata Ella sambil mengulurkan datanya.

"Terimakasih." ucap Alice.

"Manajer Ella, boleh aku minta nomor penanggung jawab mereka?"

"Jangan bercanda." Ella menolak dengan spontan dan kemudian langsung pergi.

Alice lalu menanyakannya ke karyawan wanita yang ia beri kopi tadi pagi. Wanita itu bernama Alea.

"Manajer Ella aneh sekali. Masa aku cuma minta nomor penanggung jawab agensi, dia bilang aku bercanda." kata Alice.

"Duh Alice, kamu ini polos sekali. Itu tandanya dia tersinggung. Kamu tau tidak, Manajer Ella tidak bisa menemukan koneksi karena Agensi itu mengganti manajernya."

"Lalu kenapa Direktur Darwin memberikan tugas ini kepadaku?"

"Hmm kalau menurutku, mungkin Direktur ingin kamu menyerah dengan pekerjaanmu."

"Maksudnya?"

"Ya mungkin dengan dia memberimu tugas ini, kamu tidak akan mampu menyelesaikannya dan kamu akan menyerah."

"Hah tidak semudah itu. Aku akan tetap bertahan bagaimanapun keadaannya, aku tidak akan menyerah sampai hutangku lunas."

"Bagus. Kamu mempunyai jiwa semangat yg tinggi."

"Tapi bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan koneksi dari agensi itu?"

"Karna kau tadi memberiku kopi, aku kasih kamu bocoran, aku dengar manajer barunya bernama Lucas. Dia tampan, tidak kalah tampan dengan bos kita." ungkap Lea.

"Serius?"

Alea mengangguk meyakinkan.

****

Alice datang ke kantor CL Cosmetics untuk bertemu dengan Lucas.

Tetapi setelah sampai di kantor CLC (CL Cosmetics) dia tidak tau apa yang harus di lakukan. Ia ingin meminta bantuan pada Anna tapi tidak jadi, selama ini Anna sudah banyak membantunya dan Alice tidak mau lebih merepotkannya.

Kemudian Alice mendatangi resepsionis.

"Permisi, bisa bertemu dengan manajer Lucas?"

"Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?"

"Belum."

"Maaf, kalau begitu anda tidak bisa bertemu dengannya. Anda harus membuat janji padanya baru bisa bertemu."

"Tapi ada hal penting yang harus aku bicarakan padanya."

"Maaf tidak bisa."

Alice kemudian berlalu pergi meninggal kantor CLC.

Alice duduk di bangku taman perkantoran.

Tiba-tiba ada seorang pria berpakaian menggunakan jas rapi dan berwajah tampan menghampirinya.

"Sedang apa disini?" tanya pria itu penasaran.

"Eh, aku ingin bertemu dengan manajer Lucas, tapi tidak bisa karena aku belum membuat janji." ujar Alice.

Lucas merasa heran karena Alice tidak mengenalnya.

Lucas menatap Alice sambil tersenyum.

"Apa kau tidak mengenaliku Alice?"

"Apa maksudmu?"

"Apa kau benar-benar lupa pada Lucas Dion si bintang basket di kampus?"

Alice masih kebingungan, dan terus mengingat siapa Lucas ini.

"Jadi kau Lucas yang waktu itu hadir di ulang tahun Anna? yang jadi sorotan karena pakaian nyentrikmu?!"

"Kenapa kau mengingatkanku pada kejadian itu lagi, padahal aku sudah berusaha keras melupakan hal memalukan itu."

"Maaf. Wah kamu banyak berubah ya, pakaianmu sudah tidak nyentrik lagi." ledek Alice.

Lucas tersenyum dan menunjukkan foto waktu di acara ulang tahun Anna di ponselnya dan Alice yakin kalau dia adalah Lucas teman kuliahnya.

Lucas tersenyum lalu memberinya kartu nama.

"Sudah lama juga ya kita melewatkan ulang tahun Anna. Tidak ku sangka kalau kita bisa bertemu lagi." ujar Alice.

"Mungkin ini yang di namakan jodoh." cetus Lucas.

Alice tersenyum lalu berniat mentraktir Lucas makan.

"Cari makan yuk. Aku yang traktir deh." ajak Alice.

"Tidak. Karena ini di wilayahku, jadi aku yang akan mentraktirmu makan."

*Padahal aku tadi berniat menyuapnya.

Gumam Alice.

Dan ternyata Lucas tau kalau Alice berniat menyuapnya.

"Kamu tidak perlu melakukan itu. Aku sudah tau kalau kau datang untuk mengajukan proposal, dan aku sudah menyetujuinya."

Alice kaget sekaligus merasa sangat senang mendengarnya. Tetapi ia juga merasa tidak nyaman.

"Tapi aku bahkan belum menunjukkan proposalnya, dan kau langsung menyetujuinya begitu saja." ujarnya.

"Proposal itu sebelumnya tersisih di tingkat evaluasi. Dan buat kedepannya aku ingin bertemu denganmu dan Direktur Darwin."

Alice mengangguk mengiyakan.

Kemudian mereka mencari tempat makan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!