Setelah Rangga memarkirkan mobilnya, Karina segera keluar dari mobil , “aku duluan ya mas” ucap Karina, ia berjalan cepat menuju cepat masuk ke dalam rumah sakit.
“mas bicara apa saja tadi sama Karina?” tanya Dian yang bingung menatap sikap Karina.
Tadi ia sengaja meninggalkan Karina bersama Rangga untuk memberi kesempatan kepada Rangga agar dapat berbicara banyak hal dengan Karina. Serta berharap Rangga mampu membuat Karina nyaman, namun sikap Karina jauh dari harapannya.
“aku tadi nembak Karina Yan” ucap Rangga dengan pelan.
Dian memukul jidatnya, “aduh mass, kok main tembak langsung sih, buat Karina nyaman dulu, baru ungkapin perasaan mas sama dia” ucap Dian yang gemas sama Rangga.
Rangga mengernyitkan dahinya, “buat apa Yan?” tanyanya.
“ya gitu mas cara ngedekatin cewek, masa nggak paham sih, mantan kamu udah segudang juga” rutu Dian.
“Beda lah Yan, Karina pasti udah sadar kalau aku suka sama dia selama ini” ucap Rangga, “lagi pula Karina itu belum pernah pacaran, nembak langsung malah lebih baik buat perempuan yang belum pernah pacaran”
Kali ini Dian melepas nafas kasar mendengar ucapan Rangga. ‘jadi Karina benar-benar menyimpan hubungannya dengan pemilik perusahaan itu’ batinnya.
“truss Karina tadi jawab apa mas?” tanya Dian.
“Dia bilang butuh waktu berpikir dulu, jadi aku kasih waktu buat dia memikirkannya dulu” ucap Rangga dengan tersenyum.
Dian mengambil tasnya dengan kesal, ia kemudian pamit untuk segera menyusul Karina. Jam istirahat masih ada 30 menit lagi, ia bisa berbicara dengan Karina sebelum mulai bekerja.
Di ruangannya, Karina tengah melihat kalender di meja kerjanya. Melihat lagi jadwal pemeriksaan karyawan 3A Sahabat yang akan digelar 2 bulan lagi, mungkin disana ia bisa bertemu lagi dengan Ari.
Setelah kejadian tadi, sekarang ia merasa Ari tidak akan datang lagi menemuinya. Mau menjelaskan semuanya, gengsinya masih lebih besar.
Ia masih belum yakin dengan perasaan itu, apa dia benar-benar nyaman dengan Ari selama ini, sehingga sekarang ia merasa kehilangan. ‘atau aku yang selama ini dibutakan oleh perasaanku kepada Arya, sehingga Ari tak pernah ada dimataku’ batinnya.
Pintu ruangannya terbuka, Karina lekas mengusap pipi dan matanya yang terasa sedikit perih, “ada apa Yan?” tanyanya saat melihat Dian masuk ke dalam.
“aku mau nanya tentang mas Rangga” ucap Dian dengan datar.
“kamu sengaja tadikan buat pergi lama” ucap Karina dengan kesal.
Dian tersenyum sengir, memang itu rencananya dari awal Rangga mengajaknya makan saat bersama Karina.
“kamu tahu nggak Yan, tadi Ari melihat aku duduk berdua sama Rangga, dia bisa salah paham Yan” ucap Karina yang semakin kesal melihat senyum sengir Dian.
“loh, emangnya kenapa? kamu kan selama ini nggak punya perasaan apa-apa sama dia, jadi apa yang harus dikhawatirkan?” ucap Dian penuh selidik.
Karina kelabakan, salah tingkah, tak tahu menjelaskan seperti apa. Ia kemudian memilih membuka dokumen yang ada di sudut mejanya.
“udah lah, aku nggak mau membahas itu” ucap Karina mengelak.
Dian menarik nafas panjang, sekarang ia dapat memahami keadaan Karina. Sikap Karina yang terlihat tidak semangat sejak curhat putus dengan Ari, sekarang semakin terlihat apa alasannya.
“jujur dulu sama dirimu sendiri Rin, baru jawab perasaan mas Rangga” ucapnya memberi saran.
Karina menelan salivanya, matanya masih melihat dokumen, namun telinganya mendengarkan apa yang diucapkan Dian.
Apa sekarang ia mulai kecewa saat Ari memilih mundur begitu saja? Apa dia yang salah karena tidak membuka hati untuk Ari selama ini?. Padahal saat Ari mengatakan ingin melamarnya, ia merasa tak nyaman saat itu.
“Rin” gumam Dian yang melihat lamunan Karina.
“udahlah Yan, aku nggak mau memperpanjang masalah ini” ucap Karina yang masih ingin mengelak.
Dian kemudian berdiri, ia harus segera ke ruangannya untuk bersiap bekerja. Sebelum ia melangkah pergi, ia melihat lagi kea rah Karina yang masih menatap dokumen yang tadi dibuka gadis itu.
“jangan terlalu lama mikinya Rin, waktu akan terus berjalan, jika kamu nggak tegas sekarang, nanti kamu yang kecewa, apa lagi pengusaha seperti Ari, pasti banyak yang menginginkannya” ucap Dian, ia kemudian berlalu pergi keluar dari ruangannya.
Karina melepas nafas panjang setelah kepergian Dian, ia kembali menatap kalender. “Ri” gumamnya dengan pelan.
“astagfirullah, kenapa aku kayak gini sih?” ucap Karina menyadarkan dirinya.
Ia kemudian menatap dokumen pasien yang tadi ia buka. Kali ini mendesis kesal, dokumen itu ternyata terbalik, pantas saja Dian menyadari seperi apa dirinya tadi.
****
Ari duduk di ruang tamu ruamh Tomy sembari melihat beberapa desain restoranya yang diperlihatkan oleh Tomy. Tomy sudah mengurus izin restoran barunya, serta menyelesaikan sewa menyewa lokasi yang akan menjadi tempat restoran mereka.
Sekarang ia ingin meminta bantuan Ari untuk
membuatkannya desain untuk restorannya itu.
“minta tolong sama Arya lah Tom, dia kan arsitekturnya, bukan gue” ucap Ari melihat beberapa gambar restoran dengan nuansa Asia timur dan Asean yang diperlihatkan Tomy.
“lo kan tahu Arya sibuk Ri, jadi gue minta tolong sama lo” jawab Tomy dengan datar.
“ya elah, kalau lo minta tolong, Arya pasti mau,minta aja Vanessa yang bicara sama Arya jika lo nggak enak sama dia” ucap Ari yang masih melihat-lihat gambar restoran di kertas yang jumlahnya lebih dari 5 lembar.
Abel datang dari arah dalam membawa 2 gelas the untuk Ari dan Tomy, ia segera menghidangkannya dimeja.
“Di minum Ri” gumam Abel. “hubby juga diminum ya tehnya” lanjut Abel tersenyum manis pada suaminya.
Ari seketika tertawa mendengar ucapan Abel. Tawanya seketika saja membuat Abel dan Tomy menatapnya dengan tajam dan mata menyipit.
“kenapa lo tertawa?” tanya Tomy dengan tajam dan tak suka dengan sikap Ari.
“lo sama Arya benar-benar lucu ya” ucap Ari, “dulu kalian gayanya laki bangat, sekarang, Arya sama Mila manggil abi umi, nah Abel manggil lo hubby”
“manggilnya yang biasa aja lah, nggak usah bucin-bucinan kayak gitu” ledek Ari.
“emang kenapa?” kali ini Abel ikut kesal dengan Ari, “itu tandanya cinta”
Ari menghentikan tawanya, ia membalas tatapan Abel dengan mengejek, “cinta boleh, tapi jangan berlebihan segala, sok inggris-inggrisan segala pakai hubby” Ucap Ari yang masih meledek.
“sok tahu lo” ucap Tomy dengan kesal, “hubby itu bahasa Arab habba-yuhibbu, artinya mencintai, otak lo aja yang pendek”
“masa sih, bahasa arab dari mananya” Ari masih meledek Tomy.
“udah deh, kalau nggak tahu jangan sok tahu kamu” ucap Abel dengan kesal, ia kemudian masuk ke dalam untuk kembali ke dapur.
Ari hanya tersenyum tipis melihat sikap Abel, baginya Tomy dan Abel masih sama lucunya seperti sebelum menikah. Ari kemudian mengambil gelas tehnya saat melihat Tomy yang sedang meminum teh lebih dulu.
Belum sempat gelas teh itu masuk ke mulutnya, Tomy sudah lebih dulu menahan gelas Ari. “jangan diminum” ucap Tomy.
“kenapa lo? ini minuman gue di kasih sama Abel” jawab Ari, ia berusaha melepas tangan Tomy yang menahannya.
“lepas RI” ucap Tomy berusaha menarik tangan Tomy agar melepas gelas itu.
“Apaan sih” kesal Ari. Mereka berduan akhirnya terliba perebutan gelas disana.
Seperti anak kecil yang memperebutkan robot-robotan, seperti itulah Ari dan Tomy memperebutkan gelas itu.
“lo gila ya Tom” ucap Ari menyembunyikan gelas itu di samping pahanya, tangannya yang lain menahan tubuh Tomy.
“sini Ri, itu bukan buat lo” ucap Tomy yang masih berusaha merebut gelas itu.
“apaan sih” Ari mendorong tubuh Tomy dan meminum air teh itu hingga habis.
Hingga ia merasakan kerongkongannya terasa kering dan serak, “ahh sial” geram Ari.
“bini lo bisa bedain garam sama gula nggak sih?” rutunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Dhimas Anugerah Ramadhan
abel slh ambil gulax😂😂😂
2020-12-11
0