Hari itu pun tiba, hari dimana Nyonya Jenny bertemu dengan Giska.
Giska merasa heran, karena Nyonya Jenny meminta bertemu di sebuah rumah sakit bukan di kafe ataupun di sebuah restoran.
Sepanjang jalan Giska bertanya - tanya mengapa harus ke rumah sakit. Hampir 40 menit, Giska baru sampai ke rumah sakit dari bandara.
Nyonya Jenny dan Aurel tengah menunggu kedatangan Giska. Aurel yang mendapat kabar jika Giska sudah sampai di rumah sakit, segera menghampirinya di lobby rumah sakit itu.
" Giska, " panggil Aurel yang telah melihat Giska.
" Aurel.. " Mereka pun saling berpelukan dan tidak lupa bertanya kabar masing - masing.
" Rel, kok kita ketemuan di rumah sakit sih? siapa yang sakit? " tanya Giska yang penasaran sedari tadi.
" Nanti juga lo bakal tau. " ujar Aurel lalu membawa Giska menemui Nyonya Jenny yang sudah menunggunya.
" Hallo tante.. " sapa Giska pada Nyonya Jenny.
Nyonya Jenny mengamati Giska dari atas sampai kebawah. " Lebih cantik aslinya daripada di foto. apa Aurel tidak salah memilih kan istri yang lebih cantik darinya. " batin Nyonya Jenny.
" Iya, kamu Giska. " tanya Nyonya Jenny.
" Iya tan. " Giska mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Nyonya Jenny.
" Giska, sebelum kamu menikah dengan putra saya, kamu harus memeriksakan kesehatan mu dulu. " Nyonya Jenny.
" Kamu tau kan alasan menikahi putra saya? "
Giska mengangguk.
" Jadi, sebelum kamu menikah, kita cek dulu kesehatan kandungan mu, biar tau apa bermasalah atau tidak. " jelasnya lagi.
" Baik tan. "
Giska pun melakukan berbagai tes kandungan dengan dokter yang sudah di pilihkan oleh Nyonya Jenny. Dan sesuai harapan, kandungan Giska terlihat baik - baik saja tanpa ada masalah.
Nyonya Jenny pun segera mengatur acara pernikahan untuk putranya.
Nyonya Jenny membawa Giska ke sebuah butik untuk membeli kebaya yang akan di kenakan Giska di hari akad nikah berlangsung.
Nyonya Jenny tampak antusias dan bahagia menyambut pernikahan kedua putranya.
Tapi tidak dengan Aurel yang terlihat murung sedari tadi.
Giska yang melihat raut wajah Aurel yang terlihat masam segera menghampirinya, " Rel, lo gak apa apa kan? " Giska menggenggam tangan Aurel untuk menguatkannya.
" Gue gak apa Gis, " Aurel tersenyum, Giska sangat tau jika Aurel tidak baik baik saja, senyumnya pun menyiratkan kesedihan.
" Semua akan baik baik saja Rel. " ucap Giska.
Setelah selesai urusan baju untuk akad nikah, Nyonya Jenny mengajak Aurel dan Giska untuk makan siang di sebuah restoran. Disana, Giska mengajukan beberapa persyaratan.
" Jadi, apa persyaratan yang ingin kamu katakan. " tanya Nyonya Jenny.
Giska terlebih dahulu menatap ke arah Aurel, " Saya tidak mau satu atap dengan Aurel dan Davon. Saya memilih tinggal sendiri. " ujar Giska.
Nyonya Jenny memilih diam dan menyerahkan pada Aurel untuk menjawabnya.
" Tapi kenapa? " Aurel.
" Rel, gue.. maksudnya aku tidak ingin membuat salah satu dari kita tersakiti dengan pernikahan ini walau hanya sementara. " jelas Giska.
" Baiklah. " Aurel pun menyetujuinya, dirinya juga akan sakit jika melihat kedekatan Davon dan Giska.
" Lalu ada lagi? " tanya Nyonya Jenny.
" Emm.. apa boleh aku tetap bekerja? " tanya Giska dengan ragu.
" Kerja? boleh saja, tapi jika kau dinyatakan positif hamil kau harus segera berhenti. " Nyonya Jenny.
Giska pun mengangguk, dan menyetujui perkataan Nyonya Jenny.
" Ada lagi? "
" Tidak ada. " Giska.
" Mah, Giska.. aku harus kembali ke kantor ada meeting sebentar lagi. " Aurel.
" Pergilah, " Nyonya Jenny memberikan ijin.
Selama ini, Aurel memang masih bekerja di perusahaan keluarga nya sendiri membantu menjalankan bisnis papahnya.
Nyonya Jenny sibuk dengan ponselnya, entah siapa yang ia hubungi.
" Giska, untuk sementara kau bisa tinggal di apartemen milik putra ku. " ucap Nyonya Jenny sembari memasukan kembali ponselnya ke dalam tasnya.
" Emm, baik tan. "
" Sebentar lagi supir akan datang dan mengantarkan mu ke apartemen dan kau bisa istirahat. "
" Baik tan, terimakasih banyak. "
Sembari menunggu sopir untuk mengantarkan Giska ke apartemen, mereka melanjutkan obrolannya, sesekali Nyonya Jenny menanyakan kegiatan apa saja yang selama ini Giska jalani.
***
Giska telah sampai di depan pintu apartemen yang tidak asing lagi baginya. Giska sempat bingung, karena tadi Nyonya Jenny tidak memberitahu password untuk bisa masuk ke apartemen dan hanya memberitahu alamatnya.
Dengan menebak, Giska mencoba menekan tombol itu sesuai tanggal lahirnya, dan benar saja pintu itu bisa terbuka dengan lebar.
Giska memperhatikan sekeliling ruangan, " Gak ada yang berubah. " gumamnya.
Disini, dimana dia dan Davon memadu kasih dulu. Ruangan yang belum berubah sama sekali, seketika sekelebat bayangan saat bersama Davon muncul kembali.
Giska masih ingat dengan jelas, saat dirinya bermanja pada Davon yang selalu memberikan perhatiannya.
Giska melangkahkan kakinya menuju kamar Davon. Betapa terkejut nya Giska saat mendapati potret dirinya dan Davon masih terpajang di atas nakas.
" Apa Aurel gak pernah datang kesini? " gumam Giska.
Saat sibuk meneliti ruangan,ponselnya berbunyi nyaring.
" Nyonya Jenny " lirih Giska.
" Hallo tan. " jawab Giska.
" Giska apa kamu sudah sampai di apartemen? "
" Aku sudah ada di apartemen tan, "
" Apa ada kendala. "
" Tidak ada tan, "
" Oh baiklah, istirahat lah yang cukup. "
" Terimakasih tan. "
Sambungan pun terputus.
" Sudah ku duga. " gumam Nyonya Jenny.
Nyonya Jenny terlihat tidak asing dengan wajah Giska, dan benar saja sesuai dugaannya.
Nyonya Jenny sengaja membiarkan Giska untuk pergi ke apartemen putranya tanpa memberikan password untuk masuk, yang Nyonya Jenny sendiri tidak tau password itu.
Dan untuk memastikan kembali, Nyonya Jenny menghubungi Giska dan bertanya apa Giska mendapat kesulitan. Tapi ternyata Giska bisa masuk apartemen dengan mudah, tanpa menanyakan password itu.
***
Nyonya Jenny datang menemui Davon di kantornya.
" Davon. " panggil Nyonya Jenny ketika masuk ke ruangan Davon.
Davon menghentikan pekerjaannya. " Ada apa mah? "
" Beberapa hari kamu akan menikah. apa kamu sudah siap dan mengosongkan jadwal mu? " ucap Nyonya Jenny sembari duduk.
" Siap gak siap, pasti itu akan terjadi. " ucap Davon dengan malas.
" Bagus, mama yakin kamu akan bahagia kali ini. " ucap Nyonya Jenny dengan percaya diri.
Davon berdecak, " Ck, mama terlalu berharap lebih. "
" Mama sangat yakin. "
" Sudahlah mah, Davon malas membahas soal ini. Davon masih banyak pekerjaan. "
" Apa kamu gak penasaran siapa calon istri kedua mu? "
" Tidak sama sekali! "
" Yakin? dia sangat cantik loh.. "
" Cantik belum tentu Davon tertarik padanya. " seru Davon.
" Bener gak bakal tertarik? awas saja kalo kamu tergila gila. kamu harus kasih mama tas, sepatu branded dan berlian termahal. "
" Bukannya mama sudah punya banyak, dan uang papa juga lebih banyak dari Davon. "
" Iihh, kamu gak seru deh... pokoknya kamu harus nurutin kemauan mama, kalo kamu sampe tergila gila ama calon kamu. "
Davon terkekeh. " Mama berharap jangan terlalu tinggi, Davon gak semudah itu tertarik dengan seorang wanita. Sekalipun dia cantik jelita. " ujarnya.
" Ah ngomong sama kamu mah nyebelin!! mama ke ruangan papa aja deh. " Nyonya Jenny pun meninggalkan Davon dan pergi ke ruangan suaminya.
*
*
*
Jangan lupa berikan dukungan kalian.
Bye.. bye..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Yanti Sejati
duh awas ya davon nanti bucin akut
2023-08-24
1
Juliezaskia
mantap
2022-03-01
0
Becky D'lafonte
seruuuu
2022-01-31
0