Hari jumat, sabtu dan minggu, aku kembali ke rumahku di Jakarta. Kurasa Priti juga menghabiskan waktu bersama anak-anak. Walau sibuk dan banyak yang dipikirkan tetap mereka yang nomer satu. Sulungnya sebentar lagi ujian dan akan masuk universitas. Ia harus lebih banyak memberikan perhatian dan keperluan untuk putranya itu. Juga Lili putrinya nomer tiga. Ia akan ke smu. Meski keuangan morat marit kedua anaknya itu tetap ia ikutkan ke lembaga bimbingan belajar khusus masuk perguruan tinggi serta smu. Di lembaga itu diajarkan rumus mengerjakan soal-soal dengan cepat dan efektip. Enam bulan sebelum hari ujian anak-anak sudah mulai mempersiapkan diri. Mengulang pelajaran sejak dari kelas satu sampai kelas tiga.
Ikut bimbingan belajar membuat anaknya lebih pede dan tenang saat ujian. Priti mesti membekali anaknya dengan makan siang yang bergizi, minuman dan vitamin. Waktu belajar yang padat dan kadang disambung ke tempat bimbingan belajar hingga sore. Tentu menguras tenaga dan pikiran. Priti tidak mau anak anaknya yang sebentar lagi ujian kehabisan energi oleh padatnya jadwal . Maka hari sabtu dan minggu ia bersama anak-anak
belanja serta masak. Priti membuat rendang daging dengan bumbu yang banyak. Rendang itu bisa untuk lauk bekal makan siang anak-anak di sekolah. Ia juga membuat sambal ikan teri medan dengan kacang tanah. Selebihnya sudah gampang menambahi dengan lalap serta sayur. Persiapan persiapan seperti itu membuat Priti bisa tenang bekerja di luar rumah.
Senin aku masih di Jakarta. Agaknya Priti sibuk. Dia sudah menceritakan hari-harinya yang penuh warna.
Priti bilang senin hingga jumat minggu ini ia bekerja di kantor, memformat data. Begitu banyaknya data hingga Priti selalu pulang menjelang kantor tutup. Terpaksa pulang dengan perasaan terbebani. Besok harus seharian di kantor. Tapi tidak mengapalah, setelah data terformat dan dikirim ke kantor pusat maka tinggal menunggu komisi. Beberapa masalah bisa teratasi dengan komisi tersebut. Priti sangat berharap ia bisa mengambil mobilnya. Ia sangat menderita tanpa mobilnya. Anak-anaknya juga sudah berbulan-bulan naik angkot, kasihan mereka.
Sepulang dari kantor ia menyempatkan mampir di penjual pecel lele. Hal itu sengaja ia lakukan untuk pendekatan. Pemilik warung pecel lele tersebut adalah ketua paguyuban puluhan tukang pecel lele yang tersebar di kota tersebut. Ternyata kehidupan tukang pecel lele rata-rata menengah ke atas. Priti memikirkan sebuah program untuk anggota warung pecel lele. Kali ini Priti akan meminta janji ketemu dengan pak ketua yang ternyata tidak keberatan. Ia bersedia ketemu esok hari di rumahnya. Priti sudah mendapatkan nomer handphonenya. Ia mengucapkan terima kasih sembari membawa bungkusan pecel lele. Di dalamnya ada potongan ayam goreng kesukaan anak-anaknya, seporsi pecel lele, beberapa potong tempe dan tahu disertai sambal-lalap. Makan malam mereka nanti tentu menyenangkan seperti biasanya. Tiada kebahagian baginya kecuali melihat anak-anaknya tersenyum, tertawa, saling menggoda sesekali bertengkar tapi sesaat saja. Priti senang setiap kali ia pulang anak perempuannya sudah berbenah. Rumah bersih dari taman kecil di belakang rumah hingga ke halaman depan. Tempat cucian piring kosong. Nasi yang baru dimasak sudah tersedia, malam ini mereka makan malam dengan lauk pecel lelel, sambal serta lalap. Alhamdulillah ya Rabb, batin Priti.
Kebiasaan Priti, menjelang tidur terlebih dahulu membuka handphonenya. Sepulang bekerja biasanya batre hp lowbat dan mati. Begitu sampai di rumah Priti langsung mencharger handphone tersebut dan memeriksa saat akan tidur. Serta merta beruntun masuk nada pesan. Priti membuka dan melihat sebuah pesan dari aku.
'Besok aku ada di dinas sampai sore.'
Bunyi pesan wa dari ku.
'Ok, besok saya ke dinas bawa ilustrasinya."
Priti menulis, lalu mematikannya. Ia tidak tau kalau aku langsung membalas pesannya. Sejak siang aku menunggu balasan pesannya. Namun baru terbalas saat malam. Dia jarang membuka hp.
'Ok,ditunggu.'
Kemudian Priti mematikan handphone, ia merasa lelah dan mengantuk.
Sebelum terlelap, ia masih menyempatkan berdoa memohon perlindungan untuk anak anak dan dirinya.
Lantas matanya terpejam. Dan tidak memikirkan apa-apa lagi.
Priti merasa baru saja melewati sebuah musibah. Ia berdiri dengan tubuh yang basah kuyup bersama anak anak. Mereka seperti berada di atas bukit, sementara air mengalir di bawah mereka. Ketika Priti menoleh ke kanan ia melihat seekor ular hitam yang besar tengah menatap ke bawah. Sama seperti dirinya. Hanya mereka berlima di tempat itu. Anehnya Priti sama sekali tak merasa takut dengan ular tersebut. Justru ada perasaan yang nyaman dan terlindungi. Ular itu melebarkan mulutnya seperti tersenyum, lidahnya terlihat menjulur-julur bergerak. Priti juga seolah merasakan bahwa ular itulah yang telah menyelamatkannya dan anak-anaknya dari banjir tersebut.
Ketika Priti terbangun oleh suara azan dari masjid yang tak jauh dari rumah, ia sempat termenung. Priti teringat mimpinya yang aneh. Sekilas ia bertanya-tanya apa kira kira arti mimpi itu? Namun ia segera bangun untuk sholat shubuh. Si abang dan adiknya baru saja pulang dari masjid. Dua anak laki lakinya setiap sholat magrib dan shubuh terbiasa di masjid. Ia tidak pernah menyuruh namun keinginan dan kesadaran sendiri. Semua tetangga terkesan sekali dengan anak anaknya itu.
***
Priti dan ibu Yulia bekerja di kantor sepanjang hari, format data baru tergarap separonya. Besok mereka akan mengerjakannya lagi. Priti ijin pergi lebih dulu. Ia berjanji ketemuan denganku.
"Kemana?" Bu Yulia melihatnya memoleskan lipstik dan merapikan pakaian.
"Ketemu seseorang he he he."
Priti berahasia.
"Kita mau ke cafe, nggak ikut?"
"Cafe mana? kalau memungkinkan aku menyusul deh."
"Alah mana mungkin menyusul, ya udah sana keluar dulu."
Priti bergegas meninggalkan kantor. Melaju dengan motor bututnya. Priti merasa motor itu sekarang semakin enak dikenderai, ringan dan lancar. Mesti begitu ia selalu merindukan mobilnya.
"Hello pak Berry, saya sudah di ruang tamu."
Priti menelpunku, memberitahu. Aku terpaksa meninggalkannya beberapa menit yang lalu.
"Aduh, maaf sekali. Ini dadakan panggilan ke balai kota, saya di balai kota."
Aku tak mendengar komentarnya.
Priti hampir saja memberondongkan kata kata kecewanya. Namun ia mengingat nasehat seniornya, harus selalu membuat orang nyaman dengan kita.
"Oh, nggak bisa ketemu ya?"
"Nanti saya hubungi ya."
Dan putus. Oh. Priti merasa orang paling malang di dunia.
Namun hati kecil menghiburnya. 'Bisa besok lagilah."
Priti memilih pulang ke rumah.
"Mom, besok minta uang ya seratus ribu."
"Buat apa bang?"
"Mau buat album perpisahan Mom, sekalian untuk acara perpisahan juga."
Tiba tiba anak yang lain juga ada keperluan.
"Adek juga Mom, menyumbang untuk perpisahan, lima puluh ribu."
"Kalau aku buat fotocofi soal soal Mom, biar bisa belajar dan latihan di rumah."
Priti hanya diam. Ia mengingat di dompetnya hanya tinggal tiga ratus ribu rupiah.
Mana yang prioritas dulu?
"Terakhir kapan bayarnya?"
"Besok Mom," semua menjawab sama.
"Kita kan udah tau, pasti Mom mah bayar apa apa selalu yang terakhir he he he."
"Hemmm, tapi nggak dadak juga mintanya, kalau nggak ada gimana? jauh-jauh hari dong mintanya."
Priti merajuk, membuat bibirnya cemberut.
"Jadi besok nggak ada Mom?"
keempat anaknya was-was. Priri duduk, anak-anak mengelilinginya dan mereka semua mengintip dompet Mom.
Berlima tersenyum, ternyata ada.
Alhamdulillah, si sulung lega mengelus dadanya. "Rejeki anak sholeh he he he."
Bibir anak-anak itu tersenyum, mereka semua kebagian dan masih ada lebih lima puluh ribu untuk Mom.
Tiba-tiba ibu Yulia menelpun, teman-teman kantor menunggu di restoran Susan. Priti bilang ia sudah pulang. Tadi tak ketemu dengan orang yang janjian jadi langsung pulang.
"Loh, kok begitu? gimana sih orang itu."
"Mendadak ada meeting katanya di balai kota."
"O,begitu ya. Tapi mbo menghargai. Dirimu kan mestinya bisa senang senang bareng kita di sini, kalau bukan karena dia."
Priti tersenyum, dibanding teman teman lain ia memang lebih sabar, super malah.
"Nggak apa apa Bu, besok saya kejar kembali."
"Baiklah, selamat istirahat ya, salam untuk anak anak."
Makasih, Priti menutup telpun.
Usai ditelpun oleh seorang teman yang sangat perhatian, semangat Priti bangkit. Ia membuat pesan dan mengirimnya ke Whatsapp ku.
'Pak, kalau besok jam delapan atau jam sembilan bisa ketemuan?'
Priti menunggu, Ia berjalan membuka kulkas dan mengambil minuman.
'Besok saya ada rapat di gedung sekda, mudah mudahan sore ya. Nanti saya hubungi.'
'Oh, sibuk sekali ya pak, ok deh hubungi saja kalau sudah tak sibuk.'
Priti langsung mematikan handphone.
Aku mengirim jawaban, iya.
Pria itu tersenyum mengelus ngelus dagunya. 'Kubuat kau mengejar ngejar diriku hemmm."
Aku tersenyum, aku harus membuatnya terkesan, mesti caranya seperti ini.
Aku tersenyum, aku tau Ia mengejar banyak komisi, seperti yang lainnya juga.
'Tak semudah membalikkan telapak tangan mendapatkan uangku' Aku melebarkan bibirku.
Kurasa Besok ia akan menyibukkan diri di kantornya. Atau menjemput anaknya yang bungsu di sekolah lalu pulang sama-sama. Dengan motor hanya satu yang bisa ia jemput. Ia harus bersabar hingga bisa menebus mobilnya.
Cikidot, sampai jumpa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💞de_ling💞
hadir kak bawa fav ,like
semangat ya kak mari saling mendukung
salam
"TRUE LOVE"
2021-05-07
0
👑Meylani Putri Putti
3 like thor ceritanya menarik nyicil dulu y salam dari # ketika takdir menyatukan aku dan mereka
2021-04-09
0
Titi Pratiwi
hadir kk
2021-02-22
0