2. Tuntutan Menikah

Embun pagi menyapa wajah ayu gadis yang sedang bercengkrama dengan Utinya. Di rumah itu, mereka hanya tinggal berdua saja. Keluarga terdekat mereka adalah anak bungsu Uti yaitu Paklik Sunar, ayah Hilman yang tinggal di desa sebelah.

Pakde Supri, anak tertua Uti tinggal di Kabupaten lain yang membutuhkan waktu tempuh kurang lebih sekitar lima jam dari rumah Uti.

Sementara, Pakde Suyid, anak kedua Uti sama halnya dengan ibu Laras yang tinggal jauh, berbeda provinsi.

Namun, kondisi finansial Pakde Suyid sangatlah baik sehingga ia sering mengunjungi Uti walaupun jarak tempat tinggalnya lebih jauh dari tempat Laras.

Tak hanya itu, pakde Suyid juga selalu menjatah uang belanja untuk Uti dan uang jajan untuk para keponakannya yang masih sekolah. Ia rutin mengirimkannya setiap bulan dengan mentransfernya.

Pakde Suyid jugalah yang memberikan informasi tentang banyaknya lowongan pekerjaan yang akan di buka di wilayah kecamatan tempat Uti tinggal. Ia sendiri mengetahui hal itu dari rekan - rekannya.

"Kapan mulai buka pendaftarannya, nduk?" Tanya Uti. Mereka berdua sedang asyik mengoret rumput di kebun sayuran yang ada di halaman samping.

"Belum tau, Ti. Kata pakde, minggu - minggu ini, tapi nanti di kabari lagi kalau sudah ada link pendaftaran onlinenya." Jawab Laras.

"Mudah - mudahan keterima ya, nduk. Mosok cah pinter koyo ngene angel di terimo kerjo? Kowe ket sd intok beasiswa murid berprestasi terus nganti bar kuliahe. (Masak anak pintar kayak gini susah diterima kerja? Kamu sejak sd dapat beasiswa murid berprestasi terus sampai selesai kuliahnya)." Kata Uti.

"Kalau di sana, bukan lagi persaingan otak dan kemampuan, ti. Tapi duit dan orang dalam." Sahut Laras.

"Berdoa yang banyak, minta kemudahan pada gusti Allah. Gusti Allah mboten sare. Urung ngewehi penggawe ning kono, mungkin amergo luwih okeh mudhorote (Allah tidak tidur. Belum memberi pekerjaan di sana, mungkin karena lebih banyak mudhorotnya.)" Kata Uti menyemangati.

"Iya, ti." Jawab Laras dengan senyuman manisnya. Senyuman yang dihiasi dengan lesung pipi kecil di kedua ujung bibirnya

Laras merasa beruntung memiliki keluarga yang selalu mendukung setiap pilihannya. Jika pilihan itu belum benar pun, mereka akan menasihati tanpa menghakimi.

Dua wanita berbeda generasi itu tampak sangat menikmati waktu kebersamaan mereka yang baru sehari ini.

Tak jauh dari tempat mereka. Tampak sepasang mata mengawasi kegiatan nenek dan cucunya dari balik jendela.

"Kowe ndelok opo, le? Kok ngguya ngguyu dewe?. (Kamu lihat apa, le? Kok senyam senyum sendiri?). Itu sarapannya sudah matang." Kata bu Asih, ibu Dimas.

"Mboten, bu." Jawab Dimas sambil menutup gordyn jendela.

"Opo, sih? (Apa, sih?). Kok pake di tutup gordyn nya?." Bu Asih masih penasaran dan hendak melihat apa yang Dimas lihat.

"Gak ada apa - apa, bu. Ayo kita sarapan, bapak udah nungguin tu." Dimas segera membawa bu Asih keluar dari kamarnya.

Setelah selesai sarapan. Seperti biasa, Dimas yang merupakan anak semata wayang itu bersiap pergi ke tempat usahanya.

Berbekal meminjam modal dari bapaknya yang merupakan pengepul beras yang cukup terkenal di daerahnya, Dimas merintis usaha percetakan.

Ya, percetakan yang berkembang pesat itu, merupakan satu - satunya percetakan yang ada di kecamatan. Pria lulusan design grafis itu juga mampu mengembalikan modal yang ia pinjam dari bapaknya yang bernilai ratusan juta itu hanya dalam tempo dua tahun.

Tak hanya percetakan, iapun merambah dengan menjual ATK di bangunan yang sama dengan percetakannya.

"Le, nanti tolong antarkan beras ke rumah Uti. Kemarin Uti pesan beras." Pinta pak Sugeng.

"Njih, pak." Jawab Dimas.

"Arep enek opo yo, bu. Kok tumben tuku beras rodok okeh?. (Mau ada apa ya, bu. Kok tumben beli beras agak banyak?)." Tanya pak Sugeng pada istrinya.

"Mboh, wingi sedino yo ibu ora ketemu Uti. Wong ibu nggone yuk Lah, ngewangi masak nggawe among - among. (Gak tau, kemarin seharian ya ibu gak ketemu Uti. Oranv ibu tempat yuk Lah, bantuin masak buat among - among *makanan untuk mencurahkan rasa syukur.)" Jawab bu Asih.

"Opo putune wes teko, yo? (Apa cucunya sudah sampai, ya?)." Imbuh bu Asih.

"Woo, opo cah wedok sing lungguh neng lincak wingi sore kae, putune yo?. (Woo, apa anak perempuan yang duduk di lincak kemarin sore itu, cucunya ya?)" Kata pak Sugeng.

"Iyo, berati, pak. (Iya, berarti, pak.)" Sahut bu Asih yakin.

"Assalamualaikum...." Suara seorang wanita terdengar dari pintu samping rumah pak Sugeng.

Pak Sugeng dan bu Asih yang masih berada di ruang makan, tak jauh dari pintu samping rumah pun menjawab salam bersamaan. Bu Asih pun segera menuju ke pintu samping untuk melihat tamu mereka.

"Bu, mau nganter ini, sayuran dari Uti." Ujar Laras sembari menyerahkan keranjang berisi Terong, cabai dan tomat pada wanita di hadapannya.

"Oo ini cucunya Uti yang mau tinggal di sini, ya?." Tanya bu Asih.

"Iya, bu. Nama saya Laras." Laras memperkenalkan diri.

"Walah, Uti pasti seneng ini karena sekarang sudah ada yang nemani di rumah." Kekeh bu Asih yang membuat Laras tersenyum.

"Ayo masuk dulu mbak Laras." Ajak bu Asih.

"Oh, makasih, bu, tapi Laras mau langsung pulang, soalnya di ajak Uti ke pabrik." Jawab Laras.

Uti sendiri memiliki usaha yang masih bertahan sampai saat ini, yaitu kerupuk kulit. Kerupuk kulit dari pabrik milik Uti itu memang sangat terkenal hingga ke kabupaten.

Dari usaha kerupuk kulit yang di bangun bersama kakung dulu itu lah, menjadi salah satu tambahan pendapatan untuk menghidupi dan menyekolahkan anak - anaknya.

Profesi Kakung sebagai guru di desa dulu, tak bisa memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga mereka berdua mencari akal untuk menambah pemasukan agar kebutuhan mereka dan anak - anaknya bisa tercukupi.

"Njih, terima kasih ya mbak Laras. Kalau senggang, main - main ke sini lho, mbak." Pesan bu Asih.

"Iya bu, in syaa Allah kapan - kapan Laras main. Laras pamit dulu ya, bu. Assalamualaikum." Pamit Laras.

"Waalaikumsalam." Jawab bu Asih yang tak lama kemudian beranjak masuk.

"Siapa, bu?." Tanya Dimas yang tiba - tiba berada di belakang bu Asih.

"Ih! Kowe iki ngaget - ngageti wae lho, Dim! (Ih! Kamu ini mengagetkan saja loh, Dim!)" Omel bu Asih sambil memukul bahu putranya.

"Ini lho, cucunya Uti nganterin sayuran." Imbuh bu Asih.

"Ooo.." Sahut Dimas yang kemudian memanaskan motornya.

"Cantik lho cucunya Uti. Ramah, sopan lagi." Puji bu Asih yang hanya di tanggapi kedikan bahu oleh putranya.

"Oh iya, Dim. Besok anterin ibu, ya?."

"Kemana?" Tanya Dimas.

"Arisan di rumah bu Neti, temen ibu yang di kecamatan itu lho. Wes do janjian arep nggowo anak (Sudah pada janjian mau bawa anak.)" Kata bu Asih.

"Emoh lah, bu! Aku udu cah cilik kok. (Gak mau lah, bu! Aku bukan anak kecil kok)." Tolak Dimas.

"Ih, wong sing di gowo yo udu cah cilik kok e. Yo cah - cah baraan awakmu, sopo reti enek sing tok taksir. (Ih, orang yang di bawa ya bukan anak kecil kok. Ya anak - anak seumuranmu. Siapa tau ada yang kamu suka.)" Ujar bu Asih yang tak di tanggapi putranya.

"Kowe ki lho, Dim. Mesti ra gelem nak arep ibu kenalke karo anak wedok koncone ibu. Ngopo to sakjane? Ilingo, umurmu wes meh telung puluh taun. Konco - koncomu wae wes do ndue anak. Ibu lho yo pingin nduwe mantu, pingin momong putu. iki, piye arep rabi, wedok sing di jak dolan neng omah wae ra enek. (Kamu ini lho, Dim. Pasti menolak kalau mau ibu kenalkan sama anak perempuan teman ibu. Kenapa sih sebenernya? Inget, umurmu sudah mau tiga puluh tahun. Teman - temanmu saja sudah pada punya anak. Ibu juga pingin punya menantu, pingin mengasuh cucu. Ini, gimana mau nikah, perempuan yang di ajak main ke rumah aja gak ada.)" Cerocos bu Asih.

Hampir setiap hari Dimas mendengar omelan bu Asih yang memintanya untuk segera menikah. Belum lagi jika ibunya itu menjodoh - jodohkannya dengan putri teman - temannya.

"Dimas berangkat dulu, bu. Assalamualaikum." Pamit Dimas yang tak menghiraukan ucapan ibunya.

"Waalaikumsalam. Hiih, bocah kok! Kalau di ajak bahas gitu, pasti kabur." Kesal bu Asih.

"Jarno to bu, cah lanang iki, rabi rodok tuwek yo ra masalah. Dene ki yo bosen lho tok omeli ngono kuwi bendino. Ra melas to? Mengko nak enek sing di tenani lak yo di kenalke. (Biarin to, bu, anak laki ini, menikah agak tua ya gak masalah. Dia itu ya bosen lho, kamu omeli seperti itu tiap hari. Gak kasihan to? Nantu kalau ada yang di seriusin juga di kenalin.)" Kata pak Sugeng.

"Ih, bapak sama anak sama saja!" Gerutu bu Asih pada suaminya.

Terpopuler

Comments

Dedes

Dedes

Dimas mpun naksir Laras bu 🤭

2025-05-30

1

Chelsea Aulia

Chelsea Aulia

lanjut up nya kk author 💪💪💪

2025-05-17

1

Titik Sofiah

Titik Sofiah

lanjut lanjut Thor

2025-05-18

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kampung Halaman Mbun
2 2. Tuntutan Menikah
3 3. Kerupuk Kulit
4 4. Senyuman
5 5. Hari Apes
6 6. Laptop Rusak
7 7. Lain Dari Yang Lain
8 8. Kencan Terselubung
9 9. Baper berkelanjutan
10 10. Di Bawah Payung
11 11. Saling Bertemu
12 12. Gelisah
13 13. Kebingungan
14 14. Keluarga Pondok
15 15. Ta'aruf
16 16. Aku, Kamu dan Dia
17 17. Aku Pilih Dia
18 18. Kabar Gembira
19 19. Terlupakan
20 20. Bahan Gosip
21 21. Sinyal Five G
22 22. Gosip yang Meluas
23 23. Jangan Gengsi
24 24. Taman Bunga
25 25. Si Paling Perhatian
26 26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27 27. Hari Pertama Bekerja
28 28. Di Tinggal Uti
29 29. Kecelakaan
30 30. Tak Ada yang Gratis
31 31. Curahan Hati
32 32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33 33. Ditemukan Predator
34 34. Penyelamatan
35 35. Kantor Polisi
36 36. Teman Tapi Gelut
37 37. Kue Hari Raya
38 38. Ilmu Bakar Ikan
39 39. Nasib Anak Tunggal
40 40. Balada Menyambut Idul Fitri
41 41. Perpisahan
42 42. Kenangan
43 43. Makin Kangen
44 44. Menemui Kekasih
45 45. Akhirnya Bertemu
46 46. Dimas dan Keluarga Laras
47 47. Amukan Si Gadis Kecil
48 48. Momen Romantis
49 49. Nyolong
50 50. Menjenguk Bulik Lani
51 51. Cincin Lamaran
52 52. Kangen Masmas
53 53. Melepas Rindu
54 54. Gagal Refreshing
55 55. Si Penantang yang Kalah Telak
56 56. Menjemput Keluarga Laras
57 57. Proses Lamaran
58 58. Lamaran Part2
59 59. Kepulangan Keluarga Laras
60 60. Balada Mengantar Pengantin
61 61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62 62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63 63. Harus Rawat Inap
64 64. Sulit Makan
65 65. Bosan Di Rumah
66 66. Pertemuan Tak Disangka
67 67. Perasaan Damai
68 68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69 69. Kondisi Kritis
70 70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71 71. Pemakaman
72 72. Lanjut atau Tunda?
73 73. Deep Talk
74 74. Menjelang Akad
75 75. Akad Nikah Sederhana
76 76. Modus Malam Minggu
77 77. Unboxing
78 78. Kepulangan Pengantin Baru
79 79. Kehangatan Keluarga
80 80. Sikap Aneh
81 81. Penyebab Masalah
82 82. Permintaan Maaf
83 83. Cita - Cita Aneh
84 84. Suara Merdu
85 85. Resepsi pernikahan
86 86. Api Peperangan
87 87. Kesabaran
88 88. Harmonis
89 89. Berita Baik dari Iqbal
90 90. Gundik
91 91. Kehamilan
92 92. Panggilan
93 93. Ngidam
94 94. Di Tinggal ke Luar Kota
95 95. Teler Berat
96 96. Balas Dendam
97 97. Tak Ramah Jomblo
98 98. Musibah
99 99. Hujan dan Pelangi
100 100. Dua Bidadari
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kampung Halaman Mbun
2
2. Tuntutan Menikah
3
3. Kerupuk Kulit
4
4. Senyuman
5
5. Hari Apes
6
6. Laptop Rusak
7
7. Lain Dari Yang Lain
8
8. Kencan Terselubung
9
9. Baper berkelanjutan
10
10. Di Bawah Payung
11
11. Saling Bertemu
12
12. Gelisah
13
13. Kebingungan
14
14. Keluarga Pondok
15
15. Ta'aruf
16
16. Aku, Kamu dan Dia
17
17. Aku Pilih Dia
18
18. Kabar Gembira
19
19. Terlupakan
20
20. Bahan Gosip
21
21. Sinyal Five G
22
22. Gosip yang Meluas
23
23. Jangan Gengsi
24
24. Taman Bunga
25
25. Si Paling Perhatian
26
26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27
27. Hari Pertama Bekerja
28
28. Di Tinggal Uti
29
29. Kecelakaan
30
30. Tak Ada yang Gratis
31
31. Curahan Hati
32
32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33
33. Ditemukan Predator
34
34. Penyelamatan
35
35. Kantor Polisi
36
36. Teman Tapi Gelut
37
37. Kue Hari Raya
38
38. Ilmu Bakar Ikan
39
39. Nasib Anak Tunggal
40
40. Balada Menyambut Idul Fitri
41
41. Perpisahan
42
42. Kenangan
43
43. Makin Kangen
44
44. Menemui Kekasih
45
45. Akhirnya Bertemu
46
46. Dimas dan Keluarga Laras
47
47. Amukan Si Gadis Kecil
48
48. Momen Romantis
49
49. Nyolong
50
50. Menjenguk Bulik Lani
51
51. Cincin Lamaran
52
52. Kangen Masmas
53
53. Melepas Rindu
54
54. Gagal Refreshing
55
55. Si Penantang yang Kalah Telak
56
56. Menjemput Keluarga Laras
57
57. Proses Lamaran
58
58. Lamaran Part2
59
59. Kepulangan Keluarga Laras
60
60. Balada Mengantar Pengantin
61
61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62
62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63
63. Harus Rawat Inap
64
64. Sulit Makan
65
65. Bosan Di Rumah
66
66. Pertemuan Tak Disangka
67
67. Perasaan Damai
68
68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69
69. Kondisi Kritis
70
70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71
71. Pemakaman
72
72. Lanjut atau Tunda?
73
73. Deep Talk
74
74. Menjelang Akad
75
75. Akad Nikah Sederhana
76
76. Modus Malam Minggu
77
77. Unboxing
78
78. Kepulangan Pengantin Baru
79
79. Kehangatan Keluarga
80
80. Sikap Aneh
81
81. Penyebab Masalah
82
82. Permintaan Maaf
83
83. Cita - Cita Aneh
84
84. Suara Merdu
85
85. Resepsi pernikahan
86
86. Api Peperangan
87
87. Kesabaran
88
88. Harmonis
89
89. Berita Baik dari Iqbal
90
90. Gundik
91
91. Kehamilan
92
92. Panggilan
93
93. Ngidam
94
94. Di Tinggal ke Luar Kota
95
95. Teler Berat
96
96. Balas Dendam
97
97. Tak Ramah Jomblo
98
98. Musibah
99
99. Hujan dan Pelangi
100
100. Dua Bidadari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!