Tara!
Selamat Membaca
Semoga mendapatkan makna
Like, komen dan Vote yaa.
Ketika Priti masuk kantor pagi itu, orang kantor memberitahu bahwa dokter Jeriko mencarinya. Priti bertanya apakah dokter Jeriko berpesan untuknya? mba Isti administrasi kantor menjawab tidak ada. Priti sangat perduli dan ia memutuskan akan ke klinik dokter Jeriko. Pasti ada sesuatu yang diinginkan sehingga datang mencarinya. Ia mendorong motornya dan agak susah mengenderainya keluar dari parkir. Namun akhirnya Priti meluncur di jalan. Tak lama ia memasuki halaman parkir klinik. Priti mengucapkan salam dan menemui asisten dokter yakni mba Tria. Ia sudah sering bertemu mba Tria.
"Dokter Jeriko dari pagi ada rapat di dinas Bun."
Mba Tria memberitahu sembari tersenyum ramah.
"Oh, berarti di kantor dinas ya mba? ok deh saya ke sana sekarang."
Priti bergegas ke tempat parkir, dan tak lama meluncur ke kantor pusat. Priti pikir ia bisa sambil bertemu dengan ibu Pipit di kantor dinas. Beberapa bulan yang lalu ia dan bu Pipit sedang membicarakan kerja sama. Dan mereka belum lagi menemukan kesepakatan. Priti harap ia bisa sekalian bertemu ibu Pipit dan menanyakan keputusannya.
Setelah memarkir motornya di bawah sebatang pohon, Priti memasuki kantor tersebut. Tidak ada penjaga seperti biasanya. Priti langsung ke ruangan ibu Pipit. Ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Seorang perempuan muda membukakan pintu. Priti menanyakan ibu Pipit. Perempuan muda itu bilang bahwa ibu Pipit sedang ada tugas luar. Dan tidak tau jam berapa kembalinya. Oh, hanya itu jawaban Priti. Ia lantas menanyakan dokter Jeriko dan dijawab mungkin ada di atas. Tadi ia lihat sedang ada rapat.
Priti kemudian minta ijin menunggu di ruang tamu. Perempuan muda tersebut mengangguk dan menyilahkannya.
Dokter Jeriko agaknya masih di lantai atas. Priti menunggu dan berharap dokter Jeriko turun menemuinya. Priti mengambil dan memilih tempat duduk yang menurutnya nyaman. Ia menselonjorkan kakinya sembari menghembuskan napas. Priti mencoba mencari posisi yang enak. Ia memejamkan mata sejenak. Lelah sekali rasanya. Ia baru saja melakukan perjalanan yang jauh dan panjang. Pulang ke kampung halaman. Sudah sepuluh tahun sejak yang terakhir sekali. Priti mendapatkan musibah yang berat. Tidak ada yang bakal bisa menolongnya. Hingga ia teringat tanah peninggalan ayah. Priti terpaksa pulang untuk menjual tanah pusaka tersebut.
Priti menghabiskan banyak uang untuk ongkos pesawat, oleh-oleh, serta persedian selama ia di kampung. Hampir dua minggu dan tidak ada hasil. Sangat sulit mencari orang yang memiliki uang ratusan juta. Semua saudaranya sudah dihubungi dan menanyakan apakah mereka bisa membeli tanah tersebut. Dari pada jatuh ke tangan orang lain. Namun lagi lagi tidak ada yang sanggup. Sementara kantor sudah menelpun dan mengabari bahwa ia harus mengurus mengenai proyek sebuah akademi. Priti berjanji minggu depan segera kembali. Nyatanya hingga ia kembali ke kota kecilnya tanah tersebut belum terjual. Dan ia tak bisa menebus mobilnya. Beruntung seorang teman mau meminjaminya kenderaan yang lama tidak pernah dipakai. Priti harus membawanya ke bengkel untuk memperbaiki dan memeriksa keadaan motor tersebut.
Aku merasa sangat gerah sejak pagi hingga siang seperti ini terus menerus berada di ruangan kantor. Kuputuskan keluar untuk menghirup udara segar. Aku berharap bisa mencuci mata juga. Dan aku melihat makhluk manis itu sedang bersandar di sofa ruang tamu. Hembusan dari bunga dan pohon-pohon agaknya begitu sejuk hingga ia seperti mengantuk.
Hello!
Tak pikir panjang aku menyapa dan membuatnya sedikit terkejut.
Aku melebarkan bibirku yang sangat ****, bukan aku yang bilang. Tapi teman-teman kencanku yang mengatakannya. Mereka bilang bibirku tipis menggoda.
Aku berdiri di hadapannya yang serta merta memperbaiki duduknya. Saat ia bersandar tadi duduknya sudah bagus, sedikit merebahkan kepalanya saja. Sekarang ia duduk tegak dan tersenyum membalasku.
Oh hello!
Aku yang sedang membawa berkas-berkas untuk diperiksa segera duduk di sebrangnya.
Mataku menelitinya. Hemmm dia emak-emak, sudah tidak terlalu muda, tapi juga tak terlihat tua. Raut wajahnya manis, dengan alis tebal serta bulu mata lentik. Tapi itu asli, dia sama sekali tidak memakai bulu mata seperti kebanyakkan perempuan sekarang. Bibirnya tersaput samar warna merah muda, keseluruhan dia sederhana dan lugu. Itu pendapatku saat pertama melihatnya. Yang menarik ia memakai rok jins sepan, kemeja yang rapi dimasukkan dan hijab menjuntai yang menutupi dadanya. Sepatunya tidak terlalu tinggi, kelihatan dia sangat nyaman memakai sepatu tersebut. Kaki-kakinya terselubung kaos kaki. Begitulah mataku, aku langsung tahu dan melihat dengan cepat apa saja yang ada pada perempuan di dekatku. Bahkan aku bisa menebak ukuran pakaian dalamnya, ukuran tiga puluh enam. Aku mengigit pulpenku.
"Menunggu siapa ya mba?"
Aku menanyainya, melihat lebih jelas bentuk bibirnya, lebih tebal dari bibirku. Namun sangat sesuai dengan wajahnya. Terlihat manis, apa lagi saat dia tersenyum. Cantik juga.
"Menunggu dokter Jeriko, apakah ia ada di atas Dok?
Dok? pasti dia berpikir aku adalah teman dokter Jeriko.
"Dokter Jeriko? entah ya, saya tidak melihat seorang pun di lantai atas."
Jawabku, sembari menutup berkas-berkas yang kubawa.
"Katanya ada rapat di atas Dok, saya menunggu karena sebentar lagi jam istirahat."
"Oh, begitu ya. Mengenai apa ya kalau boleh tahu."
Dia mengangkat wajahnya dan menelitiku. Sorot matanya tajam, seperti mata seekor kucing.
Agaknya dia melihatku sebagai laki-laki yang bisa dipercaya, bibirnya kemudian bercerita bahwa ia baru saja pulang dari kampungnya. Ketika masuk kerja, orang di kantornya memberitahu bahwa dokter Jeriko datang mencarinya. Ia bilang bahwa dokter Jeriko telah mengambil program di perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mengerti kalau ia seorang penasehat keuangan. Segera aku bilang bahwa aku juga sedang mencari program yang bagus, lengkap tapi tidak terlalu mahal. Setelah tahu aku tertarik dengan program yang dimiliki dokter Jeriko ia berubah menjadi antusias dengan pertemuan itu. Ia menanyakan dataku. Katanya untuk dibuatkan ilustrasi. Aku bilang akan mengirimnya ke whatsapp.
"Ok, baiklah."
Dia mendiktekan nomer handphonenya. Dan tidak meminta nomerku. Matanya kembali bersorot tak bisa mempercayaiku. Hal yang membuatku berjanji bahwa aku akan benar-benar mengirim dataku, lihat saja nanti.
Karena dokter Jeriko tak juga muncul, perempuan itu lantas pamit.
"Saya pamit saja, sepertinya dokter Jeriko tak ada."
Dia berdiri dan dengan santun dan beranjak keluar. Aku ikut berdiri untuk melihatnya. Tubuhnya tinggi, sedikit gemuk, namun masih terlihat bentuknya. Masih seperti gitar spanyol. Ia mengenderai motor, dan agak malu saat mengetahui aku masih berdiri meregangkan tubuhku di depan teras kantor.
Sejak pertemuan itu aku memikirkannya. Aku terus mengingat sosoknya, cara dia bergerak, tatapan tajam yang meneliti, dan terakhir senyum di bibirnya yang menghilangkan kegalakkannya.
Aku langsung mengecek nomer handphonenya, dan menyapanya dengan " Hei!"
Namun hingga sore dia tak membukanya. Sudah pasti dia menganggapku tak serius, karena tadi tak segera memberikan data.
Aku menunggu hingga malam, namun tetap tak ada jawaban. Akhinrya aku mengirimkan ktp anak-anakku dan ktp istriku. Tolong buatkan ya. Pintaku.
Jam sembilan malam, aku masih menunggu perempuan itu membuka handphonenya dan membalas pesanku.
Apa sih yang dia kerjakan hingga tak sempat membuka handphone? aku sangat penasaran pada perempuan itu.
Hingga aku kembali ke rumah dan akhirnya tertidur karena kelelahan tidak ada pesan yang masuk.
Belakangan ia menceritakan padaku, bahwa ia memang tak berharap padaku. Ia tau dengan jelas bahwa aku seorang play boy. Mataku yang jelalatan jelas tertangkap matanya. Makanya ia tidak buru-buru membuka telpun. Dan sama sekali tak mengingatku setelah pertemuan itu.
Saat pulang kantor, teman-temannya mengajaknya kumpul di sebuah cafe.
Ada beberapa berkas yang harus di ganti dan diperbaharui. Disela meeting Priti menyempatkan sholat magrib tiga rakaat, berdoa memohon jalan keluar dari permasalahan yang membelitnya. Selesai sholat ia lihat teman temannya sedang menikmati minuman dan makanan. Seniornya ibu Grace menyilahkannya untuk pesan minuman dan makanan yang ia inginkan. Temannya ibu Niken dan ibu Yulia juga menyilahkannya. Memang haus dan lapar sekali, Priti memanggil pelayan dan memesan juece buah naga dan nasi goreng teri medan.
Wanita wanita tangguh itu menikmati makanan dan melanjutkan meeting hingga menjelang jam delapan. Setelah itu barulah mereka pulang ke rumah masing masing.
Sedih sekali, Priti harus berjalan sangat jauh untuk mengambil motornya.
Sementara ibu Grace mengenderai mobil nissan livina warna hitam yang berkilau. Ibu Niken juga baru saja mengganti mobil atosnya dengan daihatsu sigra. Sempat terpuruk hampir lebih dua tahun, sedikit demi sedikit ibu Niken bisa bangkit kembali. Sekarang gilirannya. Priti menggigit bibir. Ia terlena selama ini. Tidak menyangka perubahan terjadi. Pergantian pemerintahan ternyata mengubah juga bisnis. Barang menumpuk dan meski dijual murah tidak bisa menutup semuanya.
Priti sekarang terpuruk bahkan tertimpa tangga.
Cikidot, Makasih sudah selesai baca
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
hadirrrrr lagiiiiii kak 😁
tinggalin jejak jg di Novelku yaa ASIYAH AKHIR ZAMAN 🥰
2021-09-22
0
👑Meylani Putri Putti
aduh pakaian dalam bisa di ukur ya thor. numpang ninggalin jejak thor dukung juga novelku ya # ketika takdir menyatukan aku dan mereka.
2021-04-09
0
Mommy_Asya
Semangat kak.
Salam hangat dari
-Aku(tetap)Milikmu
-Kemelut Cinta Diana
2021-03-19
0