Bad Day

(POV Clara On)

Aku menggeliat dan membuka mata, membiaskan cahaya masuk ke mataku ‘aku ketiduran,’ pikirku, aku tidak langsung duduk melainkan mencari ponselku, aku meraba-raba sekitar guna mencari ponsel dan .... dapat!

Aku membukanya dan betapa terkejutnya aku, ketika melihat notifikasi handphoneku banyak sekali. Refleks aku terduduk diam menatap layar ponsel ku ‘ya Tuhan’ kataku dalam hati.

Ternyata video yang ku kirim belum ku ubah pengaturannya, seingatku sudah ku ubah, bagaimana ini bisa terjadi, notifikasi aplikasiku benar-benar membludak, dan aku melihat komentar yang ada di videoku, komentarnya seperti,

‘ada **** berdandan, hahaha’

‘ya Tuhan, apa dia berdandan tidak menggunakan cermin?’

‘tingkatkan terus. Berat badanmu maksudnya. Hahaha’

‘aku ingin menghujat, tetapi kalian sudah mewakili hujatanku’

‘apa ini? Sangat jelek’

‘orang bodoh dari mana ya ampun, benar-benar jelek’

‘kau tidak punya cermin ya di rumah? Wajahmu itu jelek dan badanmu sangat tidak bagus’.

Dan masih banyak komentar hinaan yang ada di video ku. Cukup lama aku terdiam mencerna kejadian yang menimpaku, 'apa aku sedang bermimpi?' pikirku, aku yakin aku sedang bermimpi, aku menepuk pipiku berkali-kali dan mencubit lenganku berharap ini mimpi, tapi ini nyata, dan aku menangis.

Ku lempar ponselku ke sembarang arah, mengacak-acak apapun yang berada di sekitarku. 'sudah cukup! Aku lelah!

‘aku ingin hidup tanpa hinaan’

‘wajah jelekku tidak menular kepada kalian?’

‘sampai kapan kalian terus menghinaku?’

(POV Clara Off)

“ASTAGA CLARA” Jerit Mia histeris melihat Clara menangis lemas di lantai dengan penampilan yang sangat berantakan, Mia menghampiri Clara dan memeluknya.

“Tak apa sayang, ibu disini. Masih ada ibu yang menyayangimu” hibur Mia kepada Clara yang masih terus menangis.

“Bu, apa aku jahat? Apa aku tak boleh melakukan apa yang orang lain lakukan? Mengapa semua orang terus menerus menghinaku? Aku lelah bu” ujar Clara setengah menjerit. “Kamu tidak jahat, yang jahat mulut dan tangan mereka” balas Mia, Clara masih terus menangis ia sangat sakit.

 

...----------------...

 

Keesokkan harinya Mia bangun terlebih dahulu lalu mulai menyibukan diri seperti biasa sebelum berangkat bekerja, ketika dirasa ia sudah selesai dengan dirinya ia pun turun ke dapur untuk sarapan,

‘mungkinkah putriku sudah bangun?’ pikirnya, terbesit rasa khawatir pada batinnya soal kejadian kemarin, rasanya berat jika Clara harus berangkat sekolah hari ini.

Tepat ketika ia berada di dapur, tidak ada siapapun dan tidak ada sarapan yang tersaji ‘putriku belum bangun?’ tanya batinnya pada diri sendiri, rasa khawatir dan cemas semakin membuncah, ia pun bergegas menuju kamar putrinya, di ketuklah pintu kamar putrinya dan memanggil namanya, tapi sayang tak ada sahutan yang ia dapat, kamarnya hening.

Seperti tak ada manusia di dalam, Mia semakin khawatir dan mencoba untuk memutar knop pintu, tetapi pintu terkunci dari dalam. Mia mulai menangis menggedor pintu Clara sembari memanggil nama putri semata wayangnya,

“Claraa”

Dukdukduk

"Claraaaa"

Dukdukduk

Teriak Mia sembari menggedor pintu, hampir 10 menit Mia menggedor pintu kamar Clara, namun tak ada jawaban apapun di dalam sana, tepat ketika ia akan mendobrak pintu kamar Clara yang bernuansa putih, saat itulah ia melihat Clara.

Mia terdiam.

“Ada apa bu?” tanya Clara bingung menatap ibunya yang terlihat sembab, ia sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Mia langsung memeluk Clara, Clara semakin kebingungan.

“Kau di rumah saja, izin sekolah ya?” ujar Mia,

“Tapi bu, kalau aku tidak sekolah aku akan tertinggal” balas Clara,

Mia melepaskan pelukannya

“Ibu mengkhawatirkanmu nak” ucap Mia sambil mengelus surai rambut cepak Clara, Clara tersenyum.

“Aku yakin aku baik” balas Clara dengan senyumnya, padahal jauh di lubuk hati yang paling dalam, Clara sama sekali tidak yakin dengan ucapannya.

“Maaf bu, aku kesiangan lagi. Aku jadi tidak sempat membuatkan ibu sarapan” ujar Clara menunduk, Mia mengangkat dagu Clara sambil tersenyum.

“Tak apa, ayo ke dapur kita buat roti panggang, karna sepertinya sudah terlambat jika kita memakan nasi goreng” balas Mia sambil melihat jam tangan yang terbalut rapih di lengan kirinya yang ramping, lalu mengajak Clara menuju dapur untuk sarapan bersama.

Ya, berbeda dengan Clara anaknya, Mia sangat cantik meskipun ia sudah berumu 45th, ia terlihat sangat muda seperti berumur 20th, wajahnya yang cantik, senyumnya yang manis, rambut dengan potongan model bob yang indah, serta tubuhnya yang ramping nan putih.

Kadang Clara berpikir ia anak adopsi karena sangat berbeda dengan ibunya, tetapi ibunya mengatakan bahwa tentu Clara adalah anak kandungnya, Clara sempat tak percaya tetapi Mia terus memberikan beberapa bukti seperti foto masakecilnya sampai tes DNA dan yaa, Clara adalah anak kandung Mia.

Setelah selesai sarapan, Mia mengantar Clara ke sekolah. Awalnya Clara menolak tapi Mia memaksa karena kalau tidak di antar ia akan terlambat.

Meskipun mereka punya kendaraan pribadi, tetapi mereka jarang sekali menggunakannya, mereka lebih suka naik bus untuk jika sedang hangout dengan yang lain (khususnya Mia) karena Clara jarang dan hampir tidak pernah hangout, kecuali bersama ibunya, Mia. Mereka akan menggunakan kendaraannya untuk keluar bersama atau ketika Mia terlambat pergi ke kantor.

Ketika sampai sekolah, Clara pamit kepada Mia. Sebelum Clara membuka pintu mobil Mia berpesan, “Sayang, apapun yang terjadi. Hubungi ibu” ujar Mia mengelus pipi Clara lembut.

Clara tersenyum, “Baik bu, aku pamit sekolah dulu ya bu” balas Clara sembari mencium tangan ibunya dan menutup pintu mobil, sebelum berangkat Mia melambai pada Clara dan Clara membalasnya.

(POV Clara On)

Setelah di rasa mobil ibu pergi meninggalkan kawasan sekolahnya, senyumku memudar sekaligus tangan yang sedari tadi melambai ku turunkan dengan lesu, aku berbalik menatap gerbang sekolah dan menghela nafas,

“Haaahhhhhh... aku tidak yakin ini hari yang indah” gumamku lebih kepada dirinya sendiri.

Aku melangkahkan kakiku berat perlahan menuju kelas, melewati gerbang sekolah dan melewati lapangan sekolah.

Aku terdiam menatap lorong sekolah yang akan melewati lapangan, disana banyak siswa/i lalu lalang, dan beberapa murid laki-laki yang sedang bermain basket di lapangan.

Rasa takut menyelimuti dirinya, tetapi ia tetap melanjutkan langkahnya perlahan menuju kelasnya, ia berjalan sambil menundukkan kepala, ketika langkahnya tepat di tengah lorong, sebuah bola basket menghantam kepalanya membuat Clara tersungkur.

DUK!

“Awhh” rintihku

‘ya Tuhan, aku belum sampai kelasku, tapi sudah menderita mungkinkah ini awal burukku di hari yang sangat buruk? Aku pusing’ batinku, aku masih tersungukur di lantai lorong, rasa pusing di kepala menyerangku, aku mencoba untuk tetap sadar tetapi tak bisa.

Ku lihat murid lelaki datang menghampiriku, bukannya menolong tapi malah mengambil bola basket yang menggelinding di dekat kepalaku tanpa mengindahkan diriku yg tergeletak, selain itu datang segerombolan siswa/i lainnya yang berkerumun menertawakanku.

Dengan pandangan buram ku lihat satu-persatu dari mereka, tak ada satupun yang menolongku, mereka terus menertawaiku. Aku menangis dalam hati, aku tak bisa mendengar apapun kemudian kurasakan pandanganku mulai menggelap dan aku tak sadarkan diri.

...----------------...

Aku terbangun dengan rasa pusing yang menyerang kepalaku, “Duhh sakit” rintihku, aku mencoba untuk membiaskan cahaya yang berada di ruangan ini pada mataku yang masih dirasa buram.

Aku mencoba untuk tenang sambil menahan rasa pusing di kepalaku, sungguh benar-benar pusing, ini jauh lebih pusing daripada aku mengerjakan ratusan soal matematika.

Ketika dirasa pandanganku normal seperti biasa, kucoba untuk duduk bersandar melihat sekeliling ruangan, ternyata ia di UKS ‘ku pikir, aku sudah mati’ batinnya.

Aku melihat jam yang terpasang di dinding ruang UKS ternyata ini jam 10, siswa/i sedang istirahat, ku putuskan untuk tetap berada di UKS sampai pulang sekolah, karena aku masih terlalu takut untuk datang ke kelas, seharusnya aku menuruti ucapan ibuku yang menyuruhku izin sekolah hari ini.

Ketika ku rasa kepalaku mulai membaik, aku mengambil ponsel ku yang berada di tas yang terletak di ranjang UKS sebelahku, ternyata ibu mengirimi ku banyak pesan, pesannya hampir semua sama, ibu bertanya apa aku baik-baik saja,

Ku jawab dalam hati ‘aku tidak baik’ tapi aku membalas pesan ibuku dengan ‘maaf bu, aku baru selesai belajar’ lagi-lagi aku berbohong, aku tak mau ibu mengkhawatirkanku dan jadi tak fokus dengan pekerjaannya, ku rasa ponsel ku kembali bergetar. ‘Ah balasan dari ibu’ ujarku dalam hati.

“*S**yukurlah, ibu sangat khawatir. Ibu kerja dulu ya. Kabari jika terjadi sesuatu padamu*” aku tak membalas pesan ibuku lagi karena tak mau mengganggunya, jadi aku bermain game di ponselku.

(POV Clara Off)

Clara masih bermain game di ponselnya, hingga ia merasa pintu UKS terbuka, refleks Clara menoleh ke arah pintu dan menyembunyikan ponselnya di selimut UKS 'seseorang memsuki UKS? siapa? ’ tanyanya dalam hati dengan perasaan waswas, ia menatap pintu UKS dengan lamat, cukup trauma karena insiden yang terjadi di toilet sekolah.

Dilihatnya seorang murid laki-laki dengan balutan seragam yang sedikit kotor, ia terlihat sangat asing bagi Clara, murid itu masuk ke UKS, ketika murid itu sudah berada di dalam dan menutup pintu UKS pandangannya terhenti pada Clara, mereka bertatapan sepersekian detik hingga Clara mengalihkan pandangannya.

“Ah maaf, ku pikir disini tak ada orang, aku hanya ingin mengobati luka ku,” ujar murid itu pada Clara dan langsung mencari obat merah, kapas dan plester untuk mengobati lukanya, Clara melihat siku di lengan kanan murid itu lecet dan berdarah, entahlah mungkin ia jatuh terpeleset.

“Dimana penjaga UKS?” tanya murid itu pada Clara setelah mendapatkan apa yang ia cari, “Istirahat” jawab Clara singkat, Clara tidak terbiasa berbicara dengan orang asing. karena seumur hidupnya ia sendirian tak punya teman.

Murid laki-laki itu duduk sambil mencoba mengobati luka dengan tangan kirinya, ia sangat kesusahan, Clara ingin membantunya tapi ia malu sampai murid itu meminta tolong,

“Maaf, tapi bisakah kau menolongku?” tanya murid lelaki itu menghampiri Clara yang masih berada di ranjang UKS sambil tersenyum, “Aku kesusahan, Ah ya. Aku Riyant, aku murid pindahan dan baru hari ini aku masuk. Kelasku di X.B IPA. Siapa namamu?” tambah Riyant memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan kepada Clara.

“Aku Clara, sepertinya kita satu kelas” balas Clara menjabat tangan Riyant, “Ohya? Aku tidak melihatmu di kelas, kau mengapa ada disini?" Tanya Riyant.

“Sini obat merah dan kapasnya, aku akan mengobatimu” ujar Clara tak mengindahkan pertanyaan Riyant,

Clara mulai mengobati Riyant dengan telaten. “Kau sakit?” tanya Riyant lagi,

Clara mengangguk “Sedikit pusing” balasnya.

Setelah selesai, Riyant bertermakasih pada Clara dan mengembalikan obat merah ke tempatnya dan membuang kapas bekas ke tempat sampah medis.

Tepat saat Riyant membuang sampah, bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa pelajaran hari ini akan di mulai, mendengar itu Riyant menoleh ke arah Clara,

“Kau masih sakit? Atau mau ke kelas bersamaku?” tanya Riyant,

“Aku akan disini sampai pulang, kepalaku masih sangat pusing” balas Clara,

Riyant mengangguk “Baiklah, aku akan memberitahu guru kau izin sakit, cepatlah sembuh Clara, aku duluan” balas Riyant dan menutup pintu UKS, Clara menghela napas dan merebahkan kembali tubuhnya di ranjang UKS.

 

 

...****************...

(POV Riyant On)

Riyant, seorang murid laki-laki pindahan yang sangat tampan, rambut hitamnya dengan potongan yang rapi, tubuhnya yang tinggi tegap, hidung mancungnya yang menawan serta senyumnya yang manis.

Ia memulai hari barunya di sekolah baru, karena ayahnya dipindah tugaskan bekerja di daerah ini mau tak mau Riyant pun mengikutinya dan pindah sekolah, Riyant hanya tinggal bersama sang ayah, ibunya sudah lama meninggal, jadi kemanapun ayahnya di pindah tugaskan lagi Riyant pasti akan pindah sekolah,

sudah sangat sering ia seperti itu, tetapi untungnya Riyant pandai bergaul jadi ia dengan mudah mendapat banyak teman, apalagi dengan wajahnya yang tampan tentu saja ia popular.

Hari ini hari pertama ku di sekolah baru, ku langkahkan kakiku menuju ruang kepala sekolah, menanyakan di kelas mana aku akan ditempatkan, kepala sekolah menuntunku ke ruang kelas baru ku, aku mengikutinya, di lorong menuju kelasku, aku melihat banyak sekali murid-murid berkerumun.

Aku dan kepala sekolah menghampiri kerumunan itu, lalu aku mengintip sedikit karena penasaran, ternyata ada yang pisan, kulihat seorang siswi berbadan gendut tergeletak tak sadarkan diri. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena terhalang banyak orang, kemudian kepala sekolah menyuruh seseorang mengantarkan murid yang pinsan itu ke UKS tapi tak ada yang mau mengangkatnya, dengan alasan berat.

Lalu kepala sekolah menyuruh 2 orang OB untuk mengangkat murid itu, 2 orang OB pun mulai mengangkatnya dan ia di bawa ke UKS aku masih tidak bisa melihat wajahnya, tapi yasudah lagi pula itu tak penting bagiku.

Kami pun melanjutkan perjalanan ke kelasku. Aku tidak terlalu memerdulikan kejadian tadi, karena aku tidak mengenalnya.

Sesampainya di kelas, kepala sekolah menyerahkan aku kepada seorang guru perempuan di hadapanku, lalu aku diminta memperkenalkan diri, sedikit heboh memang, terlebih siswi di kelas ini sangat berisik,

Selesai aku memperkenalkan diri, guru menyuruhku duduk di bangku yang ksosong di pojok kelas ‘tempat yang nyaman’ pikirku, karena aku suka tempat yang berada di pojok kelas. Aku langsung duduk, dan mengikuti pelajaran seperti biasa.

Bel istirahat sekolah berbunyi, ada 3 orang murid laki-laki menghampiriku mereka bernama, Andi, Yoga dan Farhan. Mereka mengajakku ke lapangan basket untuk bermain basket, akupun menyetujui dan ikut bermain dengan mereka.

Kami memulai permainan, peramainan mereka sangat hebat, tapi jelas jauh lebih hebat aku. Aku bermain dengan semangat, sampai tida-tiba aku terpeleset dan sikuku tergores, lumayan perih. Aku menyudahi permainannya dan izin kepada mereka untuk mengobati luka ku.

Sebenarnya aku tak tahu letak UKS dimana, jadi aku bertanya pada OB yang berada di dekatku, karena jam istirahat di sini sangat sepi, sedangkan kantin sangat ramai, ayolah semua orang pasti akan berkumpul di kantin di banding ke UKS apalagi ke perpustakaan kalau tidak ada urusan di dua tempat itu.

OB tersebut menuntunku ke arah UKS, aku berterimakasih padanya dan mulai berjalan menuju UKS.

Ketika aku memasuki ruang UKS, aku bertemu dengan seorang siswi, rasanya tak asing. ‘sepertinya ia murid yang tadi pagi pinsan di lorong’ pikirku, atau mungkin saja bukan? Entah lah,

“Ah maaf, ku pikir disini tak ada orang, aku hanya ingin mengobati luka ku,” ujarku pada siswi yang duduk di ranjang UKS dan langsung mencari obat merah, kapas dan plester untuk mengobati lukaku.

“Dimana penjaga UKS?” tanyaku basa-basi pada siswi itu setelah mendapatkan apa yang aku cari,

“Istirahat” jawabnya singkat

Ah benar, inikan jam istirahat. Aku duduk di kursi yang berada di dekatku kemudian mulai mengobati lukaku, sangat sulit mengobati luka di siku, lalu ku toleh kepalaku ke arah siswi itu, aku ingin meminta tolong,

“Maaf, tapi bisakah kau menolongku?” tanya ku kemudian menghampirinya yang masih berada di ranjang UKS sambil tersenyum mencoba seramah mungkin,

“Aku kesusahan, Ah ya. Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Riyant, aku murid pindahan dan baru hari ini aku masuk. Kelasku di X.B IPA. Siapa namamu?” aku memperkenalkan diri dan mengulurkan tanganku.

Ia menjabat tanganku “Aku Clara, sepertinya kita satu kelas” balas Clara, ah namanya Clara.

“Ohya? Aku tidak melihatmu di kelas, kau mengapa ada disini?” aku mulai berbasa-basi.

“Sini obat merah dan kapasnya, aku akan mengobatimu” ujar Clara tak mengindahkan pertanyaanku, Clara mulai mengobati lukaku dengan telaten.

“Kau sakit?” tanyaku sekali lagi, Clara mengangguk, “Sedikit pusing” balasnya.

Setelah selesai, aku bertermakasih pada Clara dan mengembalikan obat merah ke tempatnya dan membuang kapas bekas ke tempat sampah medis.

Tepat saat aku membuang sampah, bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa pelajaran hari ini akan di mulai, mendengar itu ku toleh arah pandangku ke arah Clara,

“Kau masih sakit? Atau mau ke kelas bersamaku?” aku mengajaknya,

“Aku akan disini sampai pulang, kepalaku masih sangat pusing” balas Clara.

Aku mengangguk mendengarnya “baiklah, aku akan memberitahu guru kau izin sakit, cepatlah sembuh Clara, aku duluan,”

Kututup pintu UKS, dan meninggalkan Clara sendiri disana.

(POV Riyant Off)

Hari ini berjalan seperti biasa bagi Clara, rasa bosan, takut, cemas dan gelisah. Beberapa menit yang lalu setelah bel pulang sekolah berbunyi ibunya menelpon bahwa ia ingin menjemput Clara di sekolah, tetapi Clara menolak, ia ingin berjalan kaki sendiri, Clara berharap ketika ia sedang berjalan kaki hujan turun, ia ingin sekali menangis, atau ia berharap ada mobil yang menabraknya lalu ia mati. ia sungguh sangat lelah dengan keadaan dan hidupnya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, ia selalu di tatap oleh banyak orang, tak banyak dari mereka berbisik satu sama lain mengomentari bentuk tubuh dan wajahnya, Clara geram tapi tak bisa berbuat apapun, Clara bosan di situasi seperti ini.

Andai ia tak lahir, mungkin ia tak menerima nasib seperti ini. Clara berjalan perlahan dengan pandangan kosong, ketika ia akan menyebrang jalan, tiba-tiba klakson motor berbunyi, Clara tidak mendengarnya, karena ia sibuk dengan pikirannya, sibuk dengan lamunannya, hingga...

Next bakal di lanjut 😅

Happy Reading^^

Terpopuler

Comments

Swastamita_

Swastamita_

sediiih aku thor, masa remajanya penuh dgn pembullyan😥

2020-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!