Bab 5

Setelah pesanan tiba, mereka makan dengan tenang, Theo melirik jari tangan kiri Kalila dan berganti melirik jari tangan kanan. Senyumnya mengembang setelah memastikan sesuatu sesuai apa yang diharapkan.

"Mbak gak dijemput?" tanya Theo memulai pembicaraan setelah selesai makan.

"Ya?" ucap Kalila balas menjawab masih belum paham pertanyaan Theo.

"Ah, mas Iwan lagi workshop di luar kota, jadi pulang sendiri?" jelas Kalila lagi menjawabnya.

Saat ingat pria itu, Kalila merasa bersalah karena seperti mengkhianati Iwan yang sedang tidak ada di sisinya.

"Oh..."kata Theo lagi, menatap Kalila terpesona.

"Kalau udah pulang yuk!" ajak Kalila sebelum jantungnya lebih tak nyaman lagi.

Theo mengangguk berjalan mendekati meja kasir membayar makanan mereka.

Kalila mengikuti sambil membawa jaket Theo yang sempat dilepas saat duduk makan tadi. Saat di parkiran Kalila memasang lagi di tubuhnya seperti tadi tapi agak kesulitan, Theo mendekat untuk membantunya. Kalila tersentak melihat Theo mendekatinya lagi seperti tadi malah terkesan lebih dekat dan menggodanya, Kalila berusaha menjauhkan tubuhnya, tapi entah disengaja atau tidak Theo malah semakin mendekatkan dirinya. Kalila sudah mentok menjauh jika lebih menjauh lagi pasti jatuh.

"Ah..." seru Kalila saat mau jatuh ke belakang kehilangan keseimbangan mencengkeram kemeja Theo dan Theo yang melihat tubuh Kalila terhuyung ke belakang refleks menarik tubuh Kalila.

Tubuh Kalila membentur dada bidang Theo, pipinya menempel di dada Theo, mendengar degup jantung Theo,

Ah jantungnya berdetak begitu kencang, apa dia juga gugup padanya? Kenapa? Apa dia juga mempunyai perasaan yang sama padaku? batin Kalila masih posisi mendekap tubuh Theo, menikmati degupan di dada Theo.

Theo yang gugup juga salah tingkah atas perlakuan Kalila yang masih setia menempelkan pipi dan telinganya di dadanya. Saat sadar Kalila melepas pegangannya pada kemeja Theo dan menjauh mendongak menatap wajah Theo yang memerah menahan malu. Kalila tersenyum penuh arti, melihat kegugupan Theo.

"Ayo pulang, sudah malam," ajak Kalila menjauhi Theo. Masih dengan senyumannya.

"Ah iya," jawab Theo berusaha mengontrol rasa gugupnya.

Di perjalanan karena merasa agak dingin karena malam datang, Kalila memberanikan diri memeluk tubuh Theo erat, agar tidak jatuh. Kalila ingin menikmati perasaannya yang berbunga-bunga saat ini, melupakan sebentar masalahnya, melupakan Iwan sebentar, menyelami perasaannya lagi, dia bahagia mendekap tubuh Theo seperti ini, hangat, nyaman dan senang.

Meletakkan pipinya bersandar di punggung lebar Theo. Theo yang merasakan dada Kalila semakin mendekap erat di punggungnya, wajahnya memerah malu,vsenang juga bahagia. Dia ingin merasakan lebih lama dalam dekapan hangat ini. Theo mengambil jalan lain yang agak jauh ke rumah Kalila, supaya dia lebih berlama-lama menerima pelukan hangat tubuh Kalila.

Hampir satu jam perjalanan yang ditempuh padahal jika mereka lewat jalur seharusnya paling cuma tak sampai setengah jam an. Mereka sampai di depan rumah Kalila. Kalila turun melepas helmnya memberikan pada Theo dan juga melepas jaketnya. Theo menerimanya menyimpan helmnya, memakai jaketnya lagi.

"Makasih ya?" ucap Kalila.

Theo hanya mengangguk masih dengan wajah memerah.

"Gak mampir dulu... mungkin mau... bertemu Aksa?" tanya Kalila sedikit gugup tapi bisa mengontrolnya.

"Ah Aksa menginap di rumahku mbak, dia sedang menungguku di rumah, sejak tadi." jawab Theo tersenyum penuh arti. Kalila membelalak.

"Jadi, tadi kamu biarkan Aksa menunggu di rumahmu? sedang kamu..." Kalila tak melanjutkan kata-katanya, tertawa...diikuti tawa Theo.

"Ya udah aku masuk dulu, makasih sekali lagi ditraktir makan juga," ucap Kalila tersenyum.

Theo mengangguk memakai helmnya, berlalu meninggalkan rumah Kalila, setelah melihat Kalila masuk.

Di kamarnya Kalila terduduk lemas memeluk lututnya, sulit menggambarkan perasaannya, antara senang, sedih, takut dan bahagia. Senang karena bersama Theo, sedih karena hubungan mereka belum tentu bisa berlanjut mengingat usia mereka terlalu terpaut jauh, takut mengingat Iwan yang mungkin kecewa dan sedih seandainya Iwan tau perasaannya.

Apakah kau juga merasakan perasaan ini?bisik Kalila lirih.

Diusapnya air matanya yang entah sejak kapan menetes, bangkit berdiri mengontrol perasaannya, ah, mungkin hanya aku yang berdebar seperti orang bodoh, dia pasti hanya mengangapku sebagai kakak seperti Aksa. Batin Kalila mencoba mengontrol emosinya menepis perasaannya.

Selama 2 minggu ini Theo mulai sering menghampiri entah sengaja atau tidak seperti menunggu waktu kepulangan Kalila, Kalila juga sudah berusaha menolaknya, tapi entah berbagai alasan Theo membujuk Kalila agar bersedia.

Pesona Kalila terlalu memikat, wajah datar dan dingin tak pernah ditunjukkan saat bersama Kalila, perhatian Theo disaat Iwan tak ada membuat Kalila tak mau berharap banyak, Kalila berusaha menepis perasaannya mungkin memang kebetulan lewat saja Theo menghampirinya untuk mengajaknya pulang bersama.

Theo juga beberapa kali mengajaknya makan bahkan saking seringnya diajak makan di tempat yang sama Kalila bertanya ternyata masakan P*dang memang makanan kesukaan Theo.

"Apa kau tak sibuk? Lusa kan sudah wisuda?" tanya Kalila.

Saat sore itu sudah selesai makan mampir lagi di tempat biasanya. Dia sudah mendengarnya acara itu dari adiknya.

"Ah iya...semua sudah beres, tak ada yang perlu dicemaskan," jawab Theo enteng, mengusap bibirnya dengan tisu, Kalila sempat menatap bibir merah Theo yang menawan, wajah Theo yang putih bersih memiliki bibir merah, ayah Theo seorang WNA asal Belanda dan ibunya asli jawa, membuat wajah tampan Theo percampuran kedua orang tuanya semakin menambah nilai plus untuk Theo.

"Mbak...mbak..." ucap Theo melambaikan tangan di depan wajah Kalila yang sepertinya sedang melamun. Kalila tersentak wajahnya memerah malu.

"Ah...sudahkah, ayo pulang..." ajak Kalila menutupi kegugupannya.

Suara dering ponsel Kalila terdengar saat Kalila berusaha turun dari motor Theo sesampainya di depan rumahnya. Kalila mengangkat ponselnya.

"Halo..." sapa Kalila setelah turun dari motor, bahkan helmnya belum sempurna dilepas, Theo membantunya melepaskan.

"Aduh..."jerit Kalila saat helm yang ditarik menyangkut rambutnya hingga terselip di penjepit helm.

"Maaf mbak..." ucap Theo menyesal berusaha melepas helm dari rambut sebahu Kalila yang terurai lepas dari jepit rambutnya.

Ponsel Kalila yang masih tersambung membuat Kalila lupa dan segera menjawab seruan seseorang di seberang telpon yang ternyata Iwan.

"Iya mas...ini baru pulang...aku...sama...Aksa..." jawab Kalila berbohong berusaha menutupi kedekatannya dengan Theo sambil menatap Theo yang berusaha melepas rambut Kalila yang tersangkut di helm, menoleh menatap Kalila, berhenti melanjutkan melepas rambut Kalila, masih memegang helm.

Yang ternyata rambut Kalila sudah terlepas dari helmnya.vMereka saling menatap satu sama lain.Theo mengecup bibir Kalila tak ada penelokan, mengecup lagi bibir Kalila lagi agak lama. Kalila masih tak menolak malah membalas ciuman Theo, ikut merasakan rasa bibir Theo melingkarkan tangannya di leher Theo membuka mulut membiarkan lidah Theo masuk.

Tangan kiri Theo yang bebas meraih pinggang Kalila, mendekapnya. Seruan suara orang di seberang ponselnya membuat Kalila sadar dengan apa yang dilakukannya, hal itu salah. Kalila mendorong tubuh Theo menatap mata Theo yang sudah berkabut gairah.

Kalila berbalik mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah sambil menjawab telpon Iwan.vTanpa pamit pada Theo lagi. Berlari ke kamarnya.

bersambung

.

.

.

Terpopuler

Comments

IntanhayadiPutri

IntanhayadiPutri

Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku

TERJEBAK PERNIKAHAN SMA

makasih 🙏🙏

2020-12-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!