"Akhirnya aku bisa pulang juga Dil." Ucap Adira sambil duduk di tepi ranjang dengan seprai berbahan sutera berwarna mocca dengan baguan ujung berenda motif bunga.
Adila langsung lompat ke atas kasur dan merebahkan badannya disana.
"Sekarang planing lu mau ngapain kalau udah sembuh total?"
Adira mengambil bantal dan mendekapnya, "Besok aku mau ke kampus, ngambil surat pengantar buat magang...,"Adira menghela nafasnya sejenak,".... aku udah telat banget, temen-temen dikampus, semuanya udah pada magang satu bulan yang lalu."
Adila bangun dari tidurnya," Nggak-nggak... lu gila yah...lu...."
Adira langsung memotong," Gengo Adila... Gengo."
Adila memutar bola matanya," Iya-iya... sory lupa...," Adila mengambil guling untuk menyangga kepalanya,".... pokoknya kamu jangan kemana-mana dulu."
Adira tersenyum dengan kekhawatiran yang Adila tunjukan kepadanya.
"Aku bakalan baik-baik saja.... aku tuh pengen cepet-cepet beresin kuliah, terus nyari kerja, punya karir yang bagus, trus dapet uang banyak deh."
"Bisa nggak kalau ngekhayal jangan kecepetan?"
"Ketinggian kali."
"Khusus buat kamu beda,...kecepetan."
"Ish kamu ini... ini nggak kecepetan, tapi planing, tadi kan kamu sendiri yang tanya itu ke aku."
"Tapi nggak nyampe kesana juga kali, lu kan masih sakit. Pokoknya dengerin gue sekali ini aja, lu nggak boleh kemana-mana sebelum lu bener-bener sembuh total. Lu harus...."
"Adila.... Gengo." Adira mengingatkan kembali.
Adila mengacak-ngacak rambutnya stress, dan Adira malah tertawa melihat tingkah konyol kakak kembarannya itu.
"Aaarrrggh.... ngomong nggak pake lu gue itu kayak makan bakwan tanpa cabe tahu nggak."
Adira menggelengkan kepalanya," Dipaksain... masa ke Simbok bisa ke aku nggak."
"Itu laen ceritanya....Simbok lebih tua dari gue."
"Dicoba dong."
"Gue nggak biasa Adira Dimitri."
"Bisa karena biasa Adila Dimitri." Sanggah Adira tak mau kalah.
Adila mengangkat kedua tangannya," Gue nyerah, gue pasti kalah kalau harus berdebat sama lu, mendingan gue cabut aja."
Adila turun dari tempat tidur," Sekarang terserah lu mau ngapain, mau ke kampus kek, mau loncat-loncat di pager kek atau mau nyebur ke kali juga gue bebasin. Yang penting jangan suruh gue buat yang atu itu, oke...?"
Adira tertawa lepas," Nggak bisa, itu udah harga mutlak nggak bisa ditawar lagi."
"Serah ah..."
"Kamu mau kemana?" Teriak Adira.
"Mau makan bakwan pake cabe." Jawab Adila asal.
Adila langsung menutup kamar Adira, berderap menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamarnya Adira.
Sampai dikamar ia meraih ponsel yang terus-terusan berkedip meminta sang punya untuk membukanya. Ternyata pesan yang dikirimkan Nadin satu jam yang lalu.
Nanti malam lu harus temenin gue ke party pembukaan club temen gue yang baru, nggak pake nolak
Ya elah Surti... baru aja gue pengen tidur cantik malam ini, cebik dalam hatinya. Adila melempar badannya di sofa, mengangkat kedua kaki ke atas meja, mengetikan sesuatu di ponselnya.
Ndoro ajeng, nggak gratis ya minta diteminin model naik daun kayak gue
Tak menunggu lama balasan Nadin langsung masuk.
Heh selir... gue kasih empat pangeran sekaligus buat lu (Nadin)
Dobol gue ( Adila)
Gue pastiin jalan lu ngangkang (Nadin)
Jalan kayang kali, wkwkwk (Adila)
Dasar cewek Purba (Nadin)
Dasar cewek Pra Sejarah (Adila)
Meganthropus paleojavanicus dong kita (Nadin)
Adila tertawa terbahak-bahak, Meganthropus Paleojavanicus merupakan salah satu jenis manusia purba di zaman Pra Sejarah.
Adila melempar ponsel ke samping tempat duduknya. Kalau sudah berkirim pesan model seperti ini sampai adzan subuh pun tidak akan ada ujungnya.
Adila Menumpukan kedua tangan sebagai peyangga kepalanya. Pikirannya menerawang jauh, mengingat semua kejadian yang belakangan ini sudah dia lalui begitu sangat cepat. Namun tiba-tiba dia teringat seseorang.
Apa kabarnya ya si Tuan itu, dia inget sama gue nggak ya...???
Adila langsung menegakan badannya, meremas mulut yang tiba-tiba teringat cowok one night stand bersamanya.
Hello Adila model cantik seantero liliput, lu itu cuma kupu-kupu malam buat tu orang....
Dirasa otaknya mulai tidak waras, Adila memilih mandi, mendinginkan kepalanya dengan wewangian yang mungkin akan sedikit menyegarkan pikirannya yang sudah berkeliaran kemana-mana.
*****
Gelap pun mulai merangkak naik, Adila sudah siap dengan syle yang membuat siapapun akan berdecak kagum dengan body semampai yang memperlihatkan lekukan ditubuhnya.
Seperti orang tua zaman dulu bilang, umur yang baru menginjak dua puluh dua tahun itu, bagaikan bunga yang baru mekar, siapapun akan bisa mencium harum baunya. Perfect.
"Dil kamu mau kemana?" Tanya Adira saat melihat Adila menuruni tangga, berjalan kearahnya.
Adila menyomot keripik kentang yang sedang Adira makan," Mau temenin Nadin ke pesta temennya. Lu mau ikut?"
Adira terpaksa menggeser duduknya saat Adila memaksakan pantatnya untuk duduk diantara peyangga kursi dan dirinya.
"Lu mau ikut?" Ulang Adila lagi.
"Gengo Adila." Sergah Adira.
Adila berdecak," Ckk.... gue udah bilang gue nggak bisa Adiraaaa...." Jawabnya geram.
"Paksain dong Dil."
"Ogah."
"Ish...." Adira menjauhkan keripik kentang dari tangan Adila saat dia mau mengambilnya lagi.
Adila menghela nafasnya," Lu pernah baca Novel porno?"
"Apaan sih tanya begituan... ya nggak lah. Yang aku baca itu Novel romantis atau paling nggak Novel komedi."
"Pantesan."
"Pantesan kenapa?" Tanya Adira bingung.
Adila mengarahkan badannya menghadap Adira dengan wajah serius," Novel porno itu bakalan kurang ajib kalau nggak pake desahan, nah itu sama halnya kayak gue...,"Menunjuk dadanya,".... gue nggak bakalan bisa ajib kalau nggak ngomong pake lu gue... paham?"
"Ngeles." Kembali memakan keripik kentangnya.
"Mau ikut nggak?" Tanya Adila lagi, sambil merebut keripik kentang dari tangan Adira.
"Nggak." Merebut kembali keripik kentangnya.
"Kali-kali ikut lah sama gue, sumpek tahu diem dirumah mulu."
"Biasa aja tuh." Sanggah Adira.
"Dasar kutu buku."
Mengambil minuman dingin dan meminumnya sampai habis.
"Kok diabisin sih.... itu kan punya aku." Ucap Adira dengan wajah memberengut.
"Alah minta lagi aja sama Simbok, gitu aja dibikin repot."
"Kamu tuh yang ngerepotin, tahu minuman dinginnya nggak ada lagi." Gerutu Adira.
"Nah kalau itu derita lo." Seraya beranjak dengan memakai sepatu highheelnya.
"Gue cabut dulu ya, si Nadin pasti udah nunggu gue."
"Inget pulangnya jangan kemaleman, besok Papah mau dateng."
Adila membuka mulutnya lebar-lebar, seperti tak yakin mendengar apa yang baru saja Adira ucapkan.
"Gue nggak salah denger kan?"
"Nggak... besok Papah mau dateng."
"Sama?"
Adira mengedikan bahunya tanda tidak tahu.
"Ngapain?"
"Kok ngapain, ya jengukin kita lah Dil... masa iya orang tua dateng malah ditanya mau ngapain."
Adila tersenyum sinis," Waktu lu sakit dia kemana.... lu operasi bahkan lu koma dua hari dia kemana?"
Adira diam tak menjawab, memang benar apa yang dikatakan Adila. Dia pun tidak bisa menyangkal semuanya itu. Tapi dia tidak bisa seperti Adila yang bisa meluapkan segala emosinya dengan meledak-ledak seperti ini.
"Lu jangan pura-pura buta, buka mata lu lebar-lebar."
"Kan Papah bilang dia sibuk Dil." Jawab Adira untuk sedikit menenangkan kerisauan hatinya sendiri.
Adila menghalau tangan didepan wajahnya,"Alah itu alesan dia doang, yang ada dia sibuk sama Nenek lampir piaraan dia."
"Kamu ngomong apaan sih."
"Emang kenyataannya kayak gitu kan, atau mau gue ganti pake genderewo sekalian?"
"Adila..." Bentak Adira.
"Males gue ngomongin dia... gue cabut." Jawabnya sambil melanggang pergi.
"Inget jalan pulang kemaleman." Seru Adila.
"Gue nggak bakalan pulang." Teriak Adila.
"Adilaaaaa...."
"Adiraaaa...."
Balas Adila dengan berjalan mundur, memonyongkan bibir dan membuat matanya menjadi juling, membuat Adira semakin geram melihatnya.
...........................................................
...........................................................
.....................................Bahasa............
Gengo(Bahasa Jepang )yang artinya Bahasa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Winethu Agustin
bagus
2021-05-15
0
Ria Diana Santi
Aku mampir!
2021-03-08
0
Monalisa
keren
2021-02-13
0