(POV Riyant On)
Aku keluar dari ruang UKS setelah mengobati luka dan menuju ke kelasku, sebelumnya aku mampir ke kantin terlebih dahulu untuk membeli minum dan menghabiskannya di sepanjang jalan menuju kelas.
Aku duduk di bangku dan mengikuti pelajaran seperti biasa, namun anehnya mengapa murid-murid yang lain tidak memberitahu guru bahwa Clara sedang sakit, bahkan ketika pelajaran pertama tak ada yang memberitahu bahwa Clara sakit dan berada di UKS.
Aku berinisiatif memberitahu guru yang mengajar hari ini ketika beliau sedang mengabsen murid di kelasku, lalu tiba giliran nama Clara di sebut aku mengatakan bahwa Clara sedang sakit.
“Maaf pak, Clara sedang sakit ia ada di ruang UKS sejak pagi.” ucapku, dan guru tersebut mengangguk paham, ku lihat murid-murid lain menatapku tak suka, aku bingung tapi tak ku perdulikan.
Pelajaran sudah berakhir 5 menit yang lalu, murid-murid sudah berhamburan keluar kelas. Aku lalu memasukkan buku-buku ku ke dalam tas hingga ke tiga temanku menghampiri mejaku, (Andi, Yoga dan Farhan).
“Kau bertemu si gendut di UKS?” tanya Andi, aku menatapnya bingung. “Maksudmu Clara?” tebakku, “Iya si gendut yang kulitnya hitam dan jelek,” jawab Andi, “Kau tak boleh begitu, Andi.” ujarku tak suka.
“Ia manusia yang harus di hargai, terlebih ia wanita.” ucapku menambahkan, “Mengapa kau membelanya? Apa kau menyukainya?” kali ini Farhan yang bicara,
“Tak mungkin orang sepertimu menyukai perempuan seperti Clara,” bantah Andi. Aku diam menatap tak suka ke arah Andi,
“Aku tak tahu mengapa ada monster jelek seperti Clara di bumi ini,” Andi masih tetap mengoceh, kali ini aku benar-benar geram.
“Cukup Andi. Kau keterlaluan!” ujarku sedikit membentaknya, mereka melihatku terkejud dengan tatapan aneh, lalu aku bergegas meninggalkan mereka.
Aku tak langsung ke tempat parkir untuk mengambil motorku tapi aku mampir terlebih dahulu ke UKS, memastikan Clara sudah pulang atau belum.
Ketika kaki ku sampai pintu UKS aku mengintip di jendela UKS, kosong. Clara sudah pulang? ‘mungkin ia sudah pulang terlebih dahulu’ pikirku, aku langsung pergi meninggalkan UKS dan bersiap untuk pulang.
Aku mengendarai motor ku dengan kecepatan yang lumayan pelan, di perjalanan aku hampir saja menabrak seseorang. Aku sudah mengklaksonnya beberapa kali, ia tak mengindahkan sampai aku berhenti tepat di depannya, jika aku mengendarai dengan kecepatan tinggi, mungkin aku sudah menabraknya.
Ku lihat ia terkejut lalu meminta maaf sambil menunduk tanpa melihatku, aku memperhatikannya, aku sedikit mengenalinya, ku panggil ia pelan. “Clara?” panggilku, ia yang sedang shock menoleh ke arahku dan semakin terkejut.
“Oh? Riyant, maafkan aku. aku tak memperhatikan jalan,” ujarnya lalu menepi, “Kau sendirian? Tak ada yang menjemputmu?” tanyaku, ia menggeleng,
“Naiklah, ku antar kau pulang,” tawarku, ia menatapku masih dengan kondisi terkejut. “Tak usah, aku berjalan kaki saja,” balasnya.
“Kau masih sakit, wajahmu terlihat pucat, tak apa naiklah. Aku akan mengantarmu,” ucapku sekali lagi, ia menggeleng “jangan, nanti motormu rusak jika aku menaikinya,” ujarnya menunduk.
“Kau ini bicara apa? Tentu tak akan begitu,” balasku. Ia terdiam sejenak, lalu menoleh “Maaf, tapi sungguh aku masih sanggup berjalan kaki, aku sudah lebih baik,” ujarnya bergegas meninggalkanku.
Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh dari pandanganku. Tapi ku lihat raut wajahnya, ia sepertinya sedang sedih. ‘apa ia ada masalah?’ pikirku ‘mengapa aku sangat peduli pada orang asing, ia mungkin akan mengecapku yang tidak-tidak’ batinku, lalu melanjutkan perjalanan menuju rumahku.
(POV Riyant Off)
Clara masuk ke rumah dengan lesu, entahlah ia merasa benar-benar tak enak badan, sekujur tubuhnya terasa sakit terlebih kepalanya yang masih terasa pusing, Clara merebahkan dirinya di kasur dan tertidur tanpa melepas seragam yang ia kenakan.
Tepat jam 17.00 Mia baru sampai di rumah sambil membawa makanan untuk Clara, ia langsung menuju kamar Clara, di lihatnya Clara yang sedang berbaring, Mia tersenyum ‘syukurlah ia baik-baik saja’ pikirnya begitu, padahal Clara sedang dalam kondisi yang tak baik.
Mia lalu membersihkan diri dan menghangatkan makanan yang ia beli di jalan, kemudian kembali ke kamar Clara membangunkannya untuk makan malam bersama.
“Clara bangun sayang, kita makan dulu” ucap Mia mendudukan dirinya di ranjang Clara, lalu ia menyentuh tangan Clara. Ia terkejut ‘hangat?’ batinnya berkata ‘apa Clara sakit’ pikirnya, Mia meletakan tangannya ke dahi Clara lalu mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuh Clara,
'38,5°C? Ya ampun, pantas saja, suhunya tinggi’ batin Mia khawatir, Mia lalu ke bawah membuat bubur dan mengambil baskom untuk mengompres Clara.
Di kompresnya Clara dan Clara pun terbangun, "Ibu kapan datangnya?” tanya Clara lemas, "Tadi sore, ibu melihatmu tertidur, sekarang bangun dan makan dulu,” jawab Mia lembut. Clara bangun dan terduduk di kasur dengan bantuan ibunya lalu Mia menyuapi Clara perlahan,
“Apa yang kau rasakan sayang?” tanya Mia. “Aku pusing bubadanku sakit semua,” jawab Clara lemas, “Mungkin aku kecapean,” balasnya lagi. “Besok kau di rumah saja ya istirahat, biar ibu yang menelfon pihak sekolah bahwa kami izin tak masuk sekolah,” ujar Mia yang mendapat anggukan dari Clara.
“Besok kita berobat jika kau masih panas,” ujar Mia, Clara mengangguk lagi. “Sementara minum obat penurun panas dulu ya setelah makan, lalu ganti baju dengan baju yang bisa menyerap keringat,” titah Mia, lagi-lagi Clara mengangguk.
Setelah selesai, Clara mengikuti semua yang Mia suruh dan kembali tidur.
Mia sebenarnya curiga, karena anaknnya jarang sekali sakit kecuali ketika ia berusaha diet ekstra, ia sempat di rawat di rumah sakit, tapi baru kali ini Clara sakit demam ‘mungkin benar-benar kecapean’ pikirnya
...----------------...
Pagi harinya, kondisi Clara belum benar-benar pulih, Mia berinisiatif untuk membawanya berobat setelah mendapat izin tak masuk kantor hari ini karna anaknya sakit.
Sesampainya di rumah sakit dokter bilang Clara butuh istirahat, ia kecapean dan sedikit stres, lalu aku bertanya apa tak ada hal yang serius, dokter menjawab, tidak ada.
Kami akhirnya pulang, menyiapkan makanan untuk Clara makan dan minum obatnya, Mia menyuruh Clara untuk banyak-banyak istirahat, dan Mia berencana akan mengajak Clara berlibur, sudah sangat lama memang mereka tidak berlibur, mungkin hari minggu mereka akan pergi bersama jika Clara sudah pulih.
Malamnya, Clara meminta tolong pada Mia untuk membuka pakaiannya, Clara ingin menggantinya dengan kemeja tipis, Mia kemudian membantunya di saat itu pula Mia melihat punggung Clara memar, lalu Mia menyentuhnya dan sedikit menekannya,
Clara merintih. “Awwh, sakit bu” ujar Clara, “ya Tuhan, Clara. Mengapa punggungmu memar?” tanya Mia sangat khawatir, “Itu, aku. Mmm.. aku, aku jatuh dari toilet sekolah. Aku terpeleset di dalam bilik dan punggungku membentur closet, maaf baru mengatakannya pada ibu, habisnya aku tak merasakan apapun tapi baru ini sakitnya, aku tak tahu kalau itu memar,” ucap Clara berbohong.
“Kau harusnya lebih berhati-hati Clara,” ujar Mia, lalu membantu Clara melepas bajunya dan menggantinya dengan kemeja. “Jika besok kau masih belum benar-benar pulih, ibu akan izin lagi untuk menemanimu di rumah,” ucap Mia
“Tidak bu, aku sudah cukup pulih. Ibu boleh bekerja besok aku benar-benar tak apa,” ujar Clara, “Baiklah.” balas Mia lalu mengecup kening Clara dan menidurkannya.
“Selamat malam” pamit Mia dan mematikan lampu kamar Clara,
“Selamat malam juga ibu.” balas Clara dan tertidur.
(POV Riyant On)
Sesampainya aku di rumah, seperti biasa aku membersihkan diriku dan berganti pakaian lalu mencari makan untuk ku makan, aku tidak bisa memasak.
Di rumah hanya ada aku dan ayah, ayah bekerja dan akan pulang petang dan makan malam bersama, setiap hari seperti itu, kadang ayah lembur dan pulang larut malam.
Kami sepakat untuk tidak punya asisten rumah tangga, jujur saja aku tak suka, dulu kami pernah punya art dan ia malah membawa kabur sejumlah uang yang ada di rumah, jadi ku pikir biar aku yang membereskan rumah, kalau soal makan kami bisa membeli di luar atau delivery.
Malamnya aku sedang makan bersama ayahku, ayah bertanya bagaimana sekolahku, aku menjawab “seperti biasa ayah, tidak ada yang menarik. Sekolah tetaplah sekolah, ada guru, siswa/i, teman-teman baru serta PR yang menumpuk,” jawabku.
Lalu ayah kembali bertanya, “Kau sudah punya teman? “ tanyanya, aku mengangguk. Kami makan malam dengan khidmat, lalu setelahnya seperti biasa aku membersihkan piring-piring kotor dan menoton TV sambil mengobrol dengan ayah sampai aku mengantuk.
...****************...
Keesokan harinya, aku tak melihat Clara, ku pikir ia akan terlambat ternyata ia tak masuk ‘mungkin ia sakit, kemarin ku lihat wajahnya sangat pucat’ pikirku, sebenarnya aku berencana untuk menjenguknya tapi aku tak tahu dimana rumahnya, dan teman-teman kelasku juga tidak ada yang tahu, lebih tepatnya tak peduli.
Aku tak mengerti, mengapa mereka bersifat apatis terhadap Clara, sampai aku bertanya pada Andi di jam istirahat di kantin, ia menjawab “Tak ada yang mau berteman dengannya, karena penampilannya yang ihh gak banget,” ujar Andi,
“Lihat saja, murid perempuan disini semua cantik-cantik dan juga bersih, tak hitam dekil macam Clara,” ucap Andi menambahkan. “Hanya karena fisik, kalian menjauhinya? Begitu?” tanya ku tak percaya.
“Kamu gak usah munafik Riyant, kamu juga suka kan perempuan yang cantik? Terlebih kau punya wajah yang tampan” sahut Yoga, “Jangan jadikan fisik sebagai tolak ukur untuk bergaul” balasku.
“kau terus membela Clara, kau menyukainya ya?” tanya Farhan, “Gila, yang benar saja Riyant. Kalau kau tak bisa memanfaatkan wajah tampanmu, lebih baik berikan pada Andi. Hahaha” balas Yoga,
“Aku juga tampan, enak saja” ucap Andi dengan sangat percaya diri. “Aku ingin menjenguk Clara, kalian tahu rumah Clara?” tanyaku, serempak mereka menoleh terkejut kepadaku.
“Apa? Ada yang aneh?” tanyaku, lalu Yoga meraba dahiku dan menempelkan tangannya di bokongnya “Hangat, kau benar-benar sudah tak waras,” ujar Yoga.
Aku memutar bola mata malas
“Janya karena fisik Clara yang tak mampu memenuhi ekspektasi kalian, bukan berarti kalian bebas menghakiminya.” ujarku, lalu meninggalkan mereka di kantin.
Mereka menatap kepergian Riyant dengan tatapan tak percaya
‘mengapa Riyant membela Clara seperti itu, padahal baru bertemu’ pikir mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments