Aku Bukan Pelakor
Sedikit kutipan ...
Sujiwo Tejo pernah berkata,
"Menikah adalah nasib, mencintai adalah takdir. Kau boleh berencana menikah dengan siapa, tapi kau tak bisa menentukan cintamu untuk siapa."
Dan itulah kebenaran yang harus dipahami setiap orang, cinta akan datang dengan caranya yang tak terduga dan berlabuh kepada orang yang mungkin tak disangka.
Kita hanya cukup menjalani dan menikmatinya saja.
Tapi bagaimana jika cinta justru hadir untuk seseorang yang tak semestinya?
Mencintai seseorang yang sudah ada pemiliknya?
Apakah cinta salah?
***
Malam bergulir kian larut, meninggalkan kesunyian yang kian senyap. Namun mata ini tak juga menunjukan kelelahannya. Sebaliknya, aku malah asik membaca baris demi baris berita tentang perebut suami orang (pelakor) yang baru-baru ini santer diberitakan. Penggerebekan suami dan pelakor, pelakor yang berbangga merusak rumah tangga orang, istri yang menghujani pelakor dengan uang ratusan ribu, suami yang rela meninggalkan anak istri demi pelakor, berita-berita tersebut penuh memenuhi beranda media sosialku.
Ribuan orang membagikan beritanya. Ratusan ribu orang mengomentarinya, menghujat pelakor karena sudah merebut dan menghancurkan rumah tangga orang. Bak Serigala yang mengaum ketika kawanannya bersuara, dengan kompak mereka mem-bully pelakor. Tanpa mau tahu alasan dibalik perselingkuhan itu.
Sudahlah. Untuk apa aku mengurusi berita tidak berguna itu. Toh lelaki yang kini berada di sampingku itu tampak bahagia. Lihatlah senyum kecil di sudut bibirnya. Padahal baru beberapa waktu lalu dia mendekatiku dengan rasa sakitnya. Tapi sekarang dia sudah tertawa riang. Damai sekali.
Kalian pasti bertanya apakah aku pelakor? Apakah dia sudah beristri?
Ya. Dia memang sudah menikah. Dan dia mendekatiku karena merasa tertekan oleh istrinya. Dasar istri bodoh. Suami sebaik ini kau sia-siakan dan kau malah membuat tingkah yang memuakkan. Tentu saja suamimu akan lari.
Biar aku ajarkan bagaimana menyambut lelaki yang benar.
Tanpa kabar dia mendatangiku. Meskipun keheranan, aku tetap melayaninya dengan benar. Menyediakan nya makan, menyiapkan teh hangat untuknya, membiarkan dia rileks tanpa menghujaninya dengan ucapan-ucapan yang membuatnya muak dan emosi.
Beberapa waktu yang lalu, saat ia meletakkan kepalanya dipangkuan ku, dia ingin aku memanjakannya. Aku tahu betapa tuntutan pekerjaan membuatnya lelah. Dia pulang berharap ketenangan untuk beristirahat, tapi sang istri malah menghadangnya dan berbicara macam-macam, membuat rasa lelah dan emosinya bercampur jadi satu. Lalu akhirnya meluap menjadi pertengkaran.
Jadi, salah siapa lelaki ini bisa tertidur di atas pangkuanku?
Bila kau pintar, kau akan menjawab istri lah yang salah.
Selain hal tadi di atas, banyak yang lelakiku ini tak suka dari istrinya. Terlalu pemalas, tidak melayaninya dengan baik, tidak menghargainya sebagai seorang imam dan hanya memikirkan kesenangan dirinya saja. Lelaki mana yang bisa bertahan dalam hubungan jangka panjang dengan wanita seperti itu.
Bahkan cinta pun akan luntur seiring berjalannya waktu. Maka biarkan aku memberi nasihat sekali lagi, hargailah suamimu, layani dia dengan baik dan bersikap lemah lembut lah kepadanya. Carilah cara agar kehidupan rumah tangga kalian tidak monoton, agar suamimu tak berakhir di pangkuan, seperti lelaki ini.
Lalu mengapa aku mau menerima dia, meskipun aku tau dia sudah beristri?
Ok, aku tak ingin munafik. Jujur saja alasan utama aku menjadi pelakor karena aku ingin membalas budi kepadanya, dia telah menolong keluargaku dan aku juga butuh seseorang untuk membiayai hidupku. Untuk mencukupi kebutuhan harian ku. Jangan lupakan fakta bahwa aku juga adalah wanita seperti kalian. Yang butuh dinafkahi dan dilindungi. Aku hanyalah seorang wanita yang tak memiliki penghasilan memadai untuk membiayai hidupku. Maka ketika kesempatan baik ini datang, aku tak boleh menyia-nyiakan. Walaupun awalnya aku tak mengetahui statusnya, tapi setelah tahu, aku tetap tak bisa lari darinya, aku sudah terlanjur mencintainya, aku butuh dia.
Dia datang kepadaku disaat dia membutuhkan teman untuk berbagi keluh kesahnya, sementara istri yang seharusnya menjadi teman hidupnya malah asyik dengan dunianya sendiri, mengabaikan sosok yang sedang membutuhkan sandaran saat dia rapuh. Dia juga datang kepadaku karena dia butuh ketenangan disaat orang yang dia harapkan justru membuat hati dan pikirannya semakin kacau.
Sekarang setelah rumah tanggamu retak, kau meraung-raung berpura menderita. Melemparkan semua kesalahan hanya padaku, dan mengajak istri-istri lain untuk menghujat ku. Silahkan saja. Yang pasti harus kau tau, suamimu bahagia di sampingku.
***
Wanita tak tahu malu ini berteriak seperti orang gila di depan kediamanku, dia memaki dan menghinaku sesuka hatinya. Dia menyebutku pelakor karena telah merebut suaminya.
"Dasar wanita murahan! Pelacur ...!!! Kau menjual tubuhmu cuma demi uang suamiku, dasar wanita penggoda!" Wanita yang bernama Renita itu berteriak memakiku. Sakit dan malu ... itulah yang aku rasakan. Tapi aku tak boleh mengalah karena ini bukan sepenuhnya salahku.
"Aku nggak pernah menggoda suamimu, justru suamimu yang mendatangiku karena muak dengan semua tingkah mu itu!" Ucapku tak mau kalah. Mengabaikan beberapa tetangga yang sedang asyik menonton adu mulut kami, biarkanlah malu sekalian.
"Dasar tak tahu malu! Berani sekali kau berkata seperti itu? Suamiku tak akan mungkin mendekatimu jika bukan kau yang menggoda dan memancingnya!" Renita tetap menuduhku yang menggoda suaminya.
"Cukup, Renita!!! Berhenti memakinya! Dia benar, aku yang mendatanginya ... dia tak pernah menggodaku!" Pria yang sedang kami ributkan akhirnya datang setelah aku telepon tadi. Dialah Satria Wijayanto, pengusaha muda yang tampan tapi tak beruntung dalam rumah tangganya.
"Kenapa kau disini? Pelakor ini pasti menghubungimu untuk meminta pembelaan, iya kan?" Renita menuduh seenaknya.
"Sudah aku katakan, hentikan semua ini! Dan pergi dari sini!" Satria membentak dan mengusir istri gilanya itu. Aku hanya tersenyum penuh kemenangan.
"Kau akan menyesal melakukan ini kepadaku! Dan kau wanita murahan ... jangan bangga menjadi pelakor, karena suamiku memilihmu bukan karena cinta. Tapi hanya sebagai pelampiasannya saja, kalaupun akhirnya kalian terus bersama, itu karena keterpaksaan karena suamiku ini sulit mengendalikan hawa nafsunya." Renita menghinaku lagi dan kali ini kata-katanya terasa begitu menyakitkan untukku.
Lalu wanita itu berlalu dari depan rumahku, meninggalkan umpatan-umpatan yang keluar dari mulut tetangga-tetangga sialan ini. Mereka hanya mendengar tapi tak melihat kenyataanya, tapi berani menghujat ku, seketika air mataku jatuh menetes.
Iya, aku memang salah dan aku tak meminta kalian menerima perbuatan ku. Tapi apa ini hanya kesalahanku sendiri saja?
Aku punya alasan untuk menerima kehadirannya dan Satria juga punya alasan saat mendatangiku. Kami hanya saling membutuhkan, setidaknya alasan itu yang aku tanamkan di dalam benakku saat ini, agar aku tak berharap lebih darinya.
***
Hay ... guys, aku tahu kalian pasti nggak suka dengan pelakor, sama aku juga benci banget.
Jangan lupa like, rate 5 dan favoritin ya, biar nggak ketinggalan pas aku up...💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Mita Karolina
Lha biyen di pilih,,,inilah kalau nikah modal cuma cinta,,,tp iman lemah
2023-06-22
1
Kar Genjreng
mampir nanti ku teruskan bacanya ya Thor
2022-12-14
1
Sulati Cus
klu sudut pandang ku sih tetep salah kewajiban suami membimbing istri jk istri salah jgn membenarkan diri sendiri dg nyari kenyamanan pd wanita lain wajar disebut pelakor lah wong dia msh sah suami orang ng jika emang udah g sanggup bertahan y lepaskan ceraikan baru kau cari wanita lain jika udah status duda sah2 aja mau deket sama sp aja warning selingkuh biasanya akibat dr keenakan curhat sm lwn jenis jd selesai kan urusan RT mu dulu jika g mau wanita mu di sebut pelakor.
2022-07-15
0