Karina, Dian, dan Rangga sudah sampai di restoran tempat mereka akan makan siang bersama. Karina memenuhi ajakan Rangga karena Dian juga bersedia ikut dengan mereka. Mereka duduk di dalam restoran, meja mereka cukup dekat dengan pintu masuk restoran mewah itu.
“kamu mau makan apa Karina?” tanya Rangga yang tengah melihat-lihat menu di restoran itu.
“aku sama aja kayak Dian mas” ucap Karina dengan pelan, pikirannya masih memikirkan sosok Ari.
Mungkin benar kata orang, berartinya kehadiran seseorang akan terasa saat orang itu tidak ada. Hidupnya benar-benar terasa hampa sekarang, dan semakin terasa hampa sejak hubungannya dengan Ari berakhir.
Ia sendiri bingung, kenapa ia masih belum bisa move on dari sosok Ari yang dulu selalu ia abaikan Toh Ari hanyalah sosok laki-laki yang ia gunakan untuk menguji perasan Arya kepadanya.
Dian memperhatikan wajah Karina, ia menarik nafas kasar dan melepaskannya. Ia sengaja membawa Karina untuk makan bersama Rangga agar temannya itu bisa menemukan jalan baru dalam hidupnya. Tapi Karina malah bersikap seperti itu.
“aku makan ayam panggang aja mas” ucap Dian.
“ya udah, berarti 2 ayam panggang, sama aku daging panggang” gumam Rangga dengan semangat, kesempatannya untuk bisa dekat dengan Karina akhirnya datang juga.
“minumannya apa?” tanya Rangga lagi.
“aku jus mangga aja mas” jawab Dian, Karina mengangguk setuju, “aku juga mas” ucapnya.
Rangga kemudian menuliskan pesanan mereka di sebuah kertas dan memesannya kepada seorang pelayan. Mereka kemudian menikmati makanan mereka dengan berbicara tentang rumah sakit, pasien dan juga pengalaman lucu mereka selama bekerja.
Dian menyegerakan menghabiskan makanannya terlebih dahulu, ia merasa Rangga seperti enggan berbicara serius dengan Karina karena kehadirannya. “aku ke kamar mandi bentar ya” ucap Dian setelah menghabiskan makanannya, ia berdiri dan segera menuju kamar mandi.
Senyuman senang terkembang di mulut Rangga, Dian sepertinya cukup peka dengan keadaan. Ia kemudian melihat kea rah Karina yang tampak makan dengan pelan.
“Karina” gumamnya, “aku ingin berbicara sesuatu kepadamu”
Karina masih tetap menikmati makanannya, “bicarakan aja mas, kenapa harus ngomong kayak gitu dulu” ujar Karina dengan santai.
Helaan nafas panjang terdengar dari mulut Rangga, ia mengumpulkan keberanian untuk berbicara serius dengan Karina.
“sebenarnya aku,”
“Ari” gumam Karina saat melihat Ari keluar dari ruangan VIP berlapis kaca di bagian dalam restoran itu.
“Ari” ucap Rangga yang bingung karena Karina memotong kalimatnya.
Rangga melepas nafas kesal, ia memutar badannya melihat kea rah laki-laki yang membuat kalimatnya terhenti. Terlihat Ari tengah berbicara dengan 2 pengusaha yang wajahnya pernah tampil di media bisnis.
Wajah Karina menatap datar kea rah Ari yang tersenyum getir melihatnya setelah ayah dan kliennya Ari pergi meninggalkan Ari disana. Karina melihat ke kursi Dian yang masih kosong. ‘astaga Ari bisa salah paham’ batin Karina.
Karina kembali melihat ke arah Ari, laki-laki itu sudah berjalan ke arah lain restoran dengan cepat dan gerak tangan yang gelisah.
Jantung Karina berdetak cepat, apa dia harus menghampiri Ari dan menjelaskan kalau ia tidak hanya berdua dengan Rangga disana. ‘ah, tapi buat apa? bukannya dia yang memutuskanku’ batin Karina.
Suapan Karina mulai terasa tak enak, sekarang Ari benar-benar membayangi seluruh isi kepalanya. Namun rasa ego dan gengsi itu masih ia rasakan. Ia tak akan mengemis cinta kepada laki-laki manapun.
“yang tadi itu pak Basri kan Rin?, pengusaha property terkenal itu” gumam Rangga yang mengenal sosok ayah Ari.
“masa sih?” tanya Karina, yang ia tahu selama ini ayahnya Ari adalah pengusaha, dan ibunya Ari juga berbisnis fashion dengan memiliki beberapa butik di beberapa kota besar.
“iya, itu kliennya Ari ya” gumam Rangga.
Karina mengangkat kedua bahunya, tak ingin membahas itu lagi. “Dian mana sih, lama amat di kamar mandinya” Karina mulai risih dengan duduk berdua di meja itu bersama Rangga.
“Rin, aku mau ngomong sesuatu” gumam Rangga yang tak ingin kehilangan kesempatan.
“ngomong aja mas, jangan sungkan gitu” ucap Karina dengan santai.
Rangga menarik nafas panjang, ia memberanikan diri untuk mengatakan isi hatinya.
“sebenarnya aku sudah lama menyimpan perasaan ini Karina” ucap Rangga dengan sungguh-sungguh. “aku menyukaimu, aku ingin mencoba hubungan yang serius denganmu”
Karina masih berwajah datar, sudah menduga itu semua. Selama ini Rangga sudah menunjukkan itu kepadanya. Laki-laki itu terkadang cukup perhatian dengannya dan sering mencuri pandang ketika mereka sedang ada acara bersama.
“hubungan serius apa maksud mas?” tanya Karina.
“aku ingin kita mencobanya dengan pacaran dulu Karina, sebelum lanjut ke tahap yang lebih serius” lanjut Rangga.
****
Ari memukul keras stir mobilnya, getir perasaannya terasa dikhianati oleh Karina selama ini. Ia mengeluarkan ponselnya dan segera menelfon seseorang.
Saat panggilannya terhubung ia berbicara dengan cepat. “Chris, aku mau kamu ngawasi Karina lagi, ada laki-laki yang sedang dekat dengannya, aku ingin kamu memastikan hubungan mereka” ucap Ari dengan cepat.
“baik bos, akan saya kerjakan” jawab Chris di seberang panggilan Ari.
Ari kemudian mematikan panggilan tersebut, “kenapa Karina? kenapa dulu kamu selalu menolakku, dan sekarang kamu pergi berdua dengan dia” gumam Ari dengan sedih.
Ari melajukan mobilnya dengan cepat meninggalkan restoran, disaat keadaan seperti itu, ia harus tetap profesional untuk segera menemui kliennya yang lain sesuai jadwal yang diberikan sekretarisnya.
Setelah jadwal kerjanya hari itu selesai, Ari memutuskan segera kembali ke rumah tanpa ke kantor lagi. Pikirannya terasa tak nyaman. Pilihannya adalah gunung, semalam sudah cukup, kalau bisa lebih juga akan jauh lebih bagus baginya.
Bi Inah membuka pintu saat Ari pulang, “sore tuan” sapa bi Inah dengan memberi hormat saat Ari masuk ke dalam rumah.
“sore bi, ayah sama ibu udah pulang bi?” ucap Ari sembari melonggarkan dasi dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang tas kerja.
“ibu udah tuan, beliau lagi di ruang baca, kalau bapak belum pulang tuan” jawab bi Inah.
“ohhh,” gumam Ari, “tolong bikini teh ya bi, antar saja nanti ke ruang baca” gumam Ari,
“baik tuan” jawab bi Inah.
Ari segera kamarnya untuk berganti pakaian, sesaat kemudian ia udah kembali turun menuju ruang baca yang pintunya di dekat ruang tengah. Ari masuk ke dalam, bercerita dengan ibunya sembari membaca buku bisa membuatnya mengalihkan pemikiran dari sosok Karina.
Saat Ari masuk ke dalam, bi Inah tengah berjalan ke luar. “tehnya udah di meja tuan” ucap bi Inah dengan langsung menundukkan kepala saat melihat Ari masuk ke dalam.
“makasih ya bi” ucap Ari, ia segera berjalan menghampiri ibunya yang tengah membaca buku seputar fashion.
“kamu ada masalah?” tanya ibu Ari dengan singkat, matanya masih fokus dengan buku yang sedang ia baca.
Ari meneguk sedikit teh hangatnya, ia kemudian berdiri mencari buku filsafat.
“pikiranku kurang tenang bu, jadinya aku kesini” ucap Ari.
“ayahmu ingin menjalin kerjasama dengan Adinata group, posisi Arya disana bisa membantu perusahaan kita untuk menjadi lebih besar lagi” ucap ibu Dini.
Ari duduk di samping ibunya, wajah tenang mendengar ucapan sang ibu yang masih fokus dengan buku yang dibacanya.
“aku nggak suka jika kerja sama berdasarkan kedekatan saja bu, seolah-olah kita memanfaatkan Arya untuk mengembangkan perusahaan kita” jawab Ari dengan santai.
“kamu ini” ucap ibu Dini dengan kesal,
“ayahmu sudah menyuruhmu mengurus perusahaan, tapi apa? kamu masih saja fokus di perusahaanmu itu”
Ari melepas nafas kasar, masih saja hal itu yang dibahas dari dulu, “ibu kan tahu kalau aku sama Arbi dan Arya sudah merintisnya dari kecil dulu” jawab Ari dengan pelan.
“ibu sudah kasih solusi agar perusahaan mu itu digabungkan saja dengan perusahaan kita, kan bisa jadi anak perusahaan kita nanti, tinggal kamu negosiasikan saja sama Arbi nanti gimana pengelolaannya dan gimana modal keluarga Arbi yang masuk dulu saat mendirikannya”
“udah lah bu, Ari nggak mau bahas masalah ini, otak Ari lagi mampet” ucap Ari dengan meringis kesal.
Ibu Ari tersenyum, ia mengusap bahu Ari, “nikah obatnya, istri itu obat penawar segala masalah”
“nanti malam ibu sama ayah ada acara pernikahan rekan bisnis ibu, kalau kamu mau ikut, bisa pilih-pilih calon istri disana” ucap ibu Ari tersenyum usil.
“ahh ibu, nambah masalah aja” ucap Ari.
Ari memilih fokus dengan bacaannya, sedikit konsumsi untuk otak bisa melegakan beban perasaannya.
“kalau kamu nggak punya calon, biar ibu cariin nanti”
ibu Ari mendekat ke arah anaknya.
“kalau ibu dan ayah yang cari, bisa sekalian buat meningkatkan bisnis keluarga kita” ucapnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments