4. Senyuman

"Aduh, piye iki, mbak ? (Gimana ini, mbak?)" Nila dan Laras tampak kebingungan karena motor mereka tiba - tiba mogok.

"Gak ada bengkel di sekitar sini?" Laras celingukan.

"Gak ada, mbak. Jauh di depan sana adanya." Kata Nila.

"Yaudah, kita dorong aja ke sana." Ajak Laras.

Dua gadis itu dengan kompak mendorong motor tua yang mati. Cuaca yang cukup terik, membuat peluh keduanya bercucuran hingga jilbab mereka basah.

"Mbak, mandek sek mbak. Aduh, arep pedot napasku! (Mbak, berhenti dulu mbak. Aduh, mau putus nafasku!)" Keluh Nila yang ngos - ngosan.

Karena tubuhnya yang lumayan gemuk, membuat Nila gampang ngos - ngosan. Hampir lima belas menit mereka mendorong motor, sudah dua kali Nila meminta berhenti untuk istirahat.

" Yaudah, kita duduk disini dulu." Laras mengajak Nila berteduh di bawah pohon asem yang rindang.

"Masih jauh ya bengkelnya?" Tanya Laras.

"Masih, mbak." Jawab Nila yang mengibas - ngibas kerudungnya.

"Di tengah sawah gini kok sepi banget ya, gak ada yang lewat. Padahal siang - siang." Keluh Laras yang juga merasa lelah.

"Iyo, to, mbak. Uwong do istirahat bar dhuhuran. Opo meneh adewe neng tengah sawah, gek iki dalan tembusan, jelas jarang sing liwat. (Iya lah, mbak. Orang pada istirahat setelah sholat zuhur. Apa lagi kita di tengah sawah, lalu ini jalan alternatif, jelas jarang yang lewat.)" Sahut Nila.

"Huhuhu, gimana dong?." Laras mulai resah.

"Aku yo bingung e mbak. Arep mbalik neng pondok adoh, arep neng bengkel yo jek adoh. Padahal agi telung dino bar di dandan motor iki. (Aku ya bingung mbak. Mau balik ke pondok jauh, mau ke bengkel juga masih jauh. Padahal bari tiga hari lalu di servis motor ini.)" Sahut Nila.

"Kamu bawa hape, La?"

"Enggak, mbak. Mbak Laras juga gak bawa ya?" Tanya Nila yang di jawab gelengan oleh Laras.

Laras semakin resah karena memikirkan Uti yang pasti mencarinya karena belum juga pulang. Harusnya, mereka sudah sampai di rumah Uti dari tadi.

"Uti pasti nggolek i sampean iki, mbak. Yohalah! (Uti pasti mencari kamu ini, mbak. Yohalah!)" Nila juga tampak resah memikirkan Uti.

"Ayo, La. Kita dorong lagi." Ajak Laras.

Dua gadis itu kembali berdiri dan bersiap untuk mendorong motor tua inventaris pabrik Uti.

Tin...

Tiin...

Suara klakson motor, dan deru suara motorpun terdengar. Nila dan Laras secara kompak menengok ke sumber suara motor.

"Kenapa?" Dimas yang masih memakai baju koko, celana panjang dan peci itu menghentikan motornya.

"Iki, mas. Motore mogok. (Ini, mas. Motornya mogok.)" Sahut Nila.

Dimas kemudian melihat ke arah Laras yang tampak berpeluh.

"Uti khawatir itu di rumah." Kata Dimas yang menatap Laras.

"Uti yang suruh mas cariin saya dan Nila?" Tanya Laras yang di jawab anggukan oleh Dimas.

"Yasudah, kamu naik aja, saya step motornya ke bengkel." Titah Dimas sambil naik ke atas motornya.

Secara kompak, dua gadis itu langsung naik ke atas motor tua yang mogok.

"Kaki saya bisa patah kalau kalian berdua naik motor itu." Kata Dimas yang membuat Laras langsung turun dari motor.

"Terus, saya di suruh nunggu di sini aja?" Tanya Laras yang ketakutan duluan, mengira Dimas dan Nila akan meninggalkannya ke bengkel.

"Kamu naik motor saya." Jawab Dimas.

Laras terdiam sesaat, kemudian menatap ke arah Nila. Nila pun memberikan kode agar Laras cepat naik ke motor Dimas.

Laraspun mendekat ke motor Dimas, namun ia justru kembali terdiam. Seolah mengerti, Dimas memberikan mengarahkan tangannya kebelakang untuk menjadi pegangan saat Laras menaiki motornya.

Nila yang melihat adegan itu, langsung membuang pandang sambil tersenyum - senyum sendiri. Seperti Hilman kemarin, Nila pun terkikik geli melihat ekspresi canggung keduanya.

"Makasih, mas." Kata Laras setelah ia berhasil duduk di boncengan.

Dimas pun langsung menstep motor yang ditumpangi oleh Nila. Nila sendiri sudah pernah mengalami hal seperti ini, sehingga ia tampak santai saat Dimas dengan menggunakan kakinya yang bertumpu pada step belakang, mendorong motor yang ia tumpangi.

"Assalamualaikum, ti." Dimas menelfon Uti ketika mereka sudah sampai di bengkel untuk memberikan kabar agar Uti tak khawatir lagi.

"................."

"Njih, ti. Niki tasih ing bengkel. Motore mogok, wau kulo step teng bengkele kang Ucup. Niki njih tasih ngantri. (Iya, ti. Ini masih di bengkel. Motornya mogok, tadi saya step ke bengkelnya kang Ucup. Ini juga masih mengantri)." Kata Dimas.

"................"

"Oo, njih, ti. Mengkih kulo ngaturaken. Ti, mengkih kulo mampir teng toko sekedap njih, enten barang sing bade kulo pendet. (Iya, ti. Nanti saya sampaikan. Ti, nanti saya mampit ke toko sebentar ya, ada barang yang mau saya ambil.)" Kata Dimas meminta izin.

"..............."

"Njih, waalaikumsalam." Dimas mengakhiri panggilan telfonnya.

"Jare Uti, mengko kowe di susul lik Parno, La. (Kata Uti, nanti kamu di jemput lik Parno, la.)" Dimas menyampaikan pesan Uti.

"Njih, mas. Iki di tinggal wae motore? (Ini di tinggal saja motornya?)" Tanya Nila.

"Iyo, di jipuk sok sore, yo. Iki jek ndandan sing loro iki sebab e. (Iya, di ambil besok sore, ya. Ini masih dandan yang dua ini soalnya)" Sahut pemilik bengkel.

"Owalah, iyo kang." Kata Nila.

Setelah jemputan Nila datang, Dimas dan Laras pun ikut beranjak dari bengkel itu. Tanpa di minta, Dimas kembali menjulurkan tangannya untuk pegangan Laras saat hendak naik.

Dimas segera melajukan motornya saat memastikan Laras sudah duduk dengan benar di boncengan.

"Lho, kita mau kemana, mas?" Tanya Laras.

"Ke toko sebentar." Jawab Dimas.

"Nanti kalau Uti nyariin, gimana?" Laras tampak khawatir.

"Saya sudah izin." Jawab Dimas.

Laraspun terdiam setelah di beri jawaban oleh Dimas. Sepanjang perjalananpun keduanya hanya terdiam, hingga mereka sampai di toko percetakan milik Dimas.

"Duduk di sini dulu." Titah Dimas yang di turuti oleh Laras.

Kedatangan Dimas dengan seorang gadis, tentu saja mengalihkan perhatian para pegawai yang bekerja di toko ATK miliknya.

Tampak beberapa menggoda bos mereka itu dengan menaik turunkan alis, namun hanya di jawab gelengan oleh Dimas. Pria itu kemudian menuju ke showcase dan mengambil sebotol teh dingin.

"Ini, minum. Saya ke atas sebentar." Kata Dimas sambil memberikan teh dingin yang ia ambil.

"Makasih, mas." Kata Laras sambil tersenyum. Ia girang saat Dimas memberikannya minum, karena ia benar - benar merasa haus.

Dimas pun hanya mengangguk, lantas meninggalkan Laras menuju ke ruangannya di lantai dua.

Seulas senyuman tipis pun muncul dari bibir Dimas kala mengingat Laras yang barusan tersenyum padanya.

Laras duduk sembari melihat - lihat sekitarnya. Toko ATK milik Dimas ini sangat lengkap untuk sekelas toko yang ada di kecamatan.

Ia kemudian kembali melihat botol minum di tangannya. Ya, Dimas memang tak seburuk apa yang di bicarakan orang - orang. Sesuai dugaan Laras, pria itu memang gentle.

Dimas bahkan memberikan Laras minuman yang sudah ia lepaskan tutup segelnya, agar Laras tak kesulitan saat membuka botol dingin yang berembun itu.

"Ayo." Ajak Dimas yang tiba - tiba sudah berada di hadapannya.

Laras pun mengangguk dan mengekor pada pria yang membawanya.

"Mas sudah lama buka tokonya?" Laras memulai percakapan saat mengekori Dimas.

"Tiga tahun." Jawab Dimas.

"Mas ngambil apa? Kok gak ada yang di bawa? Katanya ada yang ketinggalan?" Cicit Laras.

"Flashdisk." Kata Dimas sambil menunjukkan flashdisk pada Laras.

Setelah menyimpan kembali flashdisk di kantung bajunya, Dimas kemudian menjulurkan tangannya untuk menjadi pegangan saat Laras akan menaiki motor.

Seperti biasa, pria di depannya ini memang tak banyak bicara. Dimas kemudian melajukan motornya, setelah memastikan Laras sudah duduk dengan benar di belakangnya.

Saat sedang asyik menikmati pemandangan, Dimas tiba - tiba mengerem mendadak motornya, hingga membuat Laras hampir terjatuh jika tangan Dimas tak refleks memegang tubuhnya.

"Maaf." Kata Dimas sembari melepaskan tangannya setelah memastikan kalau Laras baik - baik saja.

"Kok tiba - tiba berhenti, Mas?" Tanya Laras yang langsung membenarkan posisi duduknya.

"Itu." Dimas menunjukkan pemandangan di hadapannya.

"Astaghfirullah, hiii." Laras refleks menyembunyikan wajahnya di punggung Dimas saat melihat bangkai ular sanca kembang besar yang melintang di tengah jalan dengan kondisi mengenaskan.

Terpopuler

Comments

Dewi kunti

Dewi kunti

pertanda ad perkembangan hubungan ini😂😂😂😂😂

2025-05-19

1

Siti Ashari

Siti Ashari

bagus nich

2025-07-04

0

Rifa Lestari

Rifa Lestari

perdana baca krya author, ska bgt dngan jalan ceritanya apalagi ada bhasa Jawa nya krna aku jg dr Jawa Tengah tepatnya Purworejo..blh d kasih visual ga kak biar nmbh smngt bacanya 😁😁

2025-05-30

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kampung Halaman Mbun
2 2. Tuntutan Menikah
3 3. Kerupuk Kulit
4 4. Senyuman
5 5. Hari Apes
6 6. Laptop Rusak
7 7. Lain Dari Yang Lain
8 8. Kencan Terselubung
9 9. Baper berkelanjutan
10 10. Di Bawah Payung
11 11. Saling Bertemu
12 12. Gelisah
13 13. Kebingungan
14 14. Keluarga Pondok
15 15. Ta'aruf
16 16. Aku, Kamu dan Dia
17 17. Aku Pilih Dia
18 18. Kabar Gembira
19 19. Terlupakan
20 20. Bahan Gosip
21 21. Sinyal Five G
22 22. Gosip yang Meluas
23 23. Jangan Gengsi
24 24. Taman Bunga
25 25. Si Paling Perhatian
26 26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27 27. Hari Pertama Bekerja
28 28. Di Tinggal Uti
29 29. Kecelakaan
30 30. Tak Ada yang Gratis
31 31. Curahan Hati
32 32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33 33. Ditemukan Predator
34 34. Penyelamatan
35 35. Kantor Polisi
36 36. Teman Tapi Gelut
37 37. Kue Hari Raya
38 38. Ilmu Bakar Ikan
39 39. Nasib Anak Tunggal
40 40. Balada Menyambut Idul Fitri
41 41. Perpisahan
42 42. Kenangan
43 43. Makin Kangen
44 44. Menemui Kekasih
45 45. Akhirnya Bertemu
46 46. Dimas dan Keluarga Laras
47 47. Amukan Si Gadis Kecil
48 48. Momen Romantis
49 49. Nyolong
50 50. Menjenguk Bulik Lani
51 51. Cincin Lamaran
52 52. Kangen Masmas
53 53. Melepas Rindu
54 54. Gagal Refreshing
55 55. Si Penantang yang Kalah Telak
56 56. Menjemput Keluarga Laras
57 57. Proses Lamaran
58 58. Lamaran Part2
59 59. Kepulangan Keluarga Laras
60 60. Balada Mengantar Pengantin
61 61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62 62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63 63. Harus Rawat Inap
64 64. Sulit Makan
65 65. Bosan Di Rumah
66 66. Pertemuan Tak Disangka
67 67. Perasaan Damai
68 68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69 69. Kondisi Kritis
70 70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71 71. Pemakaman
72 72. Lanjut atau Tunda?
73 73. Deep Talk
74 74. Menjelang Akad
75 75. Akad Nikah Sederhana
76 76. Modus Malam Minggu
77 77. Unboxing
78 78. Kepulangan Pengantin Baru
79 79. Kehangatan Keluarga
80 80. Sikap Aneh
81 81. Penyebab Masalah
82 82. Permintaan Maaf
83 83. Cita - Cita Aneh
84 84. Suara Merdu
85 85. Resepsi pernikahan
86 86. Api Peperangan
87 87. Kesabaran
88 88. Harmonis
89 89. Berita Baik dari Iqbal
90 90. Gundik
91 91. Kehamilan
92 92. Panggilan
93 93. Ngidam
94 94. Di Tinggal ke Luar Kota
95 95. Teler Berat
96 96. Balas Dendam
97 97. Tak Ramah Jomblo
98 98. Musibah
99 99. Hujan dan Pelangi
100 100. Dua Bidadari
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kampung Halaman Mbun
2
2. Tuntutan Menikah
3
3. Kerupuk Kulit
4
4. Senyuman
5
5. Hari Apes
6
6. Laptop Rusak
7
7. Lain Dari Yang Lain
8
8. Kencan Terselubung
9
9. Baper berkelanjutan
10
10. Di Bawah Payung
11
11. Saling Bertemu
12
12. Gelisah
13
13. Kebingungan
14
14. Keluarga Pondok
15
15. Ta'aruf
16
16. Aku, Kamu dan Dia
17
17. Aku Pilih Dia
18
18. Kabar Gembira
19
19. Terlupakan
20
20. Bahan Gosip
21
21. Sinyal Five G
22
22. Gosip yang Meluas
23
23. Jangan Gengsi
24
24. Taman Bunga
25
25. Si Paling Perhatian
26
26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27
27. Hari Pertama Bekerja
28
28. Di Tinggal Uti
29
29. Kecelakaan
30
30. Tak Ada yang Gratis
31
31. Curahan Hati
32
32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33
33. Ditemukan Predator
34
34. Penyelamatan
35
35. Kantor Polisi
36
36. Teman Tapi Gelut
37
37. Kue Hari Raya
38
38. Ilmu Bakar Ikan
39
39. Nasib Anak Tunggal
40
40. Balada Menyambut Idul Fitri
41
41. Perpisahan
42
42. Kenangan
43
43. Makin Kangen
44
44. Menemui Kekasih
45
45. Akhirnya Bertemu
46
46. Dimas dan Keluarga Laras
47
47. Amukan Si Gadis Kecil
48
48. Momen Romantis
49
49. Nyolong
50
50. Menjenguk Bulik Lani
51
51. Cincin Lamaran
52
52. Kangen Masmas
53
53. Melepas Rindu
54
54. Gagal Refreshing
55
55. Si Penantang yang Kalah Telak
56
56. Menjemput Keluarga Laras
57
57. Proses Lamaran
58
58. Lamaran Part2
59
59. Kepulangan Keluarga Laras
60
60. Balada Mengantar Pengantin
61
61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62
62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63
63. Harus Rawat Inap
64
64. Sulit Makan
65
65. Bosan Di Rumah
66
66. Pertemuan Tak Disangka
67
67. Perasaan Damai
68
68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69
69. Kondisi Kritis
70
70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71
71. Pemakaman
72
72. Lanjut atau Tunda?
73
73. Deep Talk
74
74. Menjelang Akad
75
75. Akad Nikah Sederhana
76
76. Modus Malam Minggu
77
77. Unboxing
78
78. Kepulangan Pengantin Baru
79
79. Kehangatan Keluarga
80
80. Sikap Aneh
81
81. Penyebab Masalah
82
82. Permintaan Maaf
83
83. Cita - Cita Aneh
84
84. Suara Merdu
85
85. Resepsi pernikahan
86
86. Api Peperangan
87
87. Kesabaran
88
88. Harmonis
89
89. Berita Baik dari Iqbal
90
90. Gundik
91
91. Kehamilan
92
92. Panggilan
93
93. Ngidam
94
94. Di Tinggal ke Luar Kota
95
95. Teler Berat
96
96. Balas Dendam
97
97. Tak Ramah Jomblo
98
98. Musibah
99
99. Hujan dan Pelangi
100
100. Dua Bidadari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!