5. Hari Apes

"Ealah ya Allah, nduk. Uti bingung nggoleki kowe, kok ra mulih - mulih. Jare bu nyai sing takon karo gus Farid, do wes mulih ket mau. Hapemu mbarang yo ora tok gowo. (Uti bingung nyariin kamu, kok gak pulang - pulang. Kata bu nyai yang tanya sama gus Farid, sudah pada pulang dari tadi. Hapemu juga ya enggak kamu bawa)." Kata Uti saat cucu kesayangannya itu sampai di rumah.

"Maafin Laras ya, Uti. Laras gak tau kalo motornya bakal mogok di tengah - tengah sawah." Jawab Laras yang merasa bersalah.

"Lewat dalan tembusan to? Untungo enek Dimas. Kowe mubeng - mubeng no, le? (Lewat jalan alternatif to? Untung ada Dimas. Kamu muter - muter dong, le?)" Tanya Uti yang hanya di jawab anggukan sopan oleh Dimas.

"Amit yo, le. Uti ngerepoti terus, mau ngebel Hilman yo hapeneora aktif kok, gek ayahe Hilman jek neng Kabupaten. (Maaf ya, le. Uti merepotkan terus, tadi nelfon Hilman ya hapenya gak aktif kok, terus ayahnya masih di Kabupaten)." Kata Uti.

"Mboten nopo - nopo, Uti. Kulo yo wau bade teng toko. (Gak apa - apa, Uti. Aku ya tadi mau ke toko.)" Jawab Dimas.

"Kulo wangsul riyin njih, Ti. (Saya pulang dulu ya, Ti.)" Pamit Dimas.

"Njih, suwun yo, le. (Iya, terima kasih ya, le)."

"Sami - sami."

"Mas Dimas, makasih, ya." Kata Laras yang tersenyum.

Dimas sempat mematung sesaat kala melihat senyuman Laras. Namun, ia segera mengontrol diri dan mengangguk untuk menjawab ucapan terima kasih dari Laras.

...****************...

"Mbak Laras! Ikut aku yok!" Hilman menghampiri sepupunya sore itu.

"Kemana, Man?" Tanya Laras.

"Sawah! Ngecop. (Mancing belut)."

"Ayo - ayo! mbak ngunci pintu dulu, ya. Uti gak di rumah soalnya." Laras tampak girang.

"Uti kemana?"

"Katanya mau nengokin bu Tin, yang kerja di pabrik itu, nanti sekalian kesana ya, nganter kuncinya." Jawab Laras.

"Oke!" Sahut Hilman.

Laras segera mengambil sendalnya dan mengunci pintu rumah juga jendela yang terbuka.

Setelahnya, dua orang itu pun menuju ke rumah bu Tin untuk mengantarkan kunci rumah.

"Hee arep nyangdi? (Hee mau kemana?)" Seru Uti saat melihat dua cucunya yang mengendarai sepeda motor.

Hilman dan Laras yang mendengar suara Uti, langsung menoleh dan menghampiri Utinya. Uti bersama beberapa ibu - ibu termasuk bu Asih, ternyata sedang berghibah ria di gardu perempatan.

"Arep neng sawah, ti, ngecop. (Mau ke sawah, ti, mancing belut.)" Jawab Hilman.

"Cah gadis gerang kok nututi bocah ngecop neng sawah ki piye to, nduk?. (Anak gadis sudah besar kok ngikuti bocah mancing belut di sawah ni gimana to, nduk?)" Heran Uti.

Uti menjuluki Hilman bocah, karena memang Hilman masih kelas dua SMP. Badannya saja yang besar, nyatanya dia masih di bawah umur.

"Neng kuto kan mesti ora tau lho, ti. Wajar to nak kepengen, mbok yo benke wae. Wong yo karo Hilman lungone. (Di kota kan pasti gak pernah lho, ti. Wajar kalau pingin, sudah biarkan saja. Orang ya sama Hilman perginya.)" Celetuk salah seorang nenek yang sebaya dengan Uti.

"Hehe dari pada bengong, ti. Boleh ya ti?" Pinta Laras sambil menyerahkan kunci rumah.

"Yowes, ojo sore - sore leh mulih. (Yasudah, jangan sore - sore pulangnya.)" Uti mengizinkan.

"Oke, ti!" Jawab Hilman yang langsung tancap gas.

"Alon - alon to, le! Mabur iku mengko mbakmu! (Pelan - pelan to, le! Terbang itu nanti mbakmu!)" Seru Uti pada cucunya.

"Man, tungguin!. Kamu ini, ngajak - ngajak tapi ninggalin mbak. Mbak kan gak biasa jalan di pematang kayak gini." Gerutu Laras.

"Gek ndang, mbak. Nak kesoren mengko Uti ngomel. (Cepetan, mbak. Kalau kesorean nanti Uti ngomel)." Sahut Hilman.

Laras pun berusaha mempercepat langkahnya di pematang sawah yang licin. Hingga akhirnya ia bisa menyusul Hilman yang sudah mulai memancing belut.

"Kamu ini, cepet banget jalannya!" Omel Laras sambil memukul bahu Hilman.

"Mbak yang lama jalannya. Aku sampe semutan nungguin mbak Laras." Jawab Hilman tanpa menoleh ke arah sepupunya.

"Dapet, Man?"

"Belum, mbak.

"Ada isinya, gak?"

"Gak tau, mbak, kan belum dapet."

"Oh, iya ya."

Mereka berdua bicara dengan berbisik - bisik, seolah takut jika belutnya tidak akan keluar jika mendengar suara mereka.

"Ee, ee, mbak dapet mbak!" Seru Hilman girang sambil menarik belut keluar dari lubangnya.

"Waah, besar banget, man!" Laras tak kalah Girang.

Hilman segera memasukkan belut hasil tangkapannya ke dalam keranjang bambu yang ia bawa.

Kedua orang itu, tampak asyik memancing belut hingga waktu mendekati sandekala.

"Mbak, ayo pulang! Wes entok okeh iki. (Sudah dapat banyak ini.)" Ajak Hilman sambil mengangkat keranjang yang hampir penuh.

"Ayo, sudah sore juga." Jawab Laras yang kemudian beranjak.

"Kamu di belakang mbak saja, Man. Nanti, kamu ninggalin mbak lagi." Cicit Laras yang berjalan lebih dulu.

"Iya, iya, mbak." Jawab Hilman patuh.

Hilman berjalan perlahan di belakang Laras hingga merasa bosan. Akhirnya, Hilman menyambi panen genjer di tepi sawah sambil menunggu Laras sedikit jauh.

"Eh, Man!. Mbak nginjak belut!" Seru laras.

"Apa mbak?" Tanya Hilman yang tak begitu jelas mendengar suara Laras.

"Mbak nginjek belut!" Seru Laras lagi.

Namun, sedetik kemudian Laras tersadar kala separuh badan binatang yang ia injak, meliuk ke atas kakinya.

"Huaaaa ular, Man!" Seru Laras yang panik.

"Ular mbak? Eh lho, lho, mbak! Jangan lari, nanti jatuh!" Seru Hilman yang berusaha mengejar sepupunya.

Gadis ayu itu mengibaskan kakinya dan langsung berlari tunggang langgang hingga akhirnya ia terpeleset dan jatuh ke sawah.

"Lah kan! Opo lehku muni, tibo to! Di omongi ojo mlayu kok! (Lah kan! Apa kataku, jatuh kan! Di bilangin jangan lari kok!)" Kata Hilman sambil menolong Laras yang belepotan lumpur.

"Huaaa bau, Man! Hari apa sih ini? Kok apes banget hari ini." Seru Laras yang hampir menangis.

"Ojo nangis to, mbak! Ayo wes mulih. (Jangan nangis to, mbak! Ayo pulang)." Ajak Hilman yang menahan tawa sambil menggandeng Laras.

"Kalo mau ketawa, ketawa aja, Man." Gerutu Laras yang langsung di jawab dengan tawa terbahak - bahak Hilman.

"Jahat banget sih, Man. Bisa - bisanya ngetawain mbaknya." Omel Laras sambil mengejar Hilman yang pastinya lebih jago berlari di pematang sawah ketimbang dirinya sendiri.

Mereka berdua memutuskan untuk segera pulang karena waktu yang semakin sore.

"Man, malu tau dilihatin orang - orang." Lirih Laras.

"Salahe mbak Laras to, kok malah mlayu - mlayu. (Salahnya mbak Laras to, kok malah lari - lari.)" Kekeh Hilman.

"Gimana gak lari? Mbak tadi nginjek ular, Man." Sahut Laras sembari menoyor kepala sepupunya.

"Ulo ora salah kok yo tok idek - idek, mbak. Ra melas to? (Ular gak salah kok ya kamu injak - injak, mbak. Gak kasihan to?)" Goda Hilman.

"Lagian itu ularnya ndak berbisa, mbak." Imbuhnya.

Hilman segera memarkirkan motornya di halaman samping rumah saat sampai di rumah Uti.

"Astaghfirullah yongalah bocah! Lha kok koyok gudhel iki piye to? (Lha kok kayak anak kerbau gini gimana to?)" Cicit Uti yang melihat Laras belepotan lumpur.

"Uti, bisa - bisanya cucu sendiri di samain sama anak kerbau! Laras jatuh, ti. Gara - gara nginjak ular." Protes Laras sambil merengut.

"Mulakno, ojo dolan neng sawah to, nduk. La kowe nangndi lho, Man? Kok mbak e iso ngidak ulo? (Makanya, jangan main dinsawah to, nduk. La kamu kemana lho, Man? Kok mbaknya bisa nginjak ular?)"

"Aku ngopek genjer iki e, ti. Wong mbak Laras suwi leh mlaku, makane tak ngopek genjer sek. (Aku ngambil genjer ini, ti. Orang mbak Laras lama jalannya, makanya aku ngambil genjer dulu.)" Jawab Hilman.

Perhatian Laras pun beralih pada Dimas yang tiba - tiba muncul dari belakang Uti. Gadis itu langsung menunduk saat melihat ekspresi Dimas yang melipat bibirnya, bsrusaha menahan tawa.

"Ti, kulo wangsul riyin. Berase mpun kulo selehne ten wadahe. (Ti, saya pulang dulu. Berasnya sudah saya taruh di tempatnya)" Pamit Dimas yang baru mengantar beras pesanan Uti.

"njih, suwun yo, le." Kata Uti.

"Mas, ngguyu wae nak arep ngguyu. (Mas, tertawa saja kalau mau tertawa.)" Kata Hilman yang terkekeh.

Tak menjawab, Dimas hanya tersenyum ke arah Hilman sambil memukul bahu Hilman.

Sementara Laras? Tentu saja gadir itu segera lari menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dengan wajahnya yang merah karena malu.

Terpopuler

Comments

indy

indy

bahasa jawanya sama dengan di daerahku

2025-05-19

1

Titik Sofiah

Titik Sofiah

lanjut lanjut Thor

2025-05-19

1

Dewi kunti

Dewi kunti

teteteeeeoooottt🤭🤭🤭🤭🤭🤭

2025-05-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kampung Halaman Mbun
2 2. Tuntutan Menikah
3 3. Kerupuk Kulit
4 4. Senyuman
5 5. Hari Apes
6 6. Laptop Rusak
7 7. Lain Dari Yang Lain
8 8. Kencan Terselubung
9 9. Baper berkelanjutan
10 10. Di Bawah Payung
11 11. Saling Bertemu
12 12. Gelisah
13 13. Kebingungan
14 14. Keluarga Pondok
15 15. Ta'aruf
16 16. Aku, Kamu dan Dia
17 17. Aku Pilih Dia
18 18. Kabar Gembira
19 19. Terlupakan
20 20. Bahan Gosip
21 21. Sinyal Five G
22 22. Gosip yang Meluas
23 23. Jangan Gengsi
24 24. Taman Bunga
25 25. Si Paling Perhatian
26 26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27 27. Hari Pertama Bekerja
28 28. Di Tinggal Uti
29 29. Kecelakaan
30 30. Tak Ada yang Gratis
31 31. Curahan Hati
32 32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33 33. Ditemukan Predator
34 34. Penyelamatan
35 35. Kantor Polisi
36 36. Teman Tapi Gelut
37 37. Kue Hari Raya
38 38. Ilmu Bakar Ikan
39 39. Nasib Anak Tunggal
40 40. Balada Menyambut Idul Fitri
41 41. Perpisahan
42 42. Kenangan
43 43. Makin Kangen
44 44. Menemui Kekasih
45 45. Akhirnya Bertemu
46 46. Dimas dan Keluarga Laras
47 47. Amukan Si Gadis Kecil
48 48. Momen Romantis
49 49. Nyolong
50 50. Menjenguk Bulik Lani
51 51. Cincin Lamaran
52 52. Kangen Masmas
53 53. Melepas Rindu
54 54. Gagal Refreshing
55 55. Si Penantang yang Kalah Telak
56 56. Menjemput Keluarga Laras
57 57. Proses Lamaran
58 58. Lamaran Part2
59 59. Kepulangan Keluarga Laras
60 60. Balada Mengantar Pengantin
61 61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62 62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63 63. Harus Rawat Inap
64 64. Sulit Makan
65 65. Bosan Di Rumah
66 66. Pertemuan Tak Disangka
67 67. Perasaan Damai
68 68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69 69. Kondisi Kritis
70 70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71 71. Pemakaman
72 72. Lanjut atau Tunda?
73 73. Deep Talk
74 74. Menjelang Akad
75 75. Akad Nikah Sederhana
76 76. Modus Malam Minggu
77 77. Unboxing
78 78. Kepulangan Pengantin Baru
79 79. Kehangatan Keluarga
80 80. Sikap Aneh
81 81. Penyebab Masalah
82 82. Permintaan Maaf
83 83. Cita - Cita Aneh
84 84. Suara Merdu
85 85. Resepsi pernikahan
86 86. Api Peperangan
87 87. Kesabaran
88 88. Harmonis
89 89. Berita Baik dari Iqbal
90 90. Gundik
91 91. Kehamilan
92 92. Panggilan
93 93. Ngidam
94 94. Di Tinggal ke Luar Kota
95 95. Teler Berat
96 96. Balas Dendam
97 97. Tak Ramah Jomblo
98 98. Musibah
99 99. Hujan dan Pelangi
100 100. Dua Bidadari
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kampung Halaman Mbun
2
2. Tuntutan Menikah
3
3. Kerupuk Kulit
4
4. Senyuman
5
5. Hari Apes
6
6. Laptop Rusak
7
7. Lain Dari Yang Lain
8
8. Kencan Terselubung
9
9. Baper berkelanjutan
10
10. Di Bawah Payung
11
11. Saling Bertemu
12
12. Gelisah
13
13. Kebingungan
14
14. Keluarga Pondok
15
15. Ta'aruf
16
16. Aku, Kamu dan Dia
17
17. Aku Pilih Dia
18
18. Kabar Gembira
19
19. Terlupakan
20
20. Bahan Gosip
21
21. Sinyal Five G
22
22. Gosip yang Meluas
23
23. Jangan Gengsi
24
24. Taman Bunga
25
25. Si Paling Perhatian
26
26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27
27. Hari Pertama Bekerja
28
28. Di Tinggal Uti
29
29. Kecelakaan
30
30. Tak Ada yang Gratis
31
31. Curahan Hati
32
32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33
33. Ditemukan Predator
34
34. Penyelamatan
35
35. Kantor Polisi
36
36. Teman Tapi Gelut
37
37. Kue Hari Raya
38
38. Ilmu Bakar Ikan
39
39. Nasib Anak Tunggal
40
40. Balada Menyambut Idul Fitri
41
41. Perpisahan
42
42. Kenangan
43
43. Makin Kangen
44
44. Menemui Kekasih
45
45. Akhirnya Bertemu
46
46. Dimas dan Keluarga Laras
47
47. Amukan Si Gadis Kecil
48
48. Momen Romantis
49
49. Nyolong
50
50. Menjenguk Bulik Lani
51
51. Cincin Lamaran
52
52. Kangen Masmas
53
53. Melepas Rindu
54
54. Gagal Refreshing
55
55. Si Penantang yang Kalah Telak
56
56. Menjemput Keluarga Laras
57
57. Proses Lamaran
58
58. Lamaran Part2
59
59. Kepulangan Keluarga Laras
60
60. Balada Mengantar Pengantin
61
61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62
62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63
63. Harus Rawat Inap
64
64. Sulit Makan
65
65. Bosan Di Rumah
66
66. Pertemuan Tak Disangka
67
67. Perasaan Damai
68
68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69
69. Kondisi Kritis
70
70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71
71. Pemakaman
72
72. Lanjut atau Tunda?
73
73. Deep Talk
74
74. Menjelang Akad
75
75. Akad Nikah Sederhana
76
76. Modus Malam Minggu
77
77. Unboxing
78
78. Kepulangan Pengantin Baru
79
79. Kehangatan Keluarga
80
80. Sikap Aneh
81
81. Penyebab Masalah
82
82. Permintaan Maaf
83
83. Cita - Cita Aneh
84
84. Suara Merdu
85
85. Resepsi pernikahan
86
86. Api Peperangan
87
87. Kesabaran
88
88. Harmonis
89
89. Berita Baik dari Iqbal
90
90. Gundik
91
91. Kehamilan
92
92. Panggilan
93
93. Ngidam
94
94. Di Tinggal ke Luar Kota
95
95. Teler Berat
96
96. Balas Dendam
97
97. Tak Ramah Jomblo
98
98. Musibah
99
99. Hujan dan Pelangi
100
100. Dua Bidadari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!