Tanggung jawab

Sudah dua hari berlalu sejak kejadian kecelakaan itu, aku merasa luka di kepala dan kaki pun sudah membaik, walaupun terkadang masih kurasakan nyeri.

Pagi ini aku sudah bersiap untuk pergi, tapi bukan untuk cek up ke rumah sakit, lupakan janjiku kepada dokter itu. Menurutku ini hanya luka kecil yang akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu di manjakan.

Tapi aku bersiap untuk pergi bekerja, sudah 2 hari aku tidak masuk, entah berapa bos pelit ku itu akan memotong gajiku nanti.

Tapi tiba-tiba indera pendengaran ku menangkap suara yang tidak begitu asing sedang berbicara kepada ayah yang tengah berolah raga di teras rumah, ku intip dari jendela kamarku dan ternyata ada sosok Satria di sana.

"Mau apa dia datang sepagi ini?" Aku merasa heran dengan kehadiran pria itu. Aku pun berjalan keluar kamar dengan pincang, karena memang sebenarnya kakiku masih sangat sakit jika dipakai untuk berjalan.

"Hai ... selamat pagi, Manda!" Satria menyapaku dengan senyuman sehangat mentari pagi.

"Selamat pagi." Aku hanya membalasnya singkat tanpa basa basi.

"Kau sudah siap?"

"Siap apanya?" Aku menautkan kedua alisku, aku bingung maksud dari pertanyaan Satria.

"Bukankah hari ini jadwal cek up mu? Kau ingatkan?" Satria balik bertanya kepadaku.

"Aku sudah membaik kok, jadi buat apa ke rumah sakit lagi?" Aku berusaha menutupinya dengan berbohong kepada Satria.

"Kau jangan membodohi ku, kulihat tadi kau masih pincang. Itu tandanya kau belum sembuh, mari sekarang aku antar kau ke rumah sakit." Pria ini datang pagi-pagi sekali hanya untuk menjemput dan mengantarkan ku cek up ke rumah sakit, apa aku pantas merasa tersanjung dengan perhatiannya ini?

"Tapi aku harus bekerja!" Ini senjata terakhirku agar dia berhenti mengajakku ke tempat menyebalkan itu. Aku benci rumah sakit!

"Sudah, lupakan dulu pekerjaan, fokuslah kepada kesembuhan mu, karena itu yang terpenting. Setelah kau sembuh, kau masih bisa bekerja lagi." Satria berbicara dengan tegas, seperti seorang suami yang mengatur istrinya. Lagi-lagi hatiku tersentuh dengan sikapnya ini.

"Satria benar, nak! Kesembuhan mu nomor satu." Ayah ikut-ikutan membela Satria.

"Baiklah." Akhirnya aku pasrah dan menuruti kemauan kedua pria ini, walaupun hatiku merasa berat sekali.

Aku melangkah pelan menuju mobil Satria dengan kaki yang pincang, setelah berpamitan dengan ayah tentunya. Satria memapah ku dengan hati-hati, tangan kekarnya memeluk pinggangku erat sekali, aku agak risih tapi entah mengapa tubuhku seolah tak keberatan dengan perlakuannya ini.

"Mau kemana pagi-pagi begini?" Seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan yang biasanya ku panggil Bu Lela bertanya dengan sinis, dia sedang berkumpul bersama 2 orang lainnya yang juga memandangiku dengan tatapan tidak suka.

Aku tahu pertanyaan itu Bu Lela lontarkan karena ingin menyindirku karena berjalan dengan seorang pria.

"Mau ke rumah sakit, Bu ... mau cek up luka Manda." Satria menjawab dengan cepat sebelum aku membuka suara.

"Oh ... kirain mau ke mana." Ucap bu Lela lagi. Jujur sebenarnya aku sangat sebal jika wanita ini sudah mengusik telingaku dengan suaranya itu, tapi aku juga mengerti, beginilah jika hidup bertetangga dengan ibu-ibu yang suka usil.

"Kami permisi dulu ya Bu Lela." Tukas ku mengakhiri obrolan tak berfaedah ini, meladeninya hanya membuang-buang waktu saja. Dan aku tahu, setelah aku beranjak pergi, pasti bu Lela akan menggosipkan dengan dua temannya itu. Tapi aku tak perduli.

***

Seperti sebelumnya, aku hanya diam memandangi jalanan dari balik kaca jendela mobil. Bukannya aku sombong atau tidak menyukai Satria, tapi aku hanya bingung harus memulai pembicaraan kami dari mana?

"Aku sudah menemui bos mu dan meminta izin agar kau istirahat di rumah sampai kau benar-benar pulih." Tiba-tiba suara Satria mengagetkanku. Bukan cuma suaranya tapi pernyataannya yang lebih membuatku terkejut bukan main.

"Apa ...? Lalu apa yang dia katakan?" Aku segera memutar kepalaku menghadap Satria. Sungguh aku tak menyangka dia akan melakukan itu.

"Apa lagi ...? Ya tentu saja mengizinkannya! Memangnya dia mau bertanggung jawab jika sakit karyawannya semakin parah jika dipaksakan untuk bekerja?" Ucapan Satria ada benarnya juga. Tapi masalahnya bos pelit ku itu akan memotong gajiku yang tidak seberapa, lalu dari mana aku akan membayar cicilan hutang ibu? Belum lagi untuk makan aku dan ayah sehari-hari. Belum apa-apa aku sudah pusing memikirkan semua ini.

"Ada apa? Kenapa kau diam?" Sekali suara Satria mengagetkanku, membuyarkan lamunanku tentang kesusahan yang akan segera aku hadapi setelah gajian nanti.

"Hmmm ... tidak apa-apa!" Aku mencoba menutupi keresahan hatiku, aku malu jika Satria sampai tahu apa yang sedang aku pikirkan.

Kami kembali membisu, suasana pun kembali hening, sampai mobil Satria memasuki parkiran rumah sakit dan berhenti di samping mobil-mobil lain yang berjejer dengan rapi.

Satria buru-buru turun dan segera membukakan pintu di sebelahku, aku cukup tersanjung dengan sikapnya ini, betapa dia sangat menghargai ku sebagai seorang wanita.

"Mari turun!" Satria mengulurkan tangannya. Dengan sedikit ragu, aku meraih tangan pria itu dan berusaha untuk keluar dari mobil.

Aku sudah berada di luar mobil, ku edarkan pandangan dan aku baru tersadar jika jarak parkiran ke gedung rumah sakit lumayan jauh untuk ukuran manusia yang sedang terluka sepertiku ini.

"Maaf seharusnya aku mencari kursi roda agar kau tidak perlu berjalan." Satria memandangku dengan perasaan bersalah.

"Tidak apa-apa! Aku bisa kok berjalan kesana." Aku mencoba meyakinkan Satria, dan pria itu terdiam walaupun wajah tampannya masih terlihat cemas.

Aku berusaha untuk berjalan dengan dipapah oleh Satria, meskipun kakiku masih terasa sakit, aku mencoba menahannya.

Tapi sepertinya Satria tak sabar dengan langkahku yang lambat seperti seekor keong ini, tanpa permisi Satria segera mengangkat tubuhku.

"Hey ... apa yang lakukan? Turunkan aku!" Aku mencoba memberontak agar Satria menurunkan ku, tapi pria itu tak menghiraukannya.

"Jangan bergerak-gerak! Atau kita akan jatuh!" Mendengar kata-kata Satria aku reflek mengalungkan kedua lenganku dilehernya untuk berpegangan.

Satria melangkah menuju gedung rumah sakit dengan menggendong tubuh kurus ku, orang-orang memandangi kami dengan tersenyum, entah apa yang ada dipikiran mereka.

Tapi sumpah demi apapun, aku sungguh malu. Ku sembunyikan wajah merona ku di dada bidang Satria, terserah dia dan semua orang mau berfikiran apa!

Satu jam kemudian, aku sudah selesai melakukan pemeriksaan. Kata dokter lukaku sudah membaik dan aku harus kembali 2 hari lagi untuk cek up berikutnya, aku hanya mengangguk patuh walaupun aku tidak berniat untuk mengikuti perintahnya.

Kami sudah berada di parkiran dan kali ini aku meminta Satria mendorongku dengan kursi roda, aku tak ingin dia menggendongku lagi seperti tadi. Sungguh itu sangat memalukan.

Satria membantuku masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan kursi roda itu diparkiran, lalu dia pun ikut masuk dan duduk di belakang kemudi.

"Maaf ... aku boleh bertanya?" Ragu-ragu aku menyampaikan pertanyaan ini. Satria segera menoleh ke arahku.

"Mau bertanya apa?"

"Kenapa kau melakukan semua ini? Hmmm ... maksudku, kenapa kau baik sekali kepadaku?" Sudah benarkan pertanyaan ku ini? Mendadak aku menjadi gugup saat Satria menatap lekat wajahku.

"Aku hanya sedang bertanggung jawab karena telah membuatmu terluka begini. Aku tak mungkin membiarkan korban yang ku tabrak begitu saja." Pria tampan dan berwibawa itu tersenyum setelah dia menjawab pertanyaan ku.

"Iya, jawaban yang cukup masuk akal, memangnya jawaban seperti apa yang kau harapkan Amanda?" Gumam ku dalam hati.

***

Jika masih ada yang bingung tentang inti cerita ini, aku akan katakan ...

Kisah ini tentang kehidupan dan kejadian sehari-hari, alurnya tenang, konfliknya tidak seberat novelku yang sebelumnya tapi mudah-mudahan ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini.

Mohon dukungannya ya sayang akuh ...

Like novel aku ini di Kontes You Are A Writer Season 4 ya ...💜

Terpopuler

Comments

Nur Kholifah

Nur Kholifah

masih nyimak alur ceritanya

2021-07-18

1

Wanda Melinda

Wanda Melinda

sku suka kok alur ceritanya.bagiku mudah dimengerti & enak dibaca 👍👍👍

2021-03-09

1

Nia Bae

Nia Bae

alurnya santai tpi pasti

2021-01-13

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Awal bertemu dengannya
3 Tanggung jawab
4 Tertegun
5 Hutang budi 1
6 Hutang budi 2
7 Mulai tertarik
8 Semakin tertarik
9 Masa lalu dan alasan
10 Rencana yang gagal
11 Sakit yang terbuka lagi
12 Pengakuan
13 Gara-gara Bu Lela
14 Ungkapan rasa
15 Buket bunga krisan
16 Rencana Satria 1
17 (Side Story) Duka hati Satria
18 Rencana Satria 2
19 Rencana Satria 3
20 Sisi lain Satria
21 Efek jatuh cinta
22 Izin ayah membuat sedih
23 Barbie dan kehidupan baru
24 (Side story) Rasa sakit dan sedih Satria
25 Dasar Satria
26 Mantan
27 Terbawa suasana
28 (Side story) Kemarahan Renita
29 Cemburu
30 Kau milikku 1
31 Kau milikku 2
32 Teror lagi
33 Pemberitahuan
34 Oleh-oleh dari Dimas
35 (Side story) Terbongkar
36 Sakit hati dan kecewa
37 (Side story) Kebingungan Satria.
38 Mengadu
39 (Side story) Kegalauan Satria.
40 Satria vs Dimas
41 Belum menyerah
42 (Side story) Perjuangan Satria
43 Penjelasan yang meluluhkan
44 Melabrak
45 Masa lalu yang terungkap
46 (Side story) Tertangkap basah
47 Kecelakaan
48 Larangan ayah
49 Hari yang menyedihkan 1
50 Hari yang menyedihkan 2
51 Kejutan
52 (Side story) Akhirnya.
53 Kebaya nikah
54 Penculikan Amanda
55 (Side story) Ternyata Dimas
56 Kemarahan Satria
57 Hari bahagia yang penuh duka.
58 Ikhlas
59 Harapan yang terkabul
60 Tamat
61 Bonus episode 1
62 Bonus Episode 2
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Prolog
2
Awal bertemu dengannya
3
Tanggung jawab
4
Tertegun
5
Hutang budi 1
6
Hutang budi 2
7
Mulai tertarik
8
Semakin tertarik
9
Masa lalu dan alasan
10
Rencana yang gagal
11
Sakit yang terbuka lagi
12
Pengakuan
13
Gara-gara Bu Lela
14
Ungkapan rasa
15
Buket bunga krisan
16
Rencana Satria 1
17
(Side Story) Duka hati Satria
18
Rencana Satria 2
19
Rencana Satria 3
20
Sisi lain Satria
21
Efek jatuh cinta
22
Izin ayah membuat sedih
23
Barbie dan kehidupan baru
24
(Side story) Rasa sakit dan sedih Satria
25
Dasar Satria
26
Mantan
27
Terbawa suasana
28
(Side story) Kemarahan Renita
29
Cemburu
30
Kau milikku 1
31
Kau milikku 2
32
Teror lagi
33
Pemberitahuan
34
Oleh-oleh dari Dimas
35
(Side story) Terbongkar
36
Sakit hati dan kecewa
37
(Side story) Kebingungan Satria.
38
Mengadu
39
(Side story) Kegalauan Satria.
40
Satria vs Dimas
41
Belum menyerah
42
(Side story) Perjuangan Satria
43
Penjelasan yang meluluhkan
44
Melabrak
45
Masa lalu yang terungkap
46
(Side story) Tertangkap basah
47
Kecelakaan
48
Larangan ayah
49
Hari yang menyedihkan 1
50
Hari yang menyedihkan 2
51
Kejutan
52
(Side story) Akhirnya.
53
Kebaya nikah
54
Penculikan Amanda
55
(Side story) Ternyata Dimas
56
Kemarahan Satria
57
Hari bahagia yang penuh duka.
58
Ikhlas
59
Harapan yang terkabul
60
Tamat
61
Bonus episode 1
62
Bonus Episode 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!