(Hotel The Kayon, Ubud - Lobby Meeting Lounge)
(Ardi berdiri tegap di belakang sofa Vienna, tangan terlipat di depan, mata terus scanning lingkungan. Tidak ada yang bisa menebak bahwa 30 menit lalu, wanita di depannya ini menggigit bahunya sampai berdarah di dalam mobil. Para founder yang sudah duduk di meja meeting hanya melihat sosok Vienna Aurelia Tan versi business mode: kemeja putih immaculate, rambut slicked back, dan tatapan yang bisa membekukan api.)
Vestus
(nervous, adjusting tie)
"Kami sangat tertarik dengan proposal investasi Nyonya di sektor green energy Bali ini—"
Vienna Aurelia Tan
(memotong, jari mengetuk dokumen)
"Lewatkan basa-basi. ROI kalian di slide 17 tidak akan bertambah. Mungkin kamu jelek dalam matematika, atau kamu pikir aku buruk." (sip kopi, mata mendidih) "Yang mana?"
Suasana tegang. Ardi mengunci pandangan dengan salah satu bodyguard founder lain—dua predator saling mengukur. Tapi kemudian..
KEJUTAN KECIL:
(Kaki Vienna tiba-tiba menggeser slowly ke belakang, high heel-nya deliberately menyentuh betis Ardi. Kontak hanya 3 detik—tapi cukup untuk membuat nafas clay hitch. Vienna tetap cold expression, bahkan saat jarinya tapping gelas anggur dengan ritme mirip detak jantung Clay tadi malam.)
Syakir
(berusaha lighten the mood)
"Nyonya Vienna pasti sudah sering ke Bali ya? Mungkin bisa—"
Vienna Aurelia Tan
(tiba-tiba berdiri, meeting selesai tanpa negosiasi)
"Next time, datang dengan data yang not embarrassing. Clay," (snap jari) "My bag."
Ardi langsung menyodorkan tas Hermès-nya dengan sempurna—tapi saat Vienna mengambil, jari mereka brush sedetik lebih lama dari perlu. Hanya Ardi yang melihat flash amoral di matanya sebelum ia berbalik dan berjalan away, meninggalkan ruangan dalam silence yang mematikan.
Aftermath: Di Mobil Kembali
Begitu pintu mobil tertutup, Vienna melepas kemejanya dalam satu gerakan, mengungkapkan black lace bralette yang drenched—keringat atau something else, Ardi tidak yakin.
Vienna Aurelia Tan
(menghela nafas, akhirnya menghentikan aksinya)
"Ya Tuhan, mereka membuatku bosan sampai mati." (melempar dokumen ke samping) "Buka kancing celana lo. Sekarang."
Ardi "Clay" Irawan
(kaget, tapi patuh)
"Tapi kita— kita belum keluar dari area—"
Vienna Aurelia Tan
(sudah melepas sabuk pengamannya sendiri)
"Tepat." (senyum jahat) "Kira-kira berapa lama ya supir baru sadar jendela berwarna itu ada karena suatu alasan?"
(Kamar Suite Hotel - Setelah Meeting)
Vienna Aurelia Tan
(berdiri di depan jendela panorama, melihat matahari terbenam Bali sambil memegang segelas sampanye. Suaranya datar tapi penuh perintah.)
"Clay, ambil dokumen portofolio di tas biru. Bawa ke sini. Sekarang."
Ardi "Clay" Irawan
(langsung bergerak, tubuhnya masih sedikit kaku dari 'insiden mobil' tadi. Saat membungkuk mengambil dokumen, seragamnya yang ketat memperlihatkan otot punggung yang tegang.)
"Sudah, Nyonya—"
Tiba-tiba, knock di pintu. Seorang staf hotel wanita (DEWI) masuk tanpa menunggu respon, membawa botol wine gratis.
Dewi
(sambil tersenyum manis, mata sekilas menyapu tubuh Ardi.)
"Anggur gratis untuk Nyonya— Oh, maafkan saya."
(Vienna tak bergerak, tapi matanya menyala seperti harimau yang melihat mangsa mendekati wilayahnya. Dewi dengan gesit meletakkan wine di meja, sambil sengaja berdiri terlalu dekat dengan Ardi—bahunya brushing lengan Ardi.)
Dewi
(berbisik ke Ardi, tapi cukup keras didengar Vienna.)
"Kalau Pak Bodyguard butuh extra towel, bisa call reception ya~."
(Ardi menghela nafas, tidak menanggapi. Tapi Vienna tiba-tiba tertawa pendek—suara yang membuat bulu kuduk berdiri.)
Vienna Aurelia Tan
(berjalan mendekat, sepatu hak tinggi-nya berbunyi seperti detak jantung.)
"Dewi, ya? Kamu waktu yang tepat." (jari memutar-mutar gelas sampanye.) "Bantu tes sesuatu."
(Dengan gerakan cepat, Vienna menumpahkan champagne sedikit di dada Ardi—cairan mengalir ke bawah seragamnya.)
Vienna Aurelia Tan
Sambil menyerahkan saputangan ke Dewi.)
"Clean him up."
(Dewi tersipu tapi patuh, tangannya mulai mengelap dada Ardi dengan gerakan slow circles. Ardi menatap Vienna, wajahnya stoic tapi nafas sudah berat.)
Vienna Aurelia Tan
(tiba-tiba menahan tangan Dewi.)
"Stop." (menyodorkan sapu tangan-nya ke Ardi.) "Kamu melakukannya itu
(Ardi mengambil saputangan, tapi Vienna memandu tangannya—sengaja membuatnya mengelap area lower dari yang seharusnya. Dewi tersedak, sadar dia baru saja jadi alat dalam permainan ini.)
Vienna Aurelia Tan
(ke Dewi, suara tiba-tiba sweet.)
“Terima kasih sayang. Kamu bisa pergi sekarang.” (saat Dewi buru-buru pergi, Vienna menambahkan.) "Oh, dan tidak ada lagi kunjungan gratis. Selamanya."
(Pintu tertutup. Vienna langsung menjepit Ardi di antara tubuhnya dan meja.)
Vienna Aurelia Tan
(menggigit telinga Ardi.)
“Pelajaran yang didapat? Tidak ada yang menyentuh milikku.”
Ardi tidak menjawab—tapi tangannya sudah merobek kancing Vienna dengan gerakan kasar, membuat wanita itu tertawa puas.
Comments