Episode 2

Airil Karina Yatri, seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Pertama kali ia mengenal Ari adalah saat laki-laki itu mengunjungi seorang pasiennya bernama Tomy. Namun dari awal ia sudah tertarik dengan saudara tiri Tomy yang bernama Arya.

Sejak perkenalan mereka, Ari sudah tertarik dengan Karina. Hingga laki-laki itu memintanya sebagai dokter khusus yang memeriksa karyawannya setiap tahun. 2 kali dalam setahun, Karina dan beberapa dokter lain di rumah sakit itu akan mengunjungi 3A Sahabat untuk mengambil sampel karyawan dan diperiksa di laboratorium rumah Sakit mereka.

Tak disangka cinta Ari itu berdampak positif bagi perusahaannya. Kerja sama yang didasari keinginannya lebih dalam berinteraksi dengan Karina malah membuat perusahaannya bisa mengetahui karyawan dengan kesehatan yang buruk, hingga pemakai obat-obat terlarang.

Karina tengah duduk di ruangannya, pagi itu ia harus memeriksa beberapa pasien dalam pengawasannya. Ia menikmati segela teh hangat yang sudah disediakan di ruangannya oleh perawat di rumah sakit.

Mata Karina membaca beberapa berita bisnis tentang Arya yang telah kembali ke Adinata group. Kehidupan laki-laki itu sepertinya sudah sangat bahagia, memiliki istri cantik dan sholeha, sebentar lagi mereka juga akan dihadiahi anak yang lucu.

Karina sudah mengikhlaskan perasaannya yang tak pernah bersambut itu, tapi Ari yang ia harapkan sebagai pelampiasannya malah mundur. ahh, mungkin ini semua salahku, aku terlalu mengabaikannya dulu’ batin Karina.

Pintu ruangan Karina terbuka, temannya sesama dokter masuk ke dalam, perempuan itu membawa 2 potong Roti untuk Karina dan dirinya.

“sibuk nih?” sapa dokter tersebut kepada Karina.

“tumben belum pulang, bukannya kemarin kamu jaga malam di UGD?” balas Karina.

Dian masuk ke dalam dan duduk di kursi di depan Karina.

“nih aku kasih roti, penambah sarapanmu tadi di rumah” Dian memberikan Karina sebungkus roti, “lagi mikirin apa Rin, belakangan ini aku lihat kamu kurang semangat”

Karina membuka bungkus roti yang diberikan Dian, teman yang cukup dekat dengannya di rumah sakit itu.

“Ari lagi?” gumam Dian yang sedang mengunyah rotinya.

Tangan Karina yang tengah membuka bungkus roti seketika terhenti. 4 bulan ini kehidupannya terasa jauh berbeda. Tidak ada lagi yang membaca chat curhatan kerjanya seperti dulu. Biasanya ia akan ceritakan semua pekerjaannya kepada Ari.

Laki-laki selalu bertanya bagaimana pekerjaanmu hari ini? pertanyaan yang dulu selalu dijawab Karina sebelum tidur. Pertanyaan yang menjadi pembukaan curhatan panjangnya jika ada masalah di rumah sakit.

Sekarang tidak ada lagi yang menanyakan itu setiap malam, bahkan sebelum tidur, ia selalu merindukan pertanyaan itu, apa lagi saat ia mengalami banyak masalah di rumah sakit.

Padahal dulu ia membalas chat Ari karena terpaksa, merasa tak enak dengan laki-laki yang berstatus pacarnya itu.

“jangan bahas lagi Yan, dia udah mundur duluan” ucap dokter Karina dengan tatapan mata kosong, ia tak yakin perasaan yang ia miliki saat ini adalah cinta, mungkin karena ia belum terbiasa tanpa ada Ari mengisi hidupnya.

‘tapi ini udah 4 bulan, kenapa aku masih seperti ini sih?’ batinnya.

Dian memperhatikan wajah Karina yang tampak tak bersemangat, perubahan yang jelas ia lihat setelah Ari mengakhiri semuanya dengan Karina.

“tapi kamu jauh berubah sekarang Rin” gumam Dian dengan pelan.

“udah lah Yan” jawab Karina, “aku nggak butuh laki-laki seperti dia”

Karina orangnya memang keras kepala dan sedikit egois, terkadang sikapnya itu malah membuat dirinya sendiri tidak nyaman. Dian sudah paham betul sikap temannya itu. Di balik kata-kata Karina, ia dapat menilai kekecewaan temannya itu kepada Ari.

Sementara Karina berusaha mengelak dari kenyataan, bahwa ialah yang selama ini mengacuhkan Ari. Baginya sikapnya sudah sewajarnya kepada Ari, agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menjurus ke arah kemaksiatan.

“kamu butuh penggantinya Rin, gimana dengan dokter Rangga?” ucap Dian mencoba memberikan warna baru dalam hidup sahabatnya itu.

“Rangga?” tanya Karina.

“kamu harus mencoba buka hati dulu Rin, lagi pula emang kamu nggak nyadar kalau Rangga suka sama kamu”

Karina mengusap dahinya yang mengernyit, sesaat kemudian ia mulai memakan roti yang tadi diberikan Dian kepadanya.

“kalau dia serius, suruh saja ia datang ke rumahku untuk taaruf sama aku dan keluargaku” jawab Karina dengan tegas.

“ini masalahnya Rin, kamu terlalu kaku, Rangga bukan tipikal laki-laki seperi itu” jawab Dian, “kamu jalan dulu sama dia, makan siang bareng kek, atau ke mall bareng kek”

Karina mendesiskan bibirnya, dulu saja ia menolak Ari untuk itu, Bagaimana mungkin ia melakukan itu sekarang dengan laki-laki lain.

Hembusan nafas panjang terdengar dari dokter Karina setelah ia menelan roti

yang ia kunyah.

“aku harus mengecek pasienku dulu yan, kamu aku tinggal dulu ya, cepat pulang, istirahat entar siang udah harus masuk lagikan” ucap Karina, ia memegang bungkus roti dan membawa tas yang berisi alat pemeriksaanya serta data-data pasiennya.

Karina kemudian keluar dengan masih memakan sisa rotinya, sementara Dian ikut berdiri dan keluar, ia hanya bisa tersenyum melihat sikap Karina. Temannya itu sangat lemah untuk masalah percintaan.

****

Jam makan siang akan menjelang, Karina ingin segera menjelang, Karina sudah memeriksa beberapa pasien. Ia juga sudah menangani beberapa pasien baru yang masuk.

Dokter Karina berjalan pelan menuju ruangannya, ia sedang memikirkan untuk membuka praktek sendiri di rumahnya. Sebuah keinginannya untuk mengabdikan

illmu dan kemampuannya untuk masyarakat.

“Karina", Sesayup suara laki-laki memanggil Karina.

Karina memutar badannya, sosok yang dibicarakan Dian tadi pagi berjalan cepat kepadanya. “ini pasti Dian lagi” gumamnya melihat Rangga berjalan cepat mendekat ke arah Karina.

“eh mas Rangga, ada apa?” tanya Karina berbasa basi, ia sudah dapat merasakan maksud laki-laki itu menghampirinya.

“aku mau mengajakmu makan siang” ajak Rangga, “gimana kalau kita makan di restoran dekat perempatan rumah sakit ini”

Karina tersenyum tipis, dugaannya benar. Apa sekarang ia harus membuka hati untuk sosok yang dari dulu sering mencuri pandang kepadanya. Ahh, rasanya munafik sekali bagi Karina, dulu ia selalu menolak Ari. Jika sekarang menerima ajakan Rangga akan membuat dirinya benar-benar merasa munafik sekali.

“maaf mas, aku nggak enak makan berduaan” tolak Karina dengan halus.

“ya udah, nanti kita makan bertiga dengan Dian gimana?” tawar Rangga.

Karina memejamkan matanya sejenak sembari terus berjalan menuju ruangannya, Rangga juga ikut mengikuti langkah Karina. Kali ini ia sulit menolak ajakan Rangga. Nggak enak juga ia kepada Rangga yang lebih senior darinya di rumah sakit itu.

“boleh mas, nanti ku ajak Dian juga ya” gumam Karina.

Rangga tersenyum, Karina kemudian membuka pintu ruangannya, Rangga ikut masuk. Namun mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran sosok laki-laki yang tengah duduk di kursi di dalam ruangan itu.

“Ari” gumam Karina yang tak percaya dengan kehadiran sosok Ari disana.

Sementara Ari hanya tersenyum getir melihat Karina masuk ke dalam ruangan itu bersama laki-laki lain.

Terpopuler

Comments

utya .S. firdaus

utya .S. firdaus

hanya orang orang yg satu server ma dia yg bisa memahaminya....

dan itu sangat jarang...

2021-12-25

0

Kartina Kartina

Kartina Kartina

arah sama ujung gak tau kemana....

2020-10-17

1

Indah050

Indah050

sebenernya prinsip karina memang bagus hanya sedikit orang bisa menerima..

2020-10-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!