Pria itu menyandarkan punggungnya dikursi, melonggarkan ikatan dasi yang menyekik lehernya, bergerak gelisah hingga merubah posisi duduknya berkali-kali.
Adila menutup mata, sedikit melafalkan mantra-mantra gila sebelum melancarkan aksi selanjutnya.
One night stand.... One night stand....
Adila meraba dada pria itu, menyusurkan tangan dibalik kemeja yang sudah terbuka dua kancing.
"Tuan baik-baik saja?" Tanya Adila dengan suara dibuat sesexy mungkin.
Pancingan Adila telak mengenai sasaran, sorot mata tajam pria itu seperti akan membunuhnya hidup-hidup, menarik paksa tangan Adila hingga berdiri, untuk ikut bersamanya.
Dengan senang hati Adila mengikuti langkah kaki pria itu membawanya. Dengan tidak lupa memberikan bulatan jari tangan dan kedipan mata genitnya kepada Nadin.
"Cewek gila." Ucap Nadin dengan menggelengkan kepala sambil tertawa.
Dengan kesadaran yang masih tersisa, pria itu memaksa Adila masuk kedalam mobil dan membanting pintu dengan keras. Membuat Adila terlonjak kaget. Menancapkan gas, mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Tuan mau bawa aku kemana?"
Pria itu membuka seluruh kancing baju dan melempar dasinya kebelakang kursi penumpang. Mungkin libidonya semakin meningkat.
"Tuan mau bawa aku kemana?" Tanya Adila lagi, jujur ada rasa takut yang menggerayangi hatinya.
Mulut Adila komat kamit, kalau ternyata pria ini adalah seorang mafia dan dia mati konyol ditangannya, gua bakalan gentanyagin lu Nadin, Jerit Adila dalam hati.
"Ke rumahku." Jawab Pria itu tiba-tiba, dengan tangan memutar AC lebih besar lagi.
What.... Adila terperangah, matanya membulat sempurna. Dia pikir pria ini akan membawa dia ke sebuah Hotel, Vila mewah atau kemana saja, tapi bukan rumah. Adila menarik ujung bajunya, keki.
Kalau disana ada bininya gimana, bisa dicincang habis gue....
Adila meraup udara AC dalam-dalam, mendinginkan hati yang seketika memanas membayangkan sosok ema-ema berdaster dengan rolan rambut yang berjubel dikepalanya.
Mobil yang ditumpanginya memasuki sebuah rumah bergaya Jawa Modern. Dengan kaki bergetar, Adila menurunkan kakinya keluar. Isi kepala dan hatinya sama sekali bertolak belakang.
Hatinya mengatakan kalau dia harus melanjutkan misinya, sedangkan kepalanya mengatakan kalau dia harus kabur sekarang juga.
"Masuk."
Adila berjinjit kaget. Dengan setengah hati Adila mengikuti jejak kaki pria itu.
Kabur Adila... kabur Adila... ayo kabur...
Jangan Adila... ingat balas dendam lu sama si Nugie, lu pasti bisa... ini hanya sekali
Tanpa diduga, pria itu langsung menarik tangan Adila dengan kasar.
"Sakit Tuan..." Adila meringis kesakitan.
Tapi pria itu sama sekali tidak mendengarkan ringisannya, malah terus-menerus mengusap tengkuknya. Mungkin ingin meredakan panas yang terasa aneh ditubuhnya.
Pintu terbuka setelah pria itu mengedornya beberapa kali. Adila memilih bersembunyi dibalik punggung pria itu.
Tapi hatinya sedikit lega saat benda keras itu terbuka lebar. Sesosok pria jangkung berdiri diambang pintu dengan penampilan santai namun elegan.
T**ernyata bukan bininya
Pria jangkung itu menunduk hormat dengan menyapanya dengan sebutan Pak.... anaknya kali ya??? Dasar peak.... emang yang bawa lu Om-Om gendut, punya anak sebongsor ini.
Adila melongokan kepala, tersenyum manis kearah pria jangkung dihadapannya. Tapi apa yang dia dapat, hanya sebuah sorotan mata iblis yang seperti akan membakarnya hidup-hidup, menyeramkan.
"Hai Tuan..." Adila berusaha menetralkan ketegangan didadanya dengan melambaikan jari-jari lentik kepada pria jangkung itu.
Pria bermuka datar dan dingin ini tak menghiraukan sapaannya. Hanya menelisik dengan mode tatapan tidak suka.
"Jangan ganggu saya malam ini." Ucap Pria itu dengan menarik tangan Adila masuk kedalam rumah.
"Tapi Pak..."
Pria itu mengacuhkan kata-katanya. Fixs... sekarang Adila bisa menebak kalau si Pria jangkung itu adalah asisten atau orang kepercayaan pria ini.
Tapi yang sangat dia yakin adalah Pria jangkung ini bukanlah seorang tukang kebun atau penjaga rumah, karena tampangnya pun bisa dinilai dengan angka delapan koma delapan puluh delapan, angka yang hampir mendekati sempurna.
Masuk kedalam kamar, tubuh Adila dilempar langsung keatas tempat tidur. Adila memekik, ia beringsut duduk dengan bersandar dikepala tempat tidur. Degup jantungnya langsung bertalu-talu.
Dalam kondisi seperti ini, tiba-tiba dia teringat Nadin.
Cewek absurd kayak lu itu nggak punya jantung, nggak mungkin bisa deg-degan
Sengak memang sahabatnya itu, buktinya sekarang jantung dia melompat-lompat dari gantungannya.
Pria itu membuka seluruh kemejanya, melemparnya ke sofa. Kemudian merangkak naik keatas tubuhnya.
"Tuan boleh saya ke kamar mandi sebentar... sebentar saja.... saya kebelet pipis." Ucap Adila pelan.
Gairah pria itu memang sudah sangat besar, sepertinya obat perangsang yang walau hanya sedikit itu begitu bereaksi pada tubuhnya.
Pria itu menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur, memijit pelipis yang sepertinya berdenyut-denyut bercampur dengan nafsu yang sekarang merajai tubuhnya.
Adila menyeret kakinya menapaki lantai, menyambar tas jinjing masuk kedalam kamar mandi.
Tarik buang....tarik buang.... tarik buang....
Tidak sia-sia ia mengikuti kelas yoga yang setiap dua kali seminggu ia ikuti, sangat berguna saat kondisinya seperti ini, tegang.
Adila meraih ponsel dalam tasnya, menyetel kamera yang akan siap merekam semua adegan panasnya malam ini.
Go Adila.... Go Adila... Goooo
Pria itu masih dalam posisinya, tidur terlentang dengan menumpukan lengan menutupi mata.
Adila menelan saliva susah payah, baru menyadari postur tubuh pria itu yang begitu sixpack. Otot tangan menonjol pas tidak terlalu berlebihan, garis perut yang tertata rapih, membaginya menjadi beberapa kotak.
Dan satu lagi, gundukan besar dibawah pusar... sepertinya kuya itu sangatlah besar dan panjang.
Bahu Adila bergidik, tak bisa dia bayangkan kalau kuya itu masuk kedalam inti tubuhnya, Cleb...Wooow.
Adila menonjor kepalanya sendiri, helo Adila saatnya beraksi... jatuh cinta tahu rasa lu!!
Adila buru-buru menggelengkan kepalanya, tidak ada lagi cinta apalagi kepercayaan dengan makhluk yang namanya laki-laki, karena yang mereka miliki hanyalah nafsu bukannya hati.
Adila berjalan perlahan, menyimpan ponsel dengan kamera yang sudah On di meja lampu yang sudah dia buat menyala.
Kemudian dia mematikan saklar lampu, menjadi redup.
Pria itu langsung membuka matanya, memandang Adila dengan tatapan menyerang saat Adila menanggalkan seluruh pakaiannya.
Dengan tidak sabar ia menarik tangan Adila hingga terjatuh ditempat tidur, menyerang dengan ciuman bertubi-tubi diseluruh bagian tubuhnya.
Sesuatu mulai menyusup masuk kebagian inti tubuhnya, membuatnya sedikit menahan nafas saat pria ini menekannya lebih dalam.
Nugie Mahesa.... Gue benci... jerit hati Adila.
Air matanya menitik, turun berselancar seiring hentakan kuat yang pria ini lakukan. Adila mengeratkan tangan dipunggung pria ini, mengikuti setiap gerakan yang pria ini lakukan, hingga ia pun ikut hanyut dalam permainannya.
🚀🚀🚀🚀
Pagi mulai menjelang, Adila terbangun saat kasur yang ditidurinya bergoyang karena sebuah pergerakan. Ia menyipitkan mata, ternyata pria itu beringsut bangun dan duduk dengan mengenakan celana panjangnya semalam.
Adila menyandarkan punggung, menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang setelah percintaannya semalam.
Adila mengutuki diri sendiri, kenapa semalam dia malah ikut tidur, bukannya segera pulang.
Pria itu mengambil sesuatu dari dalam laci, menulis sesuatu diatas kertas, kemudian menyobeknya.
"Ini bayaranmu." Ucap Pria itu dengan menyimpan kertas diatas meja.
Kemudian meraih kemejanya dan berlalu pergi keluar kamar tanpa melihatnya sedikitpun.
Dadanya terasa sesak, apa begini yang dialami semua wanita malam bila sudah menjual dirinya???
Come on Adila.... tidak ada kata melow dalam kamus hidup lo
Adila memakai semua pakaiannya, dan mengambil ponsel kamera untuk merekam kembali suaranya. Dan satu lagi, membawa cek yang pria itu berikan, lumayan... pikirnya.
Adila bersiap-siap kembali memainkan perannya. Ia keluar dari kamar,dan ternyata pria tadi masih ada didepan kamar dengan termanggu melihat seorang wanita dan bocah kecil yang sama sedang melihat kearahnya.
Adila pun tidak peduli, toh misinya pun sudah berhasil.
"Tuan... saya pulang sekarang, semoga anda puas dengan pelayanan saya semalam, anda sangat luar biasa... saya tunggu callingan anda selanjutnya." Adila mengedipka mata dengan tangan menari-nari diatas dada pria itu.
Pria itu kembali menampakan sifat aslinya, tak sedikitpun mengubris semua perkataannya. Diam mematung.
Ya sudahlah.... Adila berderap menuju pintu keluar. Tentunya dengan sorotan tajam dari pria jangkung tadi malam.
Tidak seperti semalam, Adila pun berani balas menatap pria jangkung itu dengan sengit.
Adila melanggang pergi, menghembuskan nafas lega bisa keluar dengan tujuan yang sudah dia capai.
Selamat tinggal Tuan tampan, terima kasih bantuannya... semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Heny Ekawati
gila sampai segitux balas dendam sama pacar rugi sendiri lo
2021-03-30
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
masih nyimak
2021-02-07
1
Heny Ekawati
gila...gila...segitux marah sama mantan
2021-01-31
1